
“Om bhupanam maukharinam kulam-atanu-guno-lam-chakar-atma-jatya sri-sardulasya yo-bhuj-jana-hridaya-haro-nantavarmma su-puttrah [..]”
“Om! He, Anantavarman, who was the exellent son, captivating the hearts of mankind of the illustrious Sardula, […]”
“Om! Dialah, Anantavarman, putra yang sangat baik, yang memikat hati umat manusia yang terkemukan dari Sardula, […] “
No. 48; PLATE XXX B.
BARABAR HILL INSCRIPTION OF ANANTAVARMAN. Corpus Inscriptionum Indicarum Vol. 3, p. 223; John Faithfull Fleet (Kolkata, India, 1888)
Maukhari Dalam Sumber Kesusastraan
T. G. Aravamuthan dalam bukunya The Kaveri, The Maukharis, and The Sanggam (Madras, University of Madras, 1925) mencoba mendudukan kemungkinan adanya keberadaan Maukhari sebagai identitas wangsa dan unit politik kerajaan melalui Tamil Sangam.
Tamil merujuk pada kawasan India Selatan dan bahasa India Selatan yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Dravida. Namun demikian tidak sesederhana itu, bahasa Tamil sesungguhnya juga telah menampung kosa-kata dan konsep-konsep kebudayaan Arya secara masif. Sehingga di dalam bahasa Tamil terkandung bahasa dan gagasan Indo-Arya yang masif yang telah tercitarasakan dalam bahasa Tamil, seperti berakar dari bahasa Sanskrit, Prakrit, dan Pali.
Sementara Sangam berakar dari bahasa Sanskrit, Prakrit, dan Pali Sangha yang berarti Perkumpulan, Persidangan, Permusyawaratan, Paguyuban, Dewan, atau Komunitas. Istilah Sanga biasanya lebih cenderung identik dengan basis tradisi keagamaan dalam Budha dan Jaina yang merujuk pada perkumpulan para ahli agama yang bertempat tinggal di suatu asrama. Salah-satu yang biasa dilakukan oleh Sanga adalah mengabadikan, mengaransemen, dan mempublikasikan naskah-naskah penting kesusastraan dan keagamaan dalam bentuk puisi.
Tamil Sangam dengan demikian merujuk pada suatu kesusasteraan yang dihasilkan dari tradisi keagaaman di kawasan India Selatan dengan menggunakan bahasa Tamil. Bisa jadi masa kreatifitas pembuatan literatur Tamil yang kaya merujuk pada masa kejayaan Kerajaan Pallava dan setelahnya. Namun demikian apa yang terlihat dalam topik-topiknya membuktikan bahwa narasi cerita yang dibangun di dalamnya justru merujuk pada suatu masa dimana Pallava belum lahir. Yakni suatu masa yang merentang di antara abad ke-2 SM hingga abad ke-8 M.
Hal tersebut dapat menjadi dugaan bahwa naskah-naskah yang dihasilakan pada periode Pallava dan setelahnya telah mengambil basis pengerjaannya sscara estafeta dari kreatifitas masa sebelumnya, misalnya dari periode kebesaran Chola, Pandya, dan Chera yang mendahului kejayaan Pallava.
Jika Edwar A. Pires dalam buku The Maukharis (Madras, B. G. Paul and CO., PUBLISHERS, 1934) telah membangun starting point narasi pelacakan wangsa dan unit kekuasaan Maukhari dari kitab Harshacharita dalam tradisi literatur Sanskrit khas kawasan India Utara atau Magadha yang berbasis pada narasi abad ke-7 M yang dinisbatkan pada penulisnya Banabhatta (meskipun tentu saja sama-sama sampai dari aransemen literatur lebih kemudian).
Maka T. G. Aravamuthan dalam bukunya The Kaveri, The Maukharis, and The Sanggam (Madras, University of Madras, 1925) telah mencoba menyelidiki dari Tamil Sangam yang telah dikerjakan dan diulas oleh para peneliti kemudian. Beberapa naskah yang dirujuk dalam penelaaahan T.G. Aravamuthan adalah kitab-kitab sastra seperti Pattinappalai, Porunararuppatai, Anakanuru, Purananuru, Agananuru, Manimekalai, Sankarasolaula, Narasabhupaliyam, Irangesavenba, Silapadikaram, Pattupattu, Paddirruppatu, dan Ahananuru.
Sebuah kerja luar biasa dalam membaca dokumen-dokumen untuk sekedar menganalisa, mengkoherensikan, dan sekaligus menguji hingga sebuah mana narasi yang mengklaim bahwa kawasan Tamil pada suatu masa yang telah berlalu melalui sosok raja-raja yang muncul dalam kesusastraan; yakni Karikala, Sengutuvan, dan Imayavaramban bukan saja pernah menundukkan seluruh kawasan India Selatan (Tamil), melainkan juga pernah melakukan ekspedisi dan penundukkan kawasan India Utara (Magadha).
