Syarif Hidayatullah dikenal juga dengan nama Sayid Kamil, Susuhunan Cirebon, Maulana Jati, Susuhunan Jati, dan atau Sunan Gunung Jati merupakan putra pasangan dari Syarif Abdullah dan Nyai Mas Rara Santang.

Syarif Abdullah dikenal juga dengan nama Syarif Abdullah Umdatudin, Syarif Maulana Abdullah Mahmud Umdatudin, Syeh Maulana Akbar, Syeh Israel Yakub, Wan Abdullah, Sultan Abu Abdullah, Wan Bo Tri Tri, Raja/Sultan Campa, dan atau Raja/Sultan Mesir.

Namun demikian, Syarif Abdullah sebenarnya bukanlah Sultan Mesir sebagaimana yang diyakini masyarakat Sunda secara tradisional melalui tradisi lisan dan catatan-catatan babad yang beredar. Syarif Abdullah sebenarnya merupakan Sultan dari Kesultanan Campa (berkuasa 1471-1478 M) yang berpusat di Panduranga yang pada saat ini menjadi bagian dari Provinsi Ninh Thuan di Vietnam di kawasan pesisir timur kawasan India Belakang/Indo-Cina.

Kekuasaan Kesultanan Campa periode Islam merupakan kelanjutan dari Kekuasaan Kerajaan Campa periode Hindu-Budha terakhir yang berkuasa di Vijaya yang pada saat ini menjadi bagian dari Provinsi Binh Dinh di Vietnam. Kekuasaan Campa di Vijaya yang dibangun oleh bangsa Campa berakhir dalam serangan pamungkas dari Kerajaan Dai Viet yang dibangun bangsa Vietnam.

Kerajaan Campa di Vijaya kemudian runtuh dalam serangan Raja Dai Viet bernama Raja Le Thanh Tong dan mengakibatkan terbunuhnya Raja Maha Sajan pada tahun 1471 M. Adik Raja Maha Sajan kemudian memindahkan kekuasaannya ke Panduranga, namun demikian Raja Maha Sajai juga terbunuh dalam serangan pengejaran yang dilakukan oleh Raja Le Thanh Tong ke Panduranga pada tahun 1474 M.

Syarif Abdullah yang di dalam khazanah kebudayaan Vietnam dikenal dengan nama Bo Tri Tri yang merupakan komandan tentara dan kerabat Kerajaan Campa kemudian mengambil-alih kepemimpinan Kerajaan Campa di Panduranga. Syarif Abdullah yang menandai lahirnya babak Kesultanan Campa kemudian berhasil memukul mundur serangan Raja Le Thanh Tong.

Melalui sebuah keputusan damai maka kekuasaan Kesultanan Campa di bawah Syarif Abdullah di Panduranga kemudian berhasil diterima oleh Raja Le Thanh Tong dari Kerajaan Dai Viet yang berhasil menganbil-alih Vijaya. Kekuasaan Kesultanan Campa di Panduranga kemudian masih akan bertahan hingga 4 generasi penguasa selanjutnya sebelum mengalami keruntuhan total.

Adapun yang berkuasa di Mesir pada periode yang sama dengan Syarif Abdullah sesungguhnya adalah Sultan Abu An Nashar Syaifudin Asyraf Qaitabay yang merupakan Sultan dari Kesultanan Mamluk (Sultanat Al Mamalik). Kesultanan Mamluk di Mesir merupakan kesultanan yang dibangun oleh bangsa Turki dan kemudian dilanjutkan oleh bangsa Sirkasia, yang mana pengaruh kekuasaannya memang meluas hingga kawasan Afghanistan dan India.

Di India, Dinasti Mamluk yang berasal dari Kesultanan Mamluk merupakan dinasti pertama yang membangun apa yang disebut kemudian dengan Kesultanan Delhi. Setelah dirintis oleh Dinasti Mamluk (1206-1290 M), Kesultanan Delhi selanjutnya dilakukan oleh Dinasti Khalji (1290-1320 M), Dinasti Tughlaq (1320-1413 M), Dinasti Sayid (1413-1451 M), dan Dinasti Lodi (1451-1526 M). Sementara yang tengah berkuasa di India pada Kesultanan Delhi pada periode yang sama adalah Sultan Bahlul Khan Lodi dari Dinasti Lodi.

