Dalam bahasa rumpun Turki dan Mongol, raja disebut dengan khan atau khagan. Kerajaannya disebut khanat atau khaganat. Khan adalah penguasa khanat dan khagan adalah penguasa khaganat. Umumnya khaganat berarti jauh lebih besar cakupan wilayahnya daripada khanat.
Tersebutlah Genghis Khan seorang khan ke-5 dari Khanat Mongol yang didirikan oleh marga Borjigin Mongol. Di tangan Genghis Khan, konfederasi suku Mongol disatukan hingga menjadi suatu Khaganat Mongol, dimana dia kemudian menjadi pendirinya.
Khaganat ini kemudian hari mencakup wilayah yang luas: ke Utara sampai Cechnya, Slovakia, Polandia, Hungaria, Ukraina, Serbia, dan Rumania di Eropa Tengah dan Timur dan juga Siberia. Ke Barat sampai Levantin hingga Pegunungan Carpathin. Ke Selatan sampe ke Cina, India, Iran, dan Irak. Ke Timur berhasil menundukkan Birma, Vietnam, dan Thailand.
Tolui Khan merupakan khan Mongol Khaganat ke-2 setelah ayahnya Genghis Khan yang sekaligus menjadi pendiri bagi Ilkhan Khanat di Iran. Sementara Kublai Khan adalah khan Mongol Khaganat ke-9 yang sekaligus menjadi pendiri bagi Yuan Khanat di Cina.
Kublai Khan merupakan anak dari pasangan Tolui Khan dan Sorghaghtani Beki. Jika Tolui Khan yang merupakan anak Genghis Khan adalah suku Mongol dari marga Bojigin, maka ibunya Sorghaghtani Beki putra Jakha Gambhu adalah suku Turki dari marga Keraite di wilayah Altai-Saya.
Sorghaghtani Beki dan marganya merupakan penganut Kristen Ortodok Nestoria dari Syiria. Saudara lain lainnya dari Kublai Khan antara lain Mongke Khan (khan ke-7) yang merupakan saudara satu ayah dan satu ibu, Hulagu Khan (khan ke-2 di Ilkhan Khanat menggantikan Tolui Khan ayahnya), dan Ariq Boke Khan (khan ke-9) yang merupakan saudara satu ayah beda ibu.
Pada masa Ogedei Khan (khan ke-3 anak Genghis Khan ke-3) Dinasti Jin di Utara Cina jatuh ke tangan Khaganat Mongol. Jin yang merupakan suku Manchuria sebenarnya masih rumpun Mongol asal Siberia. Selepas kejatuhan Dinasti Jin di Utara Cina, giliran Dinasti Song yang merupakan suku Han jatuh.
Selain menundukkan Jin dan Song yang kemudian mengungsi ke arah Selatan menuju Vietnam, Khaganat Mongol juga menyerang Jepang dengan kekuatan dahsyat pada tahun 1274 M dan 1281 M namun gagal dikuasai.
Pada tahun 1257 M, 1260 M, dan 1284 M giliran Vietnam diserang dengan kekuatan yang dahsyat juga. Pada masa itu Vietnam disebut dengan nama Dai Viet. Kabarnya penguasa Vietnam pada waktu itu merupakan suku Han dari Fujian yang melakukan kawin campur dengan penduduk setempat hingga melahirkan Dinasti Tran. Di Vietnam Selatan, Campa yang merupakan Vietnam dengan suku yang lebih dekat pada Melayu (Dinasti Warman) dengan kultur India juga di serang. Penyerangan Birma juga terjadi pada tahun 1277 M, 1283 M, dan 1287 M setelah jalur Vietnam lolos hingga mau membayar pajak. Dan kemudian Thailand tunduk pada tahun 1284 M bersamaan dengan tahun meninggalnya Kublai Khan.
Satu tahun sebelum meninggal, Kublai Khan mengirimkan 20.000 hingga 30.000 personil militer dengan menggunakan kapal laut lengkap dengan kuda, baju jirah ringan dan alat tempur berupa meriam hingga pedang, panah, tombak dan kapak. Kekuatan tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan kekuatan yang digunakan kepada Jepang dan Indo-Cina. Pada serangan menuju Singasari Jawa Timur itu, kekuatan militernya mengalami kehancuran dimana 18.000 tentara ditambah 3.000 tentara elitnya meninggal dan sebagian kecil kemudian kembali menuju Cina daratan dimana ibukota yang didirikan oleh Yuan Mongol bernama Syangdu (hari ini Beijing). Jika saja Kublai Khan tidak keburu meninggal, 100.000 pasukan baru tengah disiapkan untuk dikirim kembali.
Keterangan dari pihak Jawa dan Mongol Yuan sepakat atas adanya peristiwa ini. Semula duta Mongol yang bernama Ike Mese mendapatkan pemotongan telinga dan sentuhan besi panas pada kulitnya oleh Raja Kertanagara dari Kerajaan Singhasari. Utusan lalu kembali dan terjadilah pengerahan militer tersebut. Sebelum pasukan militer Yuan tiba, di Singashari (Malang) telah terjadi kudeta dimana Raja Kertanagara telah diturunkan oleh Jayakatwang yang merupakan sepupunya, Adipati Gelanggelang (Madiun).
Ketika Mongol datang, Sangramawijaya memanfaatkannya untuk memulihkan Singasari dengan menghantam Jayakatwang bersama pasukan Mongol. Ketika pasukan Jayakatwang hancur, Sangramawijaya atau Raden Wijaya menghantam balik Mongol dengan kekuatan yang menurut berita Yuan sebesar 100.000 personil dan sebanyak 5.000 personil gugur. Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Kartanagara kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit.
Seting ini terjadi sekitar 200 tahun sebelum kedatangan kunjungan muhibah Laksamana Muhammad Cheng Ho atas nama Dinasti Ming dari suku Han yang berhasil menumbangkan kembali Dinasti Yuan di Cina. Kunjungan yang lebih bersifat damai sebagaimana kundungan Cina pada masa jauh sebelumnya seperti generasi I Tsing atau Fahien.
Dan pada penyerangan ke Vietnam pada 200 tahun sebelumnya pasukan gabungan Mongol yang melibatkan Mongol, Manchuria, Uighur, dan Han mencatat juga nama seorang personil militer yang juga sekaligus sebagai Gubernur Yunan dengan nama Umar Nasr al Din yang masih berluluhur kepada penguasa kawasan Khawarizmi asal Bukhara dimana sebelumnya telah ditundukkan Mongol pada masa Gengis Khan beberapa saat sebelum cucunya, Kublai Khan lahir sekembalinya ekspedisi tersebut.
Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.