Pemeriksaan terhadap aspek pancakaki, silsilah, trah, keturunan, atau genealogi pada periode Islam penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses Islamisasi di kawasan Nusantara terjadi dan bagaimana transisi kekuasaan dari periode Hindu-Budha bergeser.

Kita akan mencoba untuk menengok sepintas terhadap aspek dokumen tertulis dan tradisi lisan yang diyakini oleh masyarakat Brunei terhadap garis silsilah penguasa Nagara Brunei Darussalam, yang mana melalui struktur kekuasaan lama yang dipertahankan dari abad ke-15 M tersebut, membuatnya masih terpelihara dan terjaga hingga saat ini.

Apabila umumnya transisi kekuasaan pada periode Islam di kawasan Nusantara memperlihatkan contoh-contoh adanya pergeseran penguasa lama Hindu-Budha menuju garis silsilah keturunan Husain bin Ali bin Abi Thalib, pada contoh kasus di Nagara Brunei Darussalam kita akan melihat bagaimana pada kenyataannya terdapat kelompok kecil dari garis silsilah keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib juga telah masuk ke kawasan Nusantara antara lain menuju kawasan Brunei, Moro, Pontianak, dan atau Banjarmasin misalnya.

Sebagai catatan penyederhanaan, kajian genealogi ini tidak ada hubungannya dengan diskursus Sunni-Syiah yang terkadang menjadikannya gagasan yang kurang jernih dan simpang-siur. Catatan genealogi adalah catatan mengenai rekam jejak trah bilogis secara kenyataan apa adanya.

Yang mana pada kenyataannya nyaris bisa dikatakan seluruh dari kalangan Ahlul Bait yang berkontribusi atas berdirinya institusi kekuasaan politik periode Islam di Nusantara secara umum dan di kawasan Indonesia lama dari Aceh hingga Papua adalah Sunni (dengan aspek kultur Sufi/Tarekat yang kental).

Namun demikian didapati kasus kecil tidak umum yang mana diantara kelompok Ahlul Bait tersebut berafiliasi pada sistem Teologi dan Tarekat Syiah, misalnya pada tokoh legendaris Syeh Siti Jenar (Syiah Imam Dua Belas dengan sistem tarekat Syiah Wahdat Al Wujud).

***

Kita akan coba tarik mundur contoh kasus data dokumen dari periode kontemporer menuju periode masa lalu penguasa Nagara Brunei Darussalam:

Sultan ke-31 Hassanal Bolkiah Muiz’zadin Wad’daual (1946 M-sekarang) putra Sultan ke-30 Omar Ali Saifuddien Sa’adul Khairi Waddien III

Sultan ke-30 Omar Ali Saifuddien Sa’adul Khairi Waddien III (1950-1967 M) putra Sultan ke-28 Muhammad Jamalul Alam II

Sultan ke-29 Ahmad Tajuddin Akhazul Khairi Waddien (1924-1950 M) putra Sultan ke-28 Muhammad Jamalul Alam II

Sultan ke-28 Muhammad Jamalul Alam II (1906-1928 M) putra Sultan ke-27 Hashim Jalilul Alam Aqamaddin

Sultan ke-27 Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906 M) putra Sultan 25 Omar Ali Saifuddien II

Sultan ke-26 Abdul Momin (1885-1906 M) putra Pengiran Shahbandar Pengiran Anak Abdul Wahab putra Sultan ke-20 Omar Ali Saifuddien I

Sultan ke-25 Omar Ali Saifuddien II (1828-1852 M) putra Sultan ke-22 Muhammad Jamalul Alam I

Sultan ke-24 Muhammad Alam (1826-1828 M) putra Sultan ke-23 Muhammad Kanzul Alam

Sultan ke-23 Muhammad Kanzul Alam (1807-1826 M) putra Sultan Omar Ali Saifuddien I

Sultan ke-22 Muhammad Jamalul Alam I (1804-1804 M) putra Sultan ke-21 Muhammad Tajuddin

Sultan ke-21 Muhammad Tajuddin (1778-1807 M) putra Sultan ke-20 Omar Ali Saifuddien I

