Tarum merupakan bahasa Sunda dan Melayu untuk menyatakan identifikasinya terhadap berbagai jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan zat pewarna alami berwarna biru. Zat pewarna alami tersebut biasa digunakan untuk mewarnai kain pada masa hingga sebelum zat pewarna kimia sintetik ditemukan.

Jadi tarum merujuk pada banyak tumbuhan yang dalam bahasa Latin diantaranya Marsdenia tinctoria, Indigofera tinctoria, Indigofera arecta, Indigofera sufruticosa, Indigofera galegoides, Strobilantes cusia, Isatis tinctoria, dan seterusnya. Apa yang secara khusus dikembangkan oleh HOV/VI adalah Marsdenia tinctoria yang biasa dikenal dengan nama lokal Tarum Areuy.

Usaha pebelusuran kembali khazanah tumbuhannya, riset mandiri, dan upaya konservasinya sebenarnya sudah dilakukan sejak akhir tahun 2011 dan awal tahun 2012 hanya saja terhambat banyak kendala teknis terutama ketersedian lahan pertanian. Pada saat ini masalah ketersedian lahan telah mulai terpecahkan, tinggal kembali fokus pada perbanyakan bibitnya.

Bibit yang digunakan pada saat ini sebanyak 120 bibit pada bidang lahan yang digunakan seluas 12 meter x 1,5 meter di Komplek Masjid Al Karthobi di Kampung Galudra Desa Cilame Kecamatan Ngamprah pada lahan keluarga milik Jaro Parawari HOV/VI Muhamad Zaenal Arif.

Dalam bahasa Inggris Tarum Areuy atau Marsdenia tinctoria dikenal juga dengan nama Broad-leave Indigo, Java Indigo, Climbing Indigo, dan Likely Indigo. Sementara dalam bahasa Inggris secara umum istilah Tarum ekivalen dengan kata Indigo, sementara dalam bahasa Sanskrit ekivalen dengan nama Nila.

Disebut dengan Tarum Areuy, karena jenis Tarum tersebut memiliki aspek fisiologis yang bersifat sebagai tumbuhan yang merambat. Pada banyak aspek, upaya konservasi tidak akan berjalan dengan baik hingga nilai ekonomis dari suatu komoditas dapat direcovery dan rantai bisnis dan kebudayaan yang menyokongnya menjadi pulih kembali.

Dalam hal ini HOV/VI mencoba menjembatani pergerakan yang seimbang antara nilai-nilai konservasi yang menjadi renungannya dan revitalisasi nilai ekonomis yang perlu dilakukan untuk menunjangnya.

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".