Pada 721 SM Kerajaan Israel yang disebut juga Kerajaan Israel Utara atau disebut juga Kerajaan Efraim dengan ibukotanya Samaria runtuh oleh Kerajaan Asyuria. Disebut Kerajaan Israel Utara oleh para ahli untuk membedakannya dengan Israel Selatan yang disebut juga Karajaan Yehuda [dialek lainnya Kerajaan Yahuda atau Kerajaan Yudah] yang beribukota di Yerusalem.

Kerajaan Israel Utara dibangun oleh 10 suku Bani Israel [Ruben, Simeon, Zebulon, Isyakar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Manasye, dan Efraim] dengan dipimpin oleh Suku Efraim. Sementara Israel Selatan dibangun oleh 2 suku Bani Israel, yakni Yahuda [atau Yehuda atau Yudah] dan Suku Bunyamin dengan dipimpin oleh Suku Yahuda.

Israel itu sendiri adalah nama lain dari Yakub, maka Bani Israel adalah anak-cucu keturunan Yakub. Jumlah anak Yakub itu seluruhnya ada 12 orang yakni: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Zebulon, Isyakar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf, dan Bunyamin.

Dalam sistem pembagian tanah dan wilayah selepas Bani Israel tiba kembali dari Mesir menuju kawasan Syam [Tanah yang Dijanjikan] dibawah pimpinan Musa dan kemudian dilanjutkan oleh Yusa bin Nun [Yehosua, Yosua, Yisa], Suku Yusuf dihitung secara istimewa menjadi 2 suku berdasarkan nama anak-anaknya;yakni Suku Efraim dan Suku Manasye. Sementara itu, Suku Lewi yang mendapatkan tugas sebagai Kohen atau Imam keagamaan tidak diberikan hak tanah atau wilayah secara khusus.

Namun demikian, Suku Lewi yang melayani sebagai imam di seluruh wilayah-wilayah Bani Israel juga memiki keistimewaannya tersendiri, yakni seluruh suku-suku Bani Israel harus menyediakan sebagian tempat dan fasilitasnya di tengah kehidupan mereka untuk menyokong kehidupan Suku Lewi di seluruh wilayah-wilayah yang dimilikinya.

Perpecahan Kerajaan Israel atau katakanlah Kerajaan Israel Raya atau Kerajaan Israel Bersatu terjadi pada masa Kerajaan Israel Raya dipimpin oleh Rehabim, putra raja sebelumnya Sulaiman. Pada masa Rehabim tersebut, 10 suku Bani Israel [sebagian ahli tidak memasukan Suku Simeon yang dianggap telah menyebar lebih awal setelah eksodus dari Mesir] di sebelah Utara memisahkan diri dibawah raja Yerobim.

Jika Rehabim putra Sulaiman putra Daud berasal dari Suku Yahuda, maka Yerobim putra Nebat berasal dari Suku Efraim. Sejak masa Rehabim putra Sulaiman dan Yerobim putra Nebat, Kerajaan Israel Raya kemudian terbelah menjadi dua bagian sebagaimana telah diutarakan sebelumnya. Itu kenapa kerajaan Israel Utara biasa juga disebut Kerajaan Efraim, sementara Kerajaan Israel Selatan biasa disebut Kerajaan Yahuda.

Kerajaan masing-masing berjalan dengan baik, terkadang dalam masa damai dan terkadang dalam masa perselisihan dan atau persaingan; hingga kemudian Kerajaan Israel Utara runtuh oleh Kerajaan Asyur. Sementara Kerajaan Yahuda yang masih berdiri juga akan menyusul runtuh kemudian hari oleh Kerajaan Babil.

Sebelum memasuki model kerajaan semenjak masa Saul [Arab: Thalut], Isybosyet [putra Saul], Daud, dan Sulaiman hingga kemudian terpecah masa Rehabim dan Yerobim;Bani Israel pada masa sebelumnya, yakni dari masa Musa hingga Samuel masih menerapkan model Sofet atau Hakim atau Kepala Suku [Chieftain] yang lebih mendekati gagasan modern soal bentuk tata negara Republik-Demokratis daripada model tata negara Monarkhi-Nobiliti.

Pada masa setelah meninggalnya Saul bin Kisy dari Suku Bunyamin yang diangkat oleh Sofet terakhir Samuel, Bani Israel sebenarnya hampir segera terbelah. Karena sebagian mengangkat Isybosyet putra Saul sebagai Melekh [Raja] dari Suku Bunyamin, dan Daud bin Yisai dari Suku Yahuda.

