Tarum Cina memiliki nama ilmiah Polygonum tinctorium Aiton yang didasarkan atas hasil riset pada tahun 1789 M. Sementara berdasarkan atas hasil riset pada tahun 1841 M, nama ilmiahnya kemudian berubah menjadi Persicaria tinctoria (Aiton) Spach. Meskipun nama ilmiahnya telah mengalami usaha pembaharuan, namun demikian diantara kedua nama ilmiah tersebut hingga saat ini masih aktif dipergunakan dalam berbagai publikasi ilmiah dan popular untuk mengidentifikasi Tarum Cina tersebut.
Di dalam bahasa Inggris, selain disebut dengan nama Chinese Indigo yang berarti Tarum Cina. Tumbuhan tersebut biasa juga disebut dengan nama Japanese Indigo yang berarti Tarum Jepang. Namun demikian, penulis mempertimbangkan untuk menggunakan nama Tarum Cina untuk diperkenalkan dalam khazanah pengetahuan berbahasa Indonesia dengan pertimbangan bahwa wilayah kontinental Cina yang kemungkinan menjadi awal mula penyebaran hingga kemudian tiba ke kepulauan Jepang dan kawasan Asia Timur secara umum.
Wilayah penyebaran Tarum Cina berada di kawasan Cina bagian Selatan, kawasan Indo-Cina (Vietnam) bagian Utara, kawasan Selatan Kepulauan Korea, dan kawasan Kepulauan Jepang seperti di Honsu, Sikoku, dan Kyusu, dan kawasan Rusia bagian Timur (Siberia). (Gambar: Mr. Takato Natsui, Law professor at Meiji University, Tokyo, Japan; Practicing lawyer at Hayabusa Asuka Law Office, Tokyo, Japan)
Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.