Umumnya, pengkajian Kerajaan Palawa dimulai sejak abad ke-7 M hingga abad ke-9 M, sejak naiknya Mahendravarman I (600-630 M) dan diakhiri oleh Aparajitavarman (880–897 M). Hal ini dikarenakan bukti-bukti telah begitu kuat lewat inskripsi-inskripsi batu dan tinggalan-tinggalan fisiknya sebagai puncak peradabannya telah tercapai dan kasat mata.

Namun demikian, babak pembentukkan Kerajaan Palawa sesunggungnya telah dimulai sejak abad ke-3 M hingga abad ke-4 M. Dimulai dengan naiknya Simhavarman I (abad ke-3 M) dan diakhiri dengan jatuhnya otonomi Kerajaan Palawa ditangan Vijaya Vishnugopavarman II (abad ke-4 M).

“(Lines 19-20) Whose magnanimity blended with valour was caused by (his) first capturing, and thereafter showing the favour of releasing, all the kings of Dakshinapatha such as Mahendra of Kosala, Vyaghraraja of Mahakantara, Mantaraja of Kurala, Mahendragiri of Pishtapura, Svamidatta of Kottura, Damana of Erandapalla, Vishnugopa of Kanchi, Nilaraja of Avamukta, Hastivarman of Vengi, Ugrasena of Palakka, Kubera of Devarashtra, and Dhananjaya of Kusthalapura.)” [Allahabad Stone Pillar Inscription of Samudragupta]

“(Baris 19-20) Kepunyaannya kemuliaan yang berpadu dengan keberanian yang menyebabkan penawanan yang pertama kali dilakukannya, dan yang setelahnya kemudian menunjukkan kebaikan dengan cara dibebaskannya, yakni
seluruh raja-raja dari Dakshimapatha seperti Mahendra dari Mahakantara, Mantaraja dari Kurala, Mahendragiri dari Pishtapura, Svamidatta dari Kottura, Damana dari Erandapalla, Vishnugopa dari Kanchi, Nilaraja dari Avamukta, Hastivarman dari Vengi, Ugrasena dari Palakka, Kubera dari Devarashtra, dan Dhananjaya dari Rusthalapura.) [Prasasti Tiang Batu Allahabad dari Samudragupta]

Sebagaimana diketahui lewat Prasasti Pilar Batu Allahabad dari Samudragupta, salah-satu dari sekian deret raja-raja yang ditundukkannya dalam ekspedisi militer (perkiraan pakar sekitar tahun 350 M) adalah “Vishnugopa dari Kanchi” (Kerajaan Palawa) dan “Hastivarman dari Vengi” (Kerajaan Salankayana) sebagaimana yang telah diulas pada topik Kerajaan Salankayana sebelumnya.

Masa berkuasa Maharajadiraja Samudragupta (335-375 M) dari Kerajaan Gupta Rajawangsa yang beribukota ti Pataliputra (saat ini masuk Negara Bagian Bihar) menurut data para pakar adalah 335-375 M, sehingga pada abad ke-4 M ini pula “Vishnugopa dari Kanchi”sebagaimana telah diberitakan dalam Prasasti Tiang Batu Allahabad dari Samudragupta hidup.

Dalam inskripsi-inskripsi Palawa sendiri, yang masih seluruhnya didominasi dalam medium lempeng tembaga (copper-plates); “Visnugopa dari Kanchi”dapat diidentifikasi sebagai Maharaja Vijaya Vishugopavarman (tepatnya Maharaja Vishnugopavarman II dalam analisis ahli) dari Kerajaan Palawa yang memang pada saat itu tengah beribukota di Kanchipuram (saat ini masuk Negara Bagian Tamil Nadu).
***
Sebenarnya, untuk memasuki  masa sejarah Awal Kerajaan Palawa (Early Pallava Kingdom) tidak benar-benar rumit dan suram. Hanya saja memang memerlukan waktu lebih untuk mencernanya, dikarenakan para analis menghindari kemungkinan untuk dapat mengkoherensikan dari sumber-sumber pemberitaan internal Kerajaan Palawa sendiri yang sesungguhnya berlimpah.

Sumber berita babak Awal Kerajaan Palawa setidaknya merujuk pada empat belas buah prasasti dalam bentuk lempeng tembaga (coper-plate), bahkan bisa jadi jauh lebih banyak lagi (butuh inventarisasi lebih jauh). Dari keempat belas buah prasasti yang merupakan segel pemberian hibah wilayah (Sanskrit: Brahmadaya, Inggris: grant) untuk kepentingan para Brahmana tersebut, dapat di bagi kedalam dua buah kelompok. Pertama Prasasti-prasasti berbahasa Prakrit (Prakrit Language) dan beraksara Brahmi (Brahmi Script). Dan kedua prasasti-prasasti berbahasa Sanskrit (Sanskrit Language) dan beraksara Palawa (Pallava Script).

