Siliwangi, Cheng Ho, dan Portugis

Laksamana Cheng Ho atas nama Kaisar Yongle dari Dinasti Ming pernah melakukan 6 kali ekspedisi pelayaran dagang sejak tahun 1405 M hingga tahun 1433 M. Dari 6 ekspedisi yang dilakukannya, 5 diantaranya dapat dipastikan selalu mengunjungi Pulau Jawa.

Adapun Portugis mulai menaklukan Goa pada tahun 1510 M, menaklukan Malaka pada tahun 1511 M, dan menaklukan Samudera/Pasai pada tahun 1512 M. Pada akhir tahun 1512 M hingga awal tahun 1513 M, Demak menggempur Portugis di Malaka melalui ekspedisi laut. Pada tahun 1513 M, Portugis menjajaki kemungkinan melakukan persekutuan dengan Sunda dan Majapahