“Om bhupanam maukharinam kulam-atanu-guno-lam-chakar-atma-jatya sri-sardulasya yo-bhuj-jana-hridaya-haro-nantavarmma su-puttrah [..]”

“Om! He, Anantavarman, who was the exellent son, captivating the hearts of mankind of the illustrious Sardula, […]”

“Om! Dialah, Anantavarman, putra yang sangat baik, yang memikat hati umat manusia yang terkemukan dari Sardula, […] “

No. 48; PLATE XXX B.
BARABAR HILL INSCRIPTION OF ANANTAVARMAN. Corpus Inscriptionum Indicarum Vol. 3, p. 223; John Faithfull Fleet (Kolkata, India, 1888)

Beberapa waktu lalu, upaya mengulas Dinasti Maukhari sempat terhambat karena teralihkan untuk memuaskan rasa ingin tahu terkait sosok Adipati Ukur yang sesungguhnya yang kemudian masih mengalami jalan buntu karena minimnya sokongan data.

Selain teralihkan usaha penulisan investigatif Adipati Ukur, juga dikarenakan adanya perubahan pola penulis yang selama ini hanya melibatkan pendekatan bukti Epigrafis dalam setiap penulisan investigasi seluruh dinasti atau kerajaan yang menggunakan suffix Varman; mulai tergoda dengan menambah pendekatan Filologis yang melibatkan catatan-catatan Folklore seperti Sanggam dari tradisi Tamil dan Harsacharita dari tradisi Magadha.

Pendekatan tersebut bukannya tidak menguntungkan, hanya saja menjadikannya terlalu banyak data yang harus dicerna dan dipelajari berkepanjangan. Sehingga pada kesempatan ini, pendekatan dilakukan kembali sebagaimana biasanya dengan mengambil pokok-pokok bukti Epigrafis untuk sekedar mendapatkan gambaran paling dasar dan sekaligus paling kuat mengenai bukti keberadaan Dinasti Maukhari berdasarkan sumber internal yang dibuat oleh mereka sendiri.

Suatu hari, pendekatan Epigrafis tersebut akan menjadi kaya dan koheren dengan bantuan data-data Filologis lainnya yang banyak dan akan sangat menguntungkan untuk mendudukkan gambaran Dinasti Maukharis lebih baik dan utuh lagi, namun tidak pada kali ini. Upaya akan kita sederhanakan untuk mencapai tujuan paling dasar terlebih dahulu.

Bukti-bukti Efigrafis yang mendasari eksistensi Dinasti Maukhari dianggap ada dan nyata adanya adalah berdasarkan sumber-sumber berikut ini: Barabar Cave Inscription oleh Anantavarman, Gopika Cave Inscription oleh Anantavarman, Vadathika Cave Inscription oleh Anantavarman, Asirghal Seal Inscription oleh Sarvavarman, Uang Koin oleh Isanavarman, Uang Koin oleh Sarvavarman, dan Uang Koin oleh Avanti Varman.

Dari bukti-bukti prasasti dan numismatik yang ada ditambah dengan prasasti eksternal dari kerajaan lainnya dan sumber sastra yang tidak bisa dihindari dan dianggap memiliki koherensi yang mencukupi, maka seluruh daftar raja-raja Maukharis yang ada adalah:
. Kshatravarman (260-283 M)
. Sundaravarman (283-319 M)
. Kalyavarman (…-326)

Ketiga raja tersebut dimasukkan pada gagasan Magadha-kula dari Kaumudimahotsava. Kula nama lainnya adalah Gotra atau Vamsa atau Wangsa atau Bangsa, yang dalam bahasa Inggris disebut Dynasty; sederhananya Keluarga Magadha dari Kaumudimahotsava di kawasan India Utara.

Dari rangkaian tiga raja tersebut kemudian ada data yang secara linear ada jeda yang hilang. Hingga kemudian tiba lagi dengan apa yang dalam bahasa Inggris disebut Yajnavarman line, atau garis silsilah Yajnavarman. Dimana raja-rajanya antara lain:
. Yajnavarman (400-425 M)
. Sardulavarman (425-450 M)
. Anantavarman (450-475 M)

Garis silsilah Yajnavarman terputus hingga kemudian muncul apa yang disebut Harivarman dynasty, atau Keluarga Harivarman yang raja-rajanya antara lain:
. Harivarman (475-500 M)
. Adityavarman (500-525 M)
. Isvaravarman (550-576 M)
. Isanavarman (550-576 M)
. Sarvavarman (576-579 M) memiliki saudara Suryavarman
. Avantivarman (579-600 M)
. Grahavarman (600-606 M) kemudian digantikan saudaranya
. Purnavarman (612-628 M)
. Bhogavarman (685-715 M)
dan raja terakhir yang tercatat adalah
. Yasovarman (729-753 M)

Cunningham menduga bahwa istilah Maukhari hanyalah merupakan variasi lain dari kata Maurya yang juga merupakan bentuk lain dari kata Maukhariya. Cunningham menduga bahwa apa yang terdapat dalam Clay Seal dari Ashokavardhana (272-232 M) yang menggunakan aksara Brahmi dengan bahasa Pali Mokhalinam adalah juga variasi kata yang sama.

Implikasinya adalah bahwa Maukhari layak untuk dipertimbangkan aspek kesejarahannya sebagai alur kontinuitas dari Dinasti Maurya yang lebih tua yang selama ini dianggap runtuh oleh suksesi wangsa lainnya dan kemudian menghilang; kemungkinannya justru masih bertahan dan mampu melanjutkan kontinuitasnya setelah bergeser dari Pataliputra ke Magadha.

Data Maukhari menjadi data menarik karena posisinya yang berada di kawasan Utara anak benua India, dimana sejauh ini data baru merentang hingga Nusantara, Indo-Cina, kawasan India Timur-Laut dan Banglades, India Selatan, dan pesisir Barat-Daya anak benua India. Selain berada di Utara, hal yang membuatnya menarik adalah rentang usianya yang terbilang tua, setidaknya hingga masa Kshatravarman adalah sejak abad ke-3 Masehi.

Pustaka:
. Corpus Inscriptionum Indicarum Vol. 3, p. 223; John Faithfull Fleet (Kolkata, India, 1888)
. The Maukharis oleh Edward A. Pires, Madras, B.G. Paul & Co., 1934
. The Kavery, The Maukharis & The Sangam Age oleh T.G. Aravamuthan, Madras, University of Madras, 1925
. The Imperial Maukharis of Kanauj and Harshavardhana oleh Thakur Prasad Verma, Chennai, Notion Press, 2018

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".