Sultan ke-20 Omar Ali Saifuddien I (1740-1778 M) putra Sultan ke-18 Muhammad Alauddin

Sultan ke-19 Hussin Kamaluddin (1737-1740 M) putra Sultan ke-13 Muhammad Ali

Sultan ke-18 Muhammad Alauddin (1730-1737 M) putra Pengiran Di Gadong Shah Mubin putra Sultan ke-15 Muhyidin

Sultan ke-17 Hussin Kamaluddien (1710-1730 M) putra Sultan ke-13 Muhammad Ali

Sultan ke-16 Nasruddin (1690-1710 M) putra Pengiran Muda Besar Abdullah putra Sultan ke-11 Abdul Jalilul Akbar

Sultan ke-15 Muhyiddin (1673-1690 M) putra Sultan ke-11 Abdul Jalilul Akbar

Sultan ke-14 Abdul Hakkul Mubin (1660-1673 M) putra Pengiran Bendahara Pengiran Muhammad putra Datu Muhammad Hatta putra Raja Sulaiman II putra Raja Sulaiman I putra Raja Lontok putra Sultan ke-6 Bolkiah

Sultan ke-13 Muhammad Ali putra Sultan ke-10 Muhammad Hassan

Sultan ke-12 Abdul Jalilul Jabbar putra Sultan ke-11 Abdul Jalilul Akbar

Sultan ke-11 Abdul Jalilul Akbar putra Sultan ke-10 Muhammad Hassan

Sultan ke-10 Muhammad Hassan putra Sultan ke-8 Saiful Rijal

Sultan ke-9 Shah Berunai putra Sultan ke-8 Saiful Rijal

Sultan ke-8 Saiful Rijal putra Sultan ke-7 Abdul Kahar

Sultan ke-7 Abdul Kahar putra Sultan ke-6 Bolkiah

Sultan ke-6 Bolkiah putra Sultan ke-5 Sulaiman

Sultan ke-5 Sulaiman putra Sultan ke-4 Sharif Ali

Sultan ke-4 Sharif Ali putra Sharif Ajlan putra Sharif Rumaithah putra Sharif Muhammad Abu Numa’i Al Awwal putra Sharif Abu Sa’ad Al Hassan putra Sharif Ali Al Akbar putra Sharif Qitadah putra Sharif Idris putra Sharif Mu’tain putra Sharif Abdul Karim putra Sharif Isa putra Sharif Al Husain putra Sharif Sulaiman putra Sharif Ali putra Sharif Abdullah putra Sharif Abi Jafar Muhammad putra Sharif Abdullah Akbar putra Sharif Muhammad Taher putra Sharif Musa Ath Thani putra Sharif Abdullah As Saleh putra Musa Al Jaun Abdul Hasan putra Abdullah Al Mahudh putra Sharif Hasan Al Musana putra Sayidina Hasan As Sibti putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra binti Nabi Muhammad SAW (Sharifat Al Haramain)

***

Sharif Ali atau Syarif Ali merupakan penguasa Syarifat/Emirat Al Haramain dan berasal dari garis keturunan penguasa Syarifat Al Haramain yang berkuasa atas kota tanah suci Makah sejak masa akhir Abbasiyah hingga naiknya penguasa trah Saudi Arabia yang berasal dari garis silsilah Hasan bin Abi Thalib bersama Fatimah Azzahra binti Nabi Muhammad SAW.

Adapun Sharif Ali merupakan menantu dari Sultan ke-3 Brunei Ahmad Shah yang menikahi putri Ratna Kesuma. Sementara garis silsilah penguasa Nagara Brunei ke-1 hingga ke-3, Muhammad Shah Abdul Majid Hasan Shah, dan Ahmad Shah terlihat simpang-siur data yang melibatkan asal-usul dari Kelantan, Malaka, Riaun, dan atau Pagaruyung.

Investigasi pada periode tersebut penting untuk dilakukan karena pada umumnya kesultanan di kawasan Nusantara akan dibuka oleh pionir-pionir dari garis keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib yang mana pada periode awal biasa menggunakan penciri gelar Shah atau Syah.

Wilujeng enjing, wilujeng saum!

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".