Garis silsilah Raden Fatah pendiri Kesultanan Demak selama ini terlihat simpang-siur dan bahkan terlihat kontradiksi antara satu sumber dengan sumber lainnya. Namun sebenarnya ada penjelasan alternatif yang lebih masuk akal yang ditawarkan dari kalangan ahli nasab tradisional.

Bahwa pada kenyataanya lembaga otoritatif dan terpercaya semacam Maktab Daimi dari Rabitah Alawiyin dengan sangat mutlak masih mau mengakui garis silsilah hingga generasi Wali Songo sebagai orang-orang yang memiliki garis silsilah linear dari keluarga Ahlul Bait (Ba’alawi).

Persoalan yang tidak mau dilakukan oleh lembaga catatan nasab Ba’alawi/Alawiyin (Bin Alwi [Alwi putra Ubaidillah putra Ahmad Muhajir]) kemudian adalah bahwa mereka tidak akan mau untuk mengakui dan mendaftarkan klaim generasi anak-cucu Wali Songo yang telah membentang hingga modern ini sekitar 500 tahun karena dianggap telah mengalami kerusakan data dan informasi yang dianggap bercampur-baur dengan dongeng-dongeng yang dapat mengurangi otentisitasnya.

Ini sebuah problem akademik, metodologi, dan diskursus nasab dalam topik Ba’alawi/Alawiyin atau anak-cucu keturunan Rasulullah SAW dari garis silsilah Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad SAW yang tersebar luas di kawasan Nusantara yang terkait dengan sejarah Islamisasi, pendirian kesultanan, yang merupakan gelombang migrasi paling awal, yang telah terasimilasi ke dalam struktur kemasyarakatan lokal secara sempurna.

Mari kita lihat pandangan pakar nasab secara tradisional mengenai Raden Fatah sebagai sebuah wacana penyegaran dan alternatif yang menarik untuk bisa divalidasi kebenarannya secara historis. Suatu jawaban alternatif yang disuguhkan melalui kepakaran Sayid Bahruddin Ba’alawi, Habib Muhsin Alhaddar, dan Al-Habib Hadi bin Abdullah Al-Haddar misalnya. Dan kemudian kita lupakan sejenak pandangan dari Babad Tanah Jawi, Kronik Sam Po Kong, atau pandangan-pandangan dari Barros, Tome Pirres, dan Hendrik De Lame.

Sehingga terbentuk tawaran gagasan bahwa Raden Fatah merupakan putra dari Syarif Abdullah Umdatuddin putra Sayid Ali Nurul Alam putra Sayid Jamaluddin Akbar Al Husain/Syeh Jumadil Kubro putra Sayid Ahmad Jalal Syah putra Sayid Abdullah putra Sayid Abdul Malik putra Sayid Alawi Ammil Al-Faqih putra Sayid Muhammad Syahib Mirbath putra Sayid Ali Khali Qasam putra Sayid Alawi Ats-Tsani putra Muhammad Shohibu Al Saumi putra Sayid Alawi Al Awwal putra Sayid Al Imam Ubaidillah putra Sayid Ahmad Al Muhajir putra Sayid Isa Naqib Al-Rumi putra Sayid Muhammad Al Naqib putra Sayid Imam Uraidh putra Sayid Jafar Ash-Shadiq putra
Sayid Muhammad Al Baqir putra Sayid Ali Zainal Abidin putra Husain putra Sayidina Ali bin Abi Thalib dan Sayidah Fatimah Az Zahra binti Nabi Muhammad SAW.

Syarif Abdullah Umdatuddin, atau Abu Abdullah, atau Wan Bo Tri-Tri merupakan Sultan Champa. Melalui pernikahan dengan isteri ketiganya yang bernama Nyai Condrowati putra Brawijaya V (Kertabumi) maka lahirlah Raden Fatah.

Adapun hasil pernikahan Syarif Abdullah dengan isterinya yang pertama Syarifah Zainab putra Sayid Yusuf Asy-Syandani (Patani) maka melahirkan putra Sayid Abul Muzhaffar (Sultan Patani dan Kelantan) dan Sayid Babullah (leluhur Sultan Ternate).

Sementara dari pernikahan Syarif Abdullah Umdatuddin dengan Nyai Rara Santang isteri keduanya yang merupakan putra Prabu Siliwangi (Jayadewata) maka melahirkan putra Syarif Hidayatullah (Sultan Cirebon) dan Syarif Nurullah (Sultan Champa).

Hubungan antara Syarif Hidayatullah dengan Raden Fatah dengan demikian adalah adik-berkaka satu ayah berbeda ibu dari ayah yang sama yang merupakan Sultan Champa, Syarif Abdullah Umdatuddin.

Inilah jawaban masuk akal yang dapat memberikan gambaran bagaimana transisi kekuasaan dari trah lama Hindu-Budha terakhir dari garis silsilah asimilasi Iranian-Saka (India) terhadap kekuasaan awal dari trah Islam dari garis silsilah asimilasi Arab (Ahlul Bait).

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".