Pada kesempatan kali ini, kita akan mencukupkan pada babak dimana datanya merujuk pada sumber pemberitaan berbahasa Prakrit dan beraksara Brahmi dimana secara teknis kronologi akan ditempatkan sebagai sumber penting fakta keras (hard fact) pemberitaan tertua sejarah Kerajaan Palawa yang tidak terbantahkan.

Pertama, Manchukallu Grant Inscription (copper plate) of Simhavarman I. Prasasti ini melalui penelaahan pakar Epigrafi (ahli aksara pada medium batu dan logam) dianggap berusia paling tua. Dengan demikian, Simhavarman yang mengeluarkan prasasti tersebut akan ditempatkan dalam posisi pertama raja dari Kerajaan Palawa.

Dalam daftar Early Inscriptions of Andhradesa (Prasasti-Prasasti Awal di Andhradesa) yang dikeluarkan oleh Ecole Francaise d’Extreme-Orient (Paris, France) bersama HiSoMA Research Centre (Lyon, France) yang dipublikasikan secara online oleh TGIR Huma-Num (France), beruntung terdapat transkripsinya secara lengkap.

Prasasti Manchukallu ditemukan di Desa Manchikallu, Distik Guntur, Negara Bagian Andhra Pradesh sebelum tahun 1940 M. Saat ini tersimpan di Museum Pemerintah Andhra Pradesh. Pertama dipublikasikan oleh Seshadri Sastri tahun 1940 dalam bahasa Telugu. Kemudian diperbaharui pada tahun 1955, 1957-1958, dan tahun 1965. Isinya sebagai berikut:

“(1) Siddha[m]‖–
bharadaya[sa]go[ttena] ++++
[dha]rena palavanam si[ha] (2)
vamana 。 ap[p]ano vejayike ? +++
[lava]dhamnike samntisathi (3)
yayanam katuna 。bhaga[va](to)(siri) [jivas]ivasamisa tethika (4)
nak[kh]attik[a]paharakadi katam kapa ? devakulasa bhag[ga]‖? + (5) +++++++ ? +++++ [sa] pada[m](u)le‖++++”

“Success! By (king) Simhavamma of the Pallavas, with a view to his own victoriousness and for increasing his… and power, santi and svastyayana were carried out and the taithika, raksatrika as well as as praharika and so forth were performed for Lord Siri.”

“Selamat! Oleh (raja) Simhavamma dari
Palawa, dengan mempertimbangkan atas kemenangannya
dan untuk pencapaiannya…
dan kekuasaannya, santi dan svastya yang
telah dilaksanakan dan taithika,
naksatrika maupun praharika dan
sebagainya telah dipersembahkan untuk Dewa Siri.” (Diterjemahkan Oleh Gelar Taufiq Kusumawardhana)

Penemuan Manchukallu Grant Inscription of Simhavarman di Desa Manchukallu yang merupakan wilayah Distrik Guntur di Negara Bagian Andhra Pradesh menunjukkan bahwa Kerajaan Palawa mulai dioperasikan dari wilayah yang saat ini masuk kawasan Krishna dan Guntur.

Dalam prasasti tersebut tampak raja melakukan beberapa ritus keagamaan seperti Santi, Svastya, Taithika, Naksatrika, dan Praharika sebagai sebentuk rasa sukur atas segala kemenangan dan pencapaiannya dalam pengelolaan negara. Tempat dimana raja melakukan ritus peribadatan tersebut bernama Jivasivaswami dengan dewa yang menjadi pusat penyembahannya bernama Dewa Siri. Bisa saja nama lain dari Dewa Siwa, karena Jivasivaswami sendiri mengandung makna peribadatan untuk Siwa. Di sana, Simhavarman untuk saja dapat diduga melakukan kerja sosial, memberikan wakaf tanah dan jaminan-jaminannya (Brahmadaya) terhadap Jivasivaswami.

Kedua, Mayidavolu Grant  Inscription (copper-plate) of Sivaskandavarman.  Dalam prasasti ini, Sivaskandavarman melakukan kegiatan pemberi wakaf atau donor (Brahmaya) sebagaimana Simhavarman menjadi penjaminnya langsung (Sanskrit: Anati). Nama tempat yang dijadikan wilayah donor tersebut bernama Viriparam di Andhrapata yang saat ini merupakan wilayah diantara Distrik Krishna dan Distrik Guntur. Di sana tersebutkan juga Bharadwaja-gotra, yang artinya garis leluhurnya berasal dari Keluarga Bharadwaja. Dan hal penting lainnya bahwa di dalam prasasti, kedudukan Sivaskandavarman disebutkan sebagai Yuvamaharaja yang artinya Maharaja Muda. Kedudukan seperti ini dalam sistem tata negara kuno berarti pangeran utama (umumnya anak laki-laki pertama) yang akan menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja.

