أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مَسْعُودٍ، قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ، قَالَ أَنْبَأَنَا أَيُّوبُ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ “ إِذَا لَمْ يَجِدْ إِزَارًا فَلْيَلْبَسِ السَّرَاوِيلَ وَإِذَا لَمْ يَجِدِ النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسِ الْخُفَّيْنِ وَلْيَقْطَعْهُمَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ ” .
It was narrated that Ibn ‘Abbas said: “I heard the Messenger of Allah say; ‘If you cannot find an Izar then wear pants, and if you cannot find sandals then wear khuffs, but cut them so that they come lower than the ankles.'”
Sunan an-Nasa’i 2679
https://sunnah.com/nasai:2679
Telah diberitakan bahwa Ibnu Abbas berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW berkata: ‘Jika kamu tidak menemukan Izar maka gunakan Sarowil, dan jika kamu tidak menemukan Na’lain maka gunakan Khufain, namun demikian potonglah terlebih dahulu sehingga mereka lebih rendah dari kedua mata kaki.'”
Sarowil
Sarowil merupakan bentuk kata banyak dari bentuk kata tunggal Sirwal di dalam bahasa Arab, yang artinya secara sederhana adalah Celana Panjang. Istilah Arab lainnya yang bersifat sinonim adalah Bantholun yang akan masuk ke dalam bahasa Eropa menjadi kata Pantaloons, atau Pantalons, dimana kependekannya berupa kata Pants;yang merupakan sinonim dari kata Trouser, yang seluruhnya juga berarti Celana Panjang.
Masyarakat Eropa kemudian mulai menggunakan Sarowil sejak abad ke-18 Masehi. Keputusan legal penggunaan jenis Celana Panjang di Eropa baru dikukuhkan untuk pertamakalinya lewat ketetapan (decree) Peter yang Agung dari Kekaisaran Rusia pada tahun 1701 Masehi. Dan pada tahun 1789 Masehi, jenis Celana Panjang telah menjadi kostum simbol perlawanan yang merata digunakan oleh masyarakat umum (common);yang dalam bahasa Perancis disebut Commune yang terdiri dari dua faksi besar Proletar dan Borjuis.
Sebelum menggunakan Sarowil, masyarakat Aristokrasi Eropa masih menggunakan celana panjang selutut yang ketat yang biasa disebut dengan nama Breeches dalam bahasa Inggris dan Culottes dalam bahasa Prancis. Dalam demonstrasi besar 1792 Masehi di dalam rangkaian Revolusi Perancis tersebut, masyarkat umum (Inggris: Commone People) mulai mengidentifikasi golongannya dan gerakannya dengan nama Sans-Cullotes sebagai simbol perlawanan yang berarti Orang-orang Yang Tidak Menggunakan Celana Ketat Selutut. Penolakan Cullotes atau Breeches tersebut kemudian diimbangi oleh penggunaan Trousers atau Pantaloons yang akar simbolismenya biasa diperhubungkan dengan sosok Pantalone (nama tokoh) yang biasa menggunakan Pantalone (nama celana panjang) dalam tulisan Commedia dell’arte. Pantalone adalah figur fiksi masyarakat kelas Borjuis yang berakar dari kawasan pelabuhan dagang Venesia.
Sarowil atau Silwar atau Banthalun kemudian menyebar luas terutama melalui pengaruh Mamluk dan kemudian Turki Usmaniyah dimana penggunaan massifnya telah dilakukan oleh komunitas kwdinasan tentara Janisari. Kata Sarowil tersebut, di dalam bahasa Turki disebut dengan Salvar. Dari kata Turki Salvar kemudian masuk ke dalam bahasa Albania sebagai Sallvare, Armenia Salvar, Aromania Sillvari, Bulgaria Salvari, Belarusia Salavari, Polandia Szawavary, Ukraina Saravary, Yunani Salvari, Makedonia Salvari, dan seterusnya.
