
Konsep Islamic Golden Age untuk pertamakalinya muncul sebagai perumpamaan yang digunakan di dalam buku HANDBOOK FOR TRAVELLERS IN SYRIA AND PALESTINE karangan JOHN MURRAY (1858 M) dengan sudut pandang dan citarasa Barat untuk mengidentifikasi suatu momentum pencapaian aspek estetika dunia Timur (Orientalism): “… like Mohammedanism itself, now rapidly decaying …” (… seperti Pengajaran Muhammad itu sendiri, sekarang dengan cepat telah mengalami pembusukan …) maksudnya ketika mengamati masjid-masjid yang indah dan megah di Damaskus yang dianggapnya sebagai ‘buah-buah’ dari pencapaian tinggalan peradaban “… the golden age of Islam …” (… masa keemasan Islam …) yang kini bukan saja telah melampaui masa dari ranum dan matang itu sendiri, melainkan telah mengalami tahap berjatuhan dan membusuk dengan sendirinya. Majas tersebut kemudian berkembang menjadi aspek pengkajian konseptual yang lebih serius dan komprehensif untuk mengidentivikasi tahap perkembangan mengenai suatu rentang masa peradaban yang kemudian oleh para akademisi disebut dengan meminjam istilah sebelumnya The Golden Age of Islam, atau Islamic Golden Age, dan atau The Meddieval Islam.

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.