Namun demikian, sama seperti Edwar A. Pires, T.G. Aravamuthan juga menjadikan kekayaan naskah sastra untuk melakukan titik awal penyelidikan mengenai keberadaan wangsa dan unit kekuasaan Maukhari yang termaktub di dalam naskah-naskah tersebut yang sejauh ini belum mendapatkan tempat dalam pembuatan aspek Historiografi yang memadai. Suatu kerja kesejarahan yang selama ini masih terfokus pada penulisan periode Kerajaan Gupta.
Namun demikian dengan lengkapnya pembuatan laporan dan buku mengenai sumber berita tertulis dalam bentuk Epigrafi pada masa Gupta dan semasanya, maka peluang untuk mengrekonstruksi unit-unit kekuasaan lainnya yang semasa dengan Gupta dan yang dirujuk dalam berita-berita Gupta menjadi lebih optimis untuk dilakukan. Sumber data periode tersebut telah berhasil diterbitkan oleh John Faithfull Fleet dalam penerbitan Corpus Inscriptionum Indicarum Vol. 3 (Kolkata, India, 1888).
Seperti halnya juga dengan keberadaan Maukhari yang juga sangat jelas telah dirujuk dalam sumber berita eksternal Gupta. Terlebih lagi, inskripsi-inskripsi internal Maukhari yang masih berceceran dan belum menemukan narasi yang koheren juga sudah sangat mencukupi keberadaannya untuk bisa dianalisa. Dengan semangat untuk mengungkap eksistensi Maukhari itulah yang mendorong T. G. Aravamuthan, Edward A. Pires, dan yang lebih kemudian adalah Thakur Prasad Verma melalui karyanya The Imperial Maukharis: History of Imperial Maulharis of Kanauj and Harshavardhana (Chennai, Notion Press, 2018) telah berhasil menyelesaikan puzzle besar penulisan Sejarahnya.
Banabhatta (606-647 M) yang merupakan penyair istana (astanakavi) Pushyabhutti atau Vardhana menyitir Maukhari dan beberapa nama Maukhari dalam karyanya Harshacharita. Pertama Raja Maukhari yang bernama Grahavarman. Kedua adalah Raja Maukhari yang bernama Avantivarman yang merupakan ayah dari Grahavarman. Grahavarman merupakan menantu Raja Pusyabhutti (disebut juga Vardhana) bernama Prabhakaravardhana. Isteri Grahavarman, merupakan putri Prabhakaravardhana yang bernama Rajyashri. Grahavarman gugur dalam penyerbuan yang dilakukan Raja Malva yang bernama Devagupta sementara isterinya Rajyashri menjadi tawanan.
Pengganti Prabhakaravardhana adalah Rajyavardhana yang gugur dalam pertempuran dalam upaya penyerbuan untuk menuntut balas kematian Grahavarman dan status tawanan adiknya Rajyashri melawan Devagupta dan sekutunya Raja Gaudi yang bernama Shashanka. Rajyavardhana yang merupakan putra Prabhakaravardhana kemudian digantikan oleh adik laki-lakinya yang bernama Hashavardhana.
Ketiga, nama lain yang muncul dalam kisah Harshacharita adalah Raja Maukhari yang bernama Kshatravarman. Di dalam kisah tersebut dikatakan bahwa Khsatravarman merupakan raja pada masa dahulu kala. Artinya raja yang berkuasa pada masa sebelum Grahavarman dan Avantivarman berkuasa di Maukhari. Hanya saja belum jelas seberapa jauh jarak antara Khsatravarman dan Grahavarman dan Avantivarman merentang dalam analisa waktu yang tepat.
Dadin (sekitar akhir abad ke-7 M dan awal abad ke-8 M) yang merupakan penyair istana Vidarbha, Pallava, dan Ganga Barat dalam Dashakumaracharita menulis nama-nama seperti Apahaarvarman, Upahaarvarman, Chandavarman, Shimhavarman, Vikatavarman, Bhaskaravarman. Dashakumaracharita yang ditulis dalam bahasa Sanskrit ditulis pada peralihan abad ke-7 M dan ke-8 M yang mengindikasikan masa kekuasaan Pallava.
Namun demikian narasi yang dibuat merentang hingga pada cerita abad ke-5 M dimana kekuasan Vakataka jatuh dan kemudian naiknya kekuasaan Pallava. Sehingga pada prinsipnya tengah menceritakan wangsa Pallava. Namun demikian, disitir pula dalam naskah tersebut seorang raja Anga yang tengah diingatkan mengenai peraturan hidup Maurya.
Para ahli menganalisa bahwa Maurya baik pada abad ke-5 M atau pada peralihan abad ke-7 M dan abad ke-8 M, tentu saja sudah tidak ada. Raja Maurya terakhir Brihadratha telah dikudeta dan kemudian terbunuh oleh Senapati Pushyamitra Sunga pada tahun 185 SM. Setelah itu Pushyamitra Sunga menjadi raja pertama Sunga. Dengan demikian, artinya, bahwa Maurya sudah sejak akhir abad ke-2 SM runtuh.