Namun demikian, masa penggunaan Sarowil atau Sirwal tersebut sebenarnya telah digunakan juga sejak masa sebelum era Nabi Muhammad SAW;terutama pada masyarakat Persia dan Saka yang tersebar luas di kawasan Iran dan Asia Tengah. Dalam berita Yunani, Sarowil atau Sirwal yang digunakan oleh masyarakat Saka tersebut disebut dengan istilah Sarabara;yang sejajar dengan bahasa Persia Salwar. Bahasa Yunani Sarabara tersebut, di dalam bahasa Latin disebut dengan Sarabala. Sementara di dalam Kitab Daniel (Bagian Kitab-Kitab Perjanjian Lama), di dalam bahasa Aramaik;Sarowil atau Sirwal dalam bahasa Arab juga ternyata telah terabadikan dengan nama Sarbalin yang kemudian akan masuk ke dalam bahasa Syiria sebagai Syarbalin (yang dalam bahasa Ibrani sebenarnya disebut Michnasayim).
Sebagaimana Izar, Sarowil yang merupakan bentuk kain berjahit yang mewadahi tubuh dari bagian pinggang hingga bagian sepasang kaki secara utuh dan langsung tersebut masih masuk kategori Under Garment. Budaya yang lebih mencolok dalam penggunaan Sarowil atau Sirwal modern ini adalah masyarakat Afghanistan, Pakistan, dan India;yang biasa dipadukan dengan Upper Garment berupa Kurta, yakni bentuk pendek dari Qamisya.
Sehingga pada prinsipnya dasar pakaian masyarakat Arab pada masa lalu (masa hidup Nabi Muhammad SAW) adalah Jalabib atau Jilbab yang biasa disebut juga Qamisya, Tsaub, Disydasya, Kandurah, dan seterusnya (biasanya masih terdapat Kaftan atau Cloak atau Jubah sebagai Outer Garment [jenis pakaian luar tambahan setelah pakaian utama]). Qamisya yang tiba ke dalam bahasa Eropa sebagai Camisia dan kemudian pada gilirannya tiba ke dalam bahasa Indonesia sebagai Kemeja (walaupun basis bentuknya berubah dan berbeda dari bentuk Qamisya) itu bisa digunakan tersendiri dan utuh. Kemudian bisa juga pada bagian dalamnya tetap menggunakan Izar atau Shorun (dalam budaya Celtik dikenal Skirt) berupa Sinjang, Samping, Sarung, atau Rok dan atau Sarowil atau Bantalun berupa Celana Panjang.
Kita tidak perlu membedakan terlebih dahulu jenis-jenis Celana Panjang pada masa lalu;karena misalnya pada saat ini banyak orang telah membedakan dan berdebat tentang mana yang lebih Syar’i (absyah) terkait Sirwal dan Bantholun (namun cukup mengherankan tanpa melibatkan wacana Trouser atau Pantalons atau Pants yang barangkali dianggap berakar dari dunia Barat). Lain lagi wacana Muslim pada masa kolonial dimana yang diperdebatkan adalah apakah boleh seorang Muslim menggunakan Pantaloons atau Pantalons atau Pants atau Trousers yang dianggap datang dari akar kebudayaan dan peradaban Western. Sesuatu yang jika lebih disiplin dalam menggali langsung ke dalam sumber arsip atau dokumentasi keagamaan itu sendiri dan atau aspek Yurisprudensi (Fiqih dan Syariah) akan menjadi sesuatu yang terkesan cukup lucu. Pasalnya, masyarakat Muslim pada masa Rasulullah itu sendiri (bahkan termasuk Rasulullah sendiri) pada kenyataannya juga telah terbiasa menggunakan Celana Panjang yang biasa disebut Sarowil atau Sirwal sebagai alternatif penggunaan Izar atau Shorun. Baik ketika menggunakan Qamisya sebagai Long Loose Garment (tidak mesti dan selalu) maupun ketika menggunakan konsep Upper Garment dan Under Garment.
Pada musim Haji atau Umrah, Rasulullah kemudian menganjurkan umatnya untuk menggunakan Izar;namun demikian jika tidak menemukannya maka diperbolehkan menggunakan Sarowil. Sederhanya Sarowil atau Sirwal yang dalam bahasa Arab lainnya adalah Bantholun merupakan Celana Panjang;yang kemudian hari tahap perkembangannya bahkan telah mempengaruhi trend Pantaloons, Pantalons, Pants, atau biasa juga disebut Trouser di dalam budaya dan peradaban dunia Barat sejak abad ke-18 Masehi. (Lukisan Janisari dengan Salvar/internet)
Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.