Buana Varman Semesta Logo Cover

Prolog

Yayasan Buana Varman Semesta atau House of Varman merupakan terjemahan ke dalam bahasa Inggris dari kata Sanskrit Varman Vamsa yang setara dengan kata Inggris lainnya Varman Dynasty. Dalam dialek bahasa Sunda Varman Vamsa akan berbunyi Wangsa Warman dan dalam bahasa Melayu akan berbunyi Bangsa Warman. Bangsa, Wangsa, dan Vamsa dengan kata lain menunjukkan suatu ikatan kekeluargaan dari garis leluhur yang sama.

Dalam bahasa Inggris, kata keluarga selain bisa menggunakan kata Family (keluarga) juga bisa menggunakan kata House (rumah) sebagai suatu bahasa kiasan (majasi). Karena rumah adalah simbol dimana orang-orang hidup terikat dalam satu ruangan yang sama sebagai sebuah keluarga. Saling berbagi rumah sebagai suatu living space (ruang hidup) bersama yang juga secara bersama-sama saling terlibat untuk menjaga kehormatannya.

Dalam Al Qur’an Surat Ali Imran yang berarti Keluarga Imran, ke dalam bahasa Inggris biasa diterjemahkan menjadi Family of Imran. Dan biasa juga diterjemahkan sebagai House of Imran. Melalui gramatika serupa House of Imran itu, kata House of Varman dibangun. Atau dalam bahasa Indonesia menjadi Buana Varman Semesta. Sehingga dengan demikian, House of Varman secara lugas sesungguhnya berarti Keluarga Warman.

Kata Varman yang merupakan bahasa Sanskrit yang dalam bahasa Sunda berbunyi Warman diambil dalam maknanya yang majasi. Varman adalah suatu akhiran nama yang melekat pada nama-nama raja kuno di seluruh kerajaan-kerajaan paling awal di Nusantara. Kerajaan Salakanagara, Tarumanagara, dan Kerajaan Kutai Martadipura.

Jejak nama belakang Varman atau Warman masih terlacak jejaknya pada masa Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Malayu, dan Kerajaan Mataram Kuno. Hingga kemudian jejak nama-nama raja tersebut secara bertahap menghilang dan dilupakan penggunaannya dalam sejarah. Termasuk pada daftar nama-nama raja di Tatar Sunda pada eriode Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Pajajaran (Kerajaan Sunda Bersatu/Kerajaan Sunda-Galuh Bersatu).

Hal demikian mengindikasikan adanya suatu suksesi kekuasaan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran trah atau wangsa atau keluarga (geneologi) dari generasi raja-raja Wangsa Warman menuju kepada generasi raja-raja dari kerajaan-kerajaan penerusnya yang lebih muda. Namun demikian, hal demikian adalah suatu gejala yang wajar dalam setiap lintasan sejarah. Bahwa demikian juga dengan kedudukan Wangsa Warman, yang juga telah menggeser trah penguasa sebelumnya.

Namun demikian ada suatu penilaian yang bersifat positif dalam alur linear tumbuh-kembangnya kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara. Bahwa pergeseran-pergeseran suksesi kekuasaan sebagaimana demikian tidak bisa dikatakan sebagai suatu usaha penjajahan yang sifatnya fisik dan vulgar.

Pendatang-pendatang baru dan penguasa-penguasa baru datang dengan suatu proses asimilasi yang lembut dan sempurna, yakni melalui proses pernikahan. Laki-laki pendatang akan menikahi perempuan-perempuan pribumi, sehingga terjadi suatu proses asimilasi yang sempurna. Suatu proses asimiliasi yang membuatnya sulit untuk bisa dikatan bukan lagi sebagai bagian dari kata keluarga.

Melalui garis laki-laki pendatang baru tersebut kemudian generasi-generasi terutama laki-laki selanjutnya menisbatkan garis silsilah atau pernasabannya. Melalui pendekatan tersebut maka pergeseran trah dapat dilaksanakan dengan mulus. Namun demikian akan menyisakan komitmen dan loyalitas yang kuat pada garis ibu yang memberikannya identitas, aspek geo-politik (kewilayahan dan kekuasan), dan juga buah kehidupan lainnya secara umum.

Garis silsilah ibu tersebut yang akan memberikan rasa memiliki sebagai pribumi dan rasa cinta terhadap tanah air (Sunda: lemah cai) yang telah diwarisinya. Bukan saja berlaku pada periode kedatangan Hindu-Budha (Saka), melainkan juga pada periode kedatangan Islam (Arab).

Itu lah yang menjadi alasan bahwa pengambilan nama Buana Varman Semesta atau dalam bahasa Inggris House of Varman lebih bersifat majasi, dia lebih mengingatkan pada memori kolektif kewilayahan. Karena periode Hindu-Budha tersebut secara umum telah berlalu. Dan kemudian praktis secara umum, sebelum periode kolonialisme Eropa; aspek geopolitik dan sosio-kultural yang ditemui adalah periode Islam.

Jika dianggap terlalu fantastis dan mengada-ada bahwa juga telah terjadi asimilai dan pergeseran trah terhadap elemen Arab; setidaknya secara ruhani, Nusantara telah masuk pada tahap dimana Islam telah masuk melalui proses asimilasi dan kohesinya yang mantap bahkan hingga hari ini.

Demikian juga House of Varman, secara aspek geopolitik mewarisi pemaknaan geopolitik Wangsa Warman. Namun demikian secara ruhani telah mewarisi pemaknaan Islam sebagai pegangan hidup dan cara pandang yang telah diwarisinya bergenerasi-generasi, berabad-abad dalam bimbingan ayah-ibu yang telah berkomitmen terhadap Islam.

Meskipun secara kultural telah terunitkan ke dalam entitas primordial dan spektrum yang lebih kecil seperti Sunda, Jawa, Melayu, dan seterusnya. Melalui memori kolektif House of Varman horison dan cakrawala pengetahuan akan dibawa pada tingkatannya yang lebih luas dan inklusif. Suatu wahana untuk membangun wawasan dan konfederasi yang bersifat lebih luas dan terbuka. Meskipun tetap berpijak pada basis dan ruang lingkupnya yang terbatas dan sederhana.

ditulis oleh

Varman Institute

Pusat Kajian Sunda - The Varman Institute (TVI) merupakan unit unggulan yang berada di bawah Bidang Pendidikan Pengajaran dan Pelatihan (Department of Education, Teaching, and Training) dari Yayasan Buana Varman Semesta (BVS).