Sementara Isybosyet putra Saul, maka Daud adalah menantu Saul. Pada masa Daud putra Yisay, Kerajaan Israel masih bisa diunifikasi setelah Isybosyet memimpin selama 2 tahun lamanya. Tampaknya relasi Suku Yahuda dan Suku Bunyamin memang terus berkelanjutan hingga menjadi dua elemen suku dalam pembangunan kembali Kerajaan Yahuda pada masa Rehabim bin Sulaiman nantinya.


Antara tahun 740-720 SM, Suku Naftali, Gad, Ruben, sebagian Manasyeh mulai tersingkir dari kampung halamanya [II Kings 15:29]. Pada tahun 721 SM, seluruh suku-suku dari Kerajaan Israel Utara telah berhasil disingkirkan dari kampung halamannya [II Kings 17:18]. Suku-suku Israel Utara tersebut kemudian tersebar luas menuju seluruh penjuru arah. [Genesis 28:14]

Pada dasarnya pergerakan awal dari suku-suku Israel Utara itu bergerak dari kawasan Israel Utara dengan ibukotanya Samaria menuju ke kawasan Kerajaan Asyuria itu sendiri, yakni menuju ke daerah-daerah seperti Halah, Habor, dan Medes [II Kings 17:16] yakni di jurusan sebelah Timur dari Samaria. Medes atau Media adalah kawasan di Selatan dari Laut Kaspia yakni arah Timur Laut dari Samaria yang relatif masih bisa dikatakan arah Timur.

Dari kawasan Asyuria tersebut sebagian bergerak ke Utara, menuju kawasan Arzaret;suatu kawasan diantara Laut Hitam dan Pegunungan Kaukasus [II Esdras;13:39-46;kitab Apokripa]. Pesan perdamaian antara suku-suku Israel Utara dan komunitas Kerajaan Yahuda pernah disampaikan dari Yerusalem di Kerajaan Yahuda menuju ke kawasan Utara [Jeremiah 3].

Berita ini menunjukkan sekitar satu abad setelah keruntuhan Kerajaan Israel Utara, suku-suku Israel Utara masih ada dan Kerajaan Yahuda dikatakan akan segera runtuh juga. Gagasan Utara dari ibukota Kerajaan Yahuda di Yerusalem, pada masa Yeremia tentu saja jika ditarik garis akan mengantarkan kita ke kawasan dia sekitar Laut Hitam.

Ada hal yang menarik, pada tahun 627 SM Kerajaan Asyuria pada akhirnya runtuh juga oleh aliansi Kerajaan Babilonia dan Kerajaan Media yang baru saja tumbuh sebagai pendatang baru dalam kancah Sejarah. Setelah Kerajaan Asyuria runtuh, menyusul kemudian runtuh juga Kerajaan Yahuda pada tahun 586 SM oleh Kerajaan Babilonia [II Kings 25:8-21].

Sepertinya, ada yang perlu diperhatikan dengan lebih jelas bahwa ada kemungkinan yang sangat besar jika Kerajaan Israel Utara dan Kerajaan Yahuda memiliki peta persaingan tersendiri hingga memiliki sekutu-sekutu masing-masing. Dalam hal ini jelas terlihat jika Kerajaan Israel Utara bersekutu dengan Kerajaan Babilonia dan Kerajaan Yahuda bersekutu dengan Kerajaan Asyuria.

Ketika Kerajaan Israel Utara runtuh, mereka bermigrasi ke kawasan Media yang kemudian tumbuh menjadi suatu kekuatan baru. Sehingga cukup beralasan jika Kerajaan Media adalah suatu perwajahan baru dari Kerajaan Israel Utara pada fase tersebut. Sementara itu Kerajaan Media nantinya akan runtuh pada tahun 550 SM dan Kerajaan Babilonia pada tahun 535 oleh Persia.

Persia kemudian akan mengembalikan komunitas Kerajaan Yahuda ke Yerusalem. Jika Media bisa dikatakan bentuk perwajahan baru dari Kerajaan Israel Utara, bisa jadi Persia adalah bentuk perwajahan baru dari Kerajaan Yahuda. Setidaknya relasi-relasi yang berhubungan dengan Israel Utara, Yahuda, Asyuria, Babilonia, Media, dan Persia perlu untuk diperhatikan lebih baik lagi.

Melalui kajian-kajian sekular-akademik dari tradisi non-keagamaan kita akan mengetahui bahwa suku-suku yang mendiami kawasan Laut Kaspia hingga kawasan diantara Laut Hitam dan Pegunungan Kaukasus tersebut dengan nama suku-suku Skitia atau suku Sakae atau suku Saka. Dan dalam kajian Sejarah sekular, kita juga akan mendapati bahwa ada perhubungan yang cukup lekat antara gagasan baru berdirinya Kerajaan Madia dengan orang-orang Saka.


ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".