Tarum adalah istilah yang bersifat umum, generik, atau general. Artinya di dalam istilah Tarum terkandung istilah-istilah lainnya yang bersifat lebih khusus, spesifik, atau spesial.
Tarum itu sendiri dapat diartikan sebagai aneka jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan zat pewarna biru alami. Zat pewarna alam tersebut pada masa silam biasa digunakan untuk mewarnai benang, kain, atau pakaian supaya berwarna biru.
Tarum itu sendiri berasal dari istilah dalam bahasa Sunda dan bahasa Melayu. Di dalam bahasa Melayu, istilah Tarum di kenal dalam seluruh khazanah bahasa dan kebudayaan Melayu. Baik yang berkembang di Pulau Sumatra, di Pulau Kalimantan, maupun yang berkembang di Semenanjung Malaysia. Baik yang berkembang pada masyarakat Melayu di Indonesia maupun yang berkembang di Malaysia.
Di dalam bahasa Inggris, istilah Tarum tersebut lebih dikenal dengan nama Indigo. Sementara di dalam bahasa Sanskrit, istilah Tarum lebih dikenal dengan nama Nila. Istilah Nila di dalam bahasa Sanskrit tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa Arab menjadi Al-Nil (dibaca: An-Nil).
Dan melalui bahasa Arab An-Nil, kemudian berkembang pula ke dalam bahasa-bahasa Eropa Barat menjadi kata Anil. Istilah Anil dalam kebudayaan masyarakat Eropa Barat kemudian digantikan istilah Indigo yang berasal dari bahasa Yunani Kuno Indicon dimana awalnya berarti “come from India” (yang datang dari India). Sementara di India Kuno sendiri sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, dalam bahasa Sanskrit namanya disebut dengan kata Nila.
Istilah Tarum, Nila, An-Nil, Anil, ataupun Indigo kemudian menjadi identik dan bisa saling dipertukarkan. Selain berarti untuk menyatakan seluruh jenis tumbuhan penghasil zat pewarna biru alami, juga merujuk pada zat pewarna biru alami itu sendiri yang dihasilkannya, dan juga termasuk untuk menyatakan kualitas kandungan warna biru yang dihasilkan dari zat pewarna biru alami tersebut.
Adapun beberapa jenis tumbuhan Tarum yang dikenal di dunia antara lain adalah:
Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.