Dengan kata lain, ketika inskripsi itu dikeluarkan oleh Sivaskandavarman sebagai Raja Muda, maka ayahnya Simhavarman tengah berkuasa penuh dalam kedudukannya. Selain aspek regional Andhrapada, yakni Guntur-Krisna sebagaimana seting inskripsi Manchukallu telah tersebutkan aspek regional baru, Kanchipuram. Kanchipuram atau Kanchi saat ini berstatus sebagai Desa Kanchipuram di Distrik  Kanchipuram Negara Bagian Tamil Nadu. Dengan melihat hal ini, kita dapat menyimpulkan adanya suatu perluasan daya jangkau kewilayahannya dari Negara Bagian Andhra Pradesh menuju Negara Bagian Tamil Nadu.

Ketiga, Hirahadahali Grant (coper-plate) Inscription of Sivaskandavarman. Di dalam inskripsi ini, Sivaskandavarman disebutkan dengan statusnya sebagai Dharma Maharajadhiraja. Di sini kita dapat mengetahui bahwa Sivaskandavarman telah naik ke tampu penuh kekuasaan untuk menggantikan ayanya. Kenaikannya tersebut disertai dengan ritus keagamaan Asvamedha-yajna yang merupakan sebentuk upacara penobatan yang keabsyahannya dilakukan oleh para Brahmana. Atas pencapaiannya tersebut, Sivaskandavarman mendonasikan emas, sapi, tanah Brahmadaya beserta pembebasannya dari kewajiban membayar pajak. Selain itu, Kanchipuram juga tersabit lagi. Suatu informasi yang semakin mengukuhkan daya jangkau Kerajaan Palawa telah masuk ke arah Kanchipuram di Tamil Nadu.

Keempat, Gunapadayam Inscription (coper-plate) of Cherudevi (during regent of Vijayaskandavarman ). Dalam prasasti ini, terdapat gambar Rishaba (Banteng) yang diiddntifikasi sebagai lambang Kerajaan Palawa. Gambar serupa itu ditemukan juga dalam koin emas di Kanchipuram yang semakin mengukuhkan dugaan demikian. Selain gambar banteng, pada koin emas Kanchipuram terdapat juga gambar matahari, bulan, dan bintang sebagai representasinya. Dalam prasasti dikatakan jika Charudevi adalah yang memberikan peran dalam pemberian hibah tanah Dalura kepada para Brahmana sebagai tanda sukur. Pada saat itu, dia adalah seorang ratu dari Yuvamaharaja yang diduga sebagai Buddhavarman. Charudevi dengan demikian memiliki prestise untuk berlaku demikian mengingat status dari suaminya yang merupakan Raja Muda. Pada masa dimana Charudevi memberikan Brahmadaya tersebut, Maharaja yang tengah berkuasa bernama Vijayaskandavarman. Para ahli menduga jika Vijayaskandavarman adalah sama dengan Sivaskandavarman itu sendiri. Putra dari Sivaskandavarman atau Vijayaskandavarman bernama Buddhavarman. Sementara Buddhavarman melahirkan putra bernama Buddhiankuran. Hingga sini babak penggunaan Bahasa Sanskrit dan Aksara Brahmi yang digunakan oleh Kerajaan Palawa berakhir. Suatu analisis yang secara sederhana dibangun dari karakteristik bahasa dan aksara. Bahwa Manchukallu Grant menunjukkan pola bahasa dan aksara lebih tua yang kemudian diikuti oleh Mayidavolu Grant dan Hirahadahalli Grant dimana diantara keduanya paling memiliki kemiripan dengan Manchukallu Grant. Di bawah usia dan kemiripan Epigrafik Manchukallu Grant, Mayidavolu Grant, dan Hirahadahalli Grant menyusul kemudian yang terakhir Gunapadeyam Grant. Setelah uji material (bentuk) selesai, maka uji formal (isi) dimulai.

Daftar sementara raja pada periode Awal Kerajaan Palawa (Early Pallava Kingdom) terutama yang didasarkan atas Babak Berita Bahasa Prakrit (Prakrit Charter) adalah (1) Simhavarman I, (2) Sivaskandavarman atau Vijayaakandavarman, (3) Buddhavarman, dan (4) Buddhiankuran. Selepas keempat sosok raja ini, inskripsi-inskrisi copper plate sekurang-kurangnya masih ada 6 lagi untuk memasuki Babak Berita Berbahasa Sanskrit dan Beraksara Palawa hingga kemudian serangan Maharajadhiraja Samudragupta dari Gupta Rajawangsa terhadap Maharaja Vijaya Vishnugopavarman II menutup Babak Berita Sanskrit dan sekaligus juga menutup tahap Awal Sejarah Palawa dan kemudian segera memasuki tahap Lanjutan Sejarah Palawa. Sebagai catatan, penulis amat terbantu dengan serpihan naskah buku PDF yang dapat diunduh dari Shodganga.inflibnet.ac.id. tanpa kehadiran cover yang dapat menunjukkan identitasnya. Chapternya Polity, Sub Chapternya Pallavas. (Gelar Taufiq Kusumawardhana/Varman Institute)

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".