Mandrokles, seorang Yunani asal Samos pernah menjadi arsitek zeni tempur untuk kepentingan membuat konstruksi Floating Bridge (Jembatan Terapung) atau Pontoons Bridge (Jembatan Perahu) untuk seorang raja Persia, yang bernama Darius (Persia: Daryavahus) pada tahun 513 SM dan pada tahun 490 SM.

Samos merupakan salah-satu polis Yunani yang berada di Pulau Samos yang merupakan bagian dari rangkaian Kepulauan Yunani, di sebelah Timur Laut Aegea. Pitagoras, Melisus, Epicuros, dan Aristarkus merupakan beberapa nama terkenal dalam bidang Filsafat, Matematika, dan Astronomi yang pernah dilahirkan dari Samos; selain Mandokles, yang merupakan ahli dalam bidang konstruksi jembatan (Teknik).

Jembatan pada masa Darius tersebut diperkirakan membentang sepanjang 2 KM yang terapung di atas Selat Bosporus, selat yang menghubungkan daratan Asia dan Eropa. Ada dua kepentingan yang dilakukan oleh Darius dalam upaya membangun Jembatan Terapung tersebut.

Pertama untuk melakukan upaya pembinaan teritorial terhadap gangguan bangsa Saka (Scythian Campaign of Darius) yang telah menyerang kota kuno Madia, memutus jalur perdagangan antara Asia Tengah dan Laut Tengah dari kawasan Laut Hitam dari Selat Bosporus hingga mulut sungai Danube dan Dan. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 513 SM.

Kedua melakukan upaya penghukuman terhadap bangsa Yunani,terutama aliansi Polis Atena dan Polis Eretna, dimana kedua polis tersebut juga dibantu oleh Polis Ionia. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 940 SM. Secara umum, ekspedisi dalam menundukkan Atena, Eretna, dan Ionia adalah bagian dari apa yang dikenal sebagai Perang Yunani Persia ke-I (First Greco-Persian War) yang berlangsung dari tahun 492 SM hingga 490 SM.

Kunci untuk memasuki jantung Kepulauan Yunani dalam rangka menundukkan aliansi Yunani dan juga cara untuk memasuki kawasan Makedonia, Balkan, Laut Hitam yang mencakup kawasan Turki, Ukraina, dan Rusia Selatan dalam mengejar Saka adalah menyeberangi Selat Bosporus. Pada kesempatan dalam memukul mundur Saka, Persia (Ahkemid) justru beraliansi dengan Yunani (Ionia [Miletus]). Dan tidak seluruh Yunani sesungguhnya melakukan kontra Persia; sebagian mengambil sikap netral dan sebagian lagi berpihak pada Persia.


Selain itu, seorang Yunani asal Samos yang bernama Harpalos juga pernah menjadi arsitek konstruksi zeni tempur dalam membuatkan Jembatan Terapung untuk seorang raja Persia selanjutnya yang bernama Xerxes (Persia: Kharsyayarsya) pada tahun 480 SM. Peristiwa tersebut dilakukan dalam upaya untuk menyeberangi Selat Dardanella (Hellespontos) yang merupakan pintu gerbang dalam memasuki kawasab Laut Hitam (Black Sea) yang pada saat ini berada di kawasan Turki modern.

Peristiwa yang dilakukan oleh Xerxes yang merupakan putra Darius merupakan bagian dari apa yang disebut dengan Perang Yunani-Persia ke-II (480 SM-479 SM). Pada masa Xerxes, konfederasi Yunani dipimpin oleh 10 aliansi polis (city states) dimana Atena dan Sparta menjadi pemimpinnya yang paling terkemuka. Sementara sisanya seperti biasa, memilih untuk bersikap netral dan atau memilih untuk berpihak pada Persia. Panjang jembatan yang membentang di atas Selat Dardanela sepanjang 1,4 KM dan dibangun di atas dua baris paralel perahu dengan jumlah total 676 perahu. Suatu selat yang menghubungkan daratan Asia dengan kawasan Eropa melalui kawasan Trakia (Thrace).

Kisah-kisah tersebut diabadikan dalam buku Historia karangan seorang Sejarawan Yunani Kuno, Herodotus (484 SM-425 SM) yang diperkirakan ditulis antara tahun 440 SM-430 SM. Jika Persia dan Saka masih diidentifikasi sebagai rumpun Iranian yang sama. Maka Yunani dan Persia yang sama-sama dimasukkan pada rumpun Indo-Eropa (kekerabatan lebih jauh dari Saka-Persia) tampaknya memiliki hubungan yang justru tampak sangat lekat (selain soal-soal suasana persaingan Konfederasi Yunani dan Kekaisaran Persia yang selanjutnya diwariskan kepada Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Persia). Gambar: Jembatan Pontoons di perbatasan antara Kecamatan Batujajar dan Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat. [Catatan, 19 Juni 2016]

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".