Adapun garis silsilah Syarif Abdullah yang disepakati oleh ahli nasab dan kitab nasab misalnya Kitab Syamsu Azh Zhahirah Fi Nasabi Ahlul Bait karangan Sayid Abdur Rahman Ibnu Muhammad Al Mansur asal Yaman, maka pangkal leluhur dari garis silsilah Syarif Hidayatullah, Syarif Abdullah, Walisongo, dan termasuk sebagian besar pendiri kesultanan di seluruh Nusantara adalah Sayid Amir Abdul Malik putra Alwi putra Muhammad.

Sayid Amir Abdul Malik putra Alwi putra Muhammad yang dilahirkan di Qasam Hadralmaut Yaman sekitar tahun 1178 M kemudian berpindah ke Nasirabad Rajastan India pada usia dewasa. Di India, Sayid Amir Abdul Malik putra Alwi putra Muhammad menikahi putri penguasa lokal Nasirabad dan diberikan gelar Khan.

Khan merupakan gelar pemimpin suku, komandan militer, dan penguasa wilayah yang umum digunakan oleh rumpun bangsa Turki dan Mongol. Sistem pemerintahan yang dipimpin seorang Khan disebut Khnate. Sementara sistem pemerintahan yang menggabungkan konfederasi beberapa Khan disebut dengan Kaghananate dengan pemimpinnya yang digelari Khagan. Variasi fonetik dari kata Khan antara lain Khan, Kan, Qan, Han, Hwan. Variasi fonetik dari kata Khagan antara lain Khagan, Kagan, Kaqan, Kahan, Kehan, Khahan, Tsahan, Hakan, Kakan.

Karena Sayid Amir Abdul Malik putra Alwi putra Muhammad merupakan Sayid dan bukan merupakan Khan murni, maka gelar kehormatan tersebut diberikan menjadi Azhmatkhan. Azhmat yang digunakan sebagai ekivalen Sayid di kawasan India berarti Mulia. Azhmatkhan dengan demikian artinya Pemimpin yang Mulia. Sehingga jadilah namanya biasa disebut juga Sayid Amir Abdul Malik Azhmatkhan.

Apabila dilihat dalam aspek kronologi, maka kedatangan Sayid Abdul Malik ke India ini bersamaan dengan mulai dibangunnya Kesultanan Delhi pada Dinasti Mamluk, yakni pada masa penguasa yang pertama Sultan Qutbudin Aibak yang berpusat di Lahore Punjab Pakistan. Nasirabad dengan demikian masih dikuasai oleh anggota keluarga Dinasti Mamalik yang berkuasa di Delhi, sebagaimana juga anggota keluarga Dinasti Mamalik yang berkuasa di Kairo.

Apabila disusun maka garis silsilah Syarif Hidayatullah adalah sebagaimana berikut ini Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah Umdatudin putra Sayid Ali Nurul Alam putra Sayid Jamaluddin Akbar/Syekh Jumadil Kubro putra Sayid Ahmad Jalal Syah putra Sayid Abdullah putra putra Sayid Alawi Ammul Faqih putra Sayid Muhammad Shahib Mirbath putra Sayid Ali Kholi Qosam putra Sayid Alawi Ats Tsani putra Sayid Muhammad Sohibus Saumi’ah putra Sayid Alawi Awwal putra Sayid Al Imam ‘Ubaidillah putra Sayid Ahmad al-Muhajir putra Sayid ‘Isa Naqib Ar Rumi putra Sayid Muhammad An Naqib putra Sayid Al Imam Ali Uradhi putra Sayidina Ja’far ash-Shadiq putra Sayidina Muhammad Al Baqir putra Sayidina Ali Zainal Abidin putra Sayidina Husain putra Sayidina Ali bin Abi Thalib dan Sayidah Fatimah Az Zahra binti Nabi Muhammad SAW.

Dari garis ayah, Syarif Hidayatullah mengikuti nasab kepada ayahnya yang merupakan diaspora Arab dari kalangan Ahlul Bait yang telah terasimilasi di kawasan India dan Asia Tenggara. Sementara dari garis ibu, Syarif Hidayatullah mengikuti nasab Nyi Mas Rara Santang yang kemudian namanya dirubah menjadi Syarifah Mudaim ketika menikahi Syarif Abdullah Umdatudin. Dari garis silsilah Nyi Mas Rara Santang inilah nasab diaspora India dari suku Saka yang telah terasimilasi setidaknya 15 abad di Asia Tenggara bertemu.

Inilah rahasia yang mana garis silsilah ayah akan memberikan warisan tauhid, sementara dari garis silsilah ibu akan mewariskan rasa cinta tanah air dan jiwa kemerdekaan.

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".