
ABSENTIA QUIA INERTIA:
Kurasi karya Performance Art Hegar Krisna Cambara
Oleh Agung Jack/Koloni Hitam
Rotasi inertia dalam suatu momen di sebuah tempat, yang beririsan di perbatasan Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat yang bernamakan WANGI ARUM – Kedai Kopi dan Ruang Baca yang didirikan oleh YAYASAN BUANA VARMAN SEMESTA/VARMAN INSTITUTE. Sebuah ruang edukasi yang memfasilitasi kegiatan diskusi, pameran, menulis dan penelitian yang tidak hanya terfokus pada kajian lingkungan hidup, melainkan juga filsafat, sosial, eksperimental ekonomi, dan banyak hal lainnya.
Pada Sabtu, 25 Januari 2025, Koloni Hitam dan Buana Varman Semesta mencoba untuk menghadirkan karya performance art antara lain atas nama Hegar Krisna Cambara yang akan coba saya bedah dari segi konseptual dan komunikasi kekaryaaannya. Yakni hadirnya tanda dan penanda di tengah alam benda dan human object, yang merupakan transformasi dari performer, yakni Hegar Krisna Cambara. Hegar Krisna Cambara berusaha untuk melakukan sinergi dalam bentuk keterlibatan audien dan keterwakilan dirinya sebagai kreator yang absen secara fisik dengan cara melepaskan keterikatan atas kerangka jiwa, berupa sosok; sehingga menghadirkan mitos, semiologi dan tentunya interpretasi.
Kursi dan audio merupakan kehadiran Hegar Krisna Cambara itu sendiri, yang dinyatakan dalam sistem komunikasi non verbal. Tentu saja ini merupakan bagian dari disiplin linguistik, walaupun kehadiranya membawa pada alam pikiran secara liar melalui tafsiran baik yang bersifat lugas maupun beragam tafisr. Karena ketidakhadiran merupakan kehadiran itu sendiri dalam bentuk pikiran yang bersifat bmind maping, yakni memecahkan kode dan tanda, pun petanda secara sadar ataupun tidak sadar.
Kursi merah, audio yang merambat secara perlahan dari Radiohead, selain mewakili bahasa dan komunikasi atas tubuh yang terwakilkan sehingga menimbulkan dampak akumuasi antara satu sama lainnya dalam bentuk kontemplasi, stagnansi tubuh, dan jiwa yang bersfat konotatif. Melalui dekonstruksi terhadap pemikiran seniman dalam pengembaraan nalar dan semiologi berdasarkan pembacaan tanda yang dijadikan objek performance art, dapat diketahui adanya maksud untuk menghadirkan perwakilan tubuh meskipun yang bersangkutan tidak ada.
Sound art yang digunakan sebagai pengiring dalam melakukan skema presentasi karya Hegar Krisna Cambara dapat saya nilai mampu menghadirkan harmoni yang membawa pada suasana transedental dan mengajak ruang kesadaran mengembara menuju ke alam penghayatan. Karena pada dasarnya, bunyi merupakan salah-satu komponen tanda (sign) yang bersifat material. Adapun tanda lainnya yang bersifat material antara lain huruf, gambar, gerak, dan bentuk.
Presentasi yang dilakukan oleh performer, yakni Hegar Krisna Cambara, menyatakan dirinya sebagai bentuk ketidakterikatan pada ruang dan waktu. Bahwa untuk mengkaji suatu pemikiran tidak melulu harus menghadirkan sosok pemikirnya. Melainkan dapat diwakili melalui kehadiran alam benda, teks, atupun bunyi.
Demikianlah sekilas pembahasan karya Hegar Krisna Cambara dalam momentum berkesenian yang dilakukan oleh Koloni Hitam dan Buana Varman Semesta dengan cara memanfaatkan kehadiran audien maupun komponen lainnya yang hadir dalam ruangan presentasi performance art. Tentu saja performance art pada awal tahun 2025 tersebut, dapat dianggap sebagai penanda zaman, waktu, atau dekade yang mewakili perjalanan panjang yang dilakukan, khususnya oleh Koloni Hitam. Penanda kekaryaan terbaru dari Koloni Hitam tersebut, diharapkan dapat memberikan sesatu yang segar dan lezat, sebagai hidangan berkesenian, jamuan makanan yang berkontribusi terhadap gizi otak, berupa ilmu dan kajian seni. (Bandung, 4 Februari 2025)

Pusat Kajian Sunda – The Varman Institute (TVI) merupakan unit unggulan yang berada di bawah Bidang Pendidikan Pengajaran dan Pelatihan (Department of Education, Teaching, and Training) dari Yayasan Buana Varman Semesta (BVS).