Tarum Assam

Tarum Assam memiliki nama ilmiah sebagai Strobilanthes cusia (Nees) Kuntze. Tumbuhan tersebut tersebar luas di kawasan Banglades, Butan, China (Fujian, Guangdong, Guangsi, Sicuan, Sizang, Yunan, Zejiang), Taiwan, Jepang (Ryukyu), Myanmar, Laos, Vietnam, Thailand, India (Assam, Arunacal Prades, Nagaland, Manipur, Mizoram, Tripura, Meghalaya), Srilanka, dan Semenanjung Malaysia.

Di dalam bahasa Inggris Tarum Assam disebut dengan nama Assam Indigo. Demikian juga di dalam bahasa Prancis namanya disebut dengan nama Indigo de l’Assam. Sementara di dalam bahasa Melayu namanya disebut dengan Tarum Assam. Baik Assam Indigo, Indigo de l’Assam, maupun Tarum Assam memiliki pengertian yang sama yakni merujuk pada nama tempat yang disebut Assam.

Assam adalah suatu daerah yang berada di kawasan Timur Laut India yang dikelilingi oleh Arunachal Pradesh, Nagaland, Manipur, Mizoram, Tripura dan Meghalaya yang biasa dikenal sebagai negara bagian India Seven Sisters. Suatu kawasan yang secara administrasi masuk ke dalam wilayah India namun demikian secara kebudayaan lebih cenderung serupa dengan masyarakat Tibet, Burma, Cina Selatan, maupun Melayu. Di kawasan India Assam tersebut, asal-usul tumbuhan Tarum Assam dianggap berasal. Selain disebut dengan Assam Indigo, di dalam bahasa Inggris dikenal juga dengan nama Chinese Rain Bell.

Disebut dengan Chinese Rain Bell (Lonceng Hujan Cina), karena tumbuhan Tarum Assam memiliki bunga berwarna ungu dengan bentuknya menyerupai lonceng atau terompet. Dan tumbuhan berbunga terompet tersebut hanya dapat ditemui di kawasan Cina bagian Selatan, Taiwan, dan Jepang (Kepulauan Ryukyu) yang memiliki iklim tropis saja. Dan sebagaimana umumnya di kawasan tropis, maka hujan dapat turun sepanjang tahun. Dan tentu saja, selain mengalami frekuensi dan intensitas hujan yang tinggi pada saat musim penghujan tiba.

Di Indonesia, pengebunan Tarum Assam telah masuk dan intensif dilakukan oleh Mas Fatah Syaefur Ipung bersama jaringan kerja pertaniannya dengan nama SHIDOBIRU (SSM GROUP) di kawasan lereng pegunungan Sindoro-Sumbing di daerah Ngadirejo Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Selain telah mengebunkan secara intensif dan juga telah menghasilkan prodak zat pewarna biru alami dari tarum ini untuk kepentingan industri kreatif baik domestik maupun mancanegara. Tempatnya telah biasa dikunjungi untuk kepentingan silaturahmi, studi, dan kegiatan berbagi ilmu lainnya terkait khazanah pengetahuan pewarnaan alami, terutama Tarum dari jenis Tarum Assam. (Gambar: dokumentasi pribadi Mas Fatah Syaefur Ipung di Temanggung dan Strobilanthes cusia (Nees) Kuntze in N.Taiwan, Pinglin, 02 December 2013, Publication in Revis. Gen. Pl. 2: 499 (1891))

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".