Apa yang ingin dikatakan para ahli adalah bahwa pada abad ke-5 M (masa pembangunan Pallava) atau hingga abad ke-7 M dan ke-8 M (masa hidup Dadin di Pallava) di kawasan Magadha atau India Utara, dari kawasan Pataliputra hingga kawasan Anga yang beribukota di Champa berdasarkan temuan-temuan prasasti tengah dikuasai oleh wangsa Maukhari. Ada dua fakta yang bertolak berlakang tersebut membawa kemungkinan bahwa Dadin telah keliru untuk seharusnya mengatakan Maukhari dengan kenyataannya mengatakan Maurya.
Atau bahkan Dadin sesungguhnya tidak keliru; dimana ketidakkeliruan Dadin harus membawa pada konsekuensi bahwa istilah Maukhari tentu ada hubungannya dengan istilah Maurya. Bahwa Raja Anga yang merupakan Maukhari tengah diingatkan mengenai peraturan hidup leluhurnya yakni Maurya. Dengan demikian ada kemungkian bahwa wangsa Maurya selepas kudeta oleh Pushyamitra Sunga masih mampu mempertahankan keberlangsungan unit kekuasaan di suatu kawasan lainnya di luar Pataliputra, hingga kemudian pada masa tersebut kembali dan berkuasa di kawasan Anga dengan ibukotanya bernama Campa (data prasasti).
Jayaditya dan Vammana (abad ke-7 M) dalam Kasikavritti memasukkan Maukharya sebagai salah-satu gotravayavas (marga kecil) dalam suatu konteks perumpamaan dalam menjelaskan imbuhan Shyan dalam Ashtadhyayi karya Panini. Bisa jadi, kata Maukharya dalam Kasikavritti yang ditulis Jayaditya dan Vammana (abad ke-7 M) telah terwariskan dalam rantai sanad dan komentari keilmuan Vyakarana (pelajaran analisa dan tata bahasa Sanskrit) melalui Vakyapadiya karya Bhartrhari (abad ke-6 M), Mahabhasya karya Patanjali (abad ke-2 SM), dan Ashtadhyayi karya Panini (abad ke-3 SM).
Tamil Sangam (abad ke-3 SM sampai ke-8 M) seperti Pattinappalai, Porunararruppatai, Akananuru, Purananuru, Agananuru, Manimekalai, Sankarasolaula, Narasabhupaliyam, Irangesavenba, Silapadikaram, Pattupattu, Paddirruppatu, dan Ahananuru. Beberapa penulisnya antara lain Katiyalur Uruttirankannanar, Mutattamakkanniyar, Perunthevanaar, Swaminatha Iyer, dan seterusnya.
Hiuen Tsang atau Xuanzang (abad ke-7 M), pendeta Budha asal Tang melakukan kunjungan ke India. Pada masa dia tiba di Magadha dikatakannya raja Maukhari yang bernama Purnavarman baru saja meninggal beberapa waktu sebelum kedatangannya. Diberitakan oleh Hiuen Tsang bahwa Purnavarman telah berjasa dalam memperbaiki Pohon Budha dan pembuatan pahatan tembaha Budha setinggi 24 meter.
Melalui sebagian data yang terdapat dalam uraian di atas, kita dapat memperkirakan bahwa kata Maukhari dan variasi fonetiknya telah muncul pada masa Maurya. Unit kekuasaan Maukhari sudah terlihat lebih nyata pada abad ke-8 M, abad ke-7 M, abad ke-5 M, dan sedikit sebelum memasuki abad ke-5 M. Meskipun namanya sebagai wangsa telah merentang pada abad sebelum ke-5 M sebagaimana yang dirujuk isyaratnya dalam sumber kesusastraan yang ada yang dinisbatkan sanad dan riwayatna hingga tiba pada abad-3 SM.
Untuk lebih meyakinkan bahwa istilah Maukhari dan kemungkinan variasi fonetik dan filologisnya yang dapat dipertanggungjawabkan dan memang telah membentang akar bahasanya hingga ke-3 SM, kita akan memperbandingkan dengan variasi fonetik yang terdapat pada sumber epigrafis yang telah ditemukan oleh Jenderal Cunningham (abad ke-20 M). Bahwa Jenderal Cunningham telah menemukan stempel tanah liat kering di daerah Gaya dengan dengan grafir karakter manusia bertuliskan istilah Mokhalinam dalam aksara Brahmi dan bahasa Prakrit yang diduga sebagai tinggalan dari masa raja Maurya bernama Ashokavardhan. Mokhalinam dalam bahasa Sanskrit dapat diduga akan berbunyi Maukharinam yang akan berasal dari kata Maukhari dan atau Maukara. Maukhari dengan demikian memang telah eksis dirujuk sejak abad ke-3 SM di kawasan Gaya dekat ibukota Pataliputra kawasan Magadha di India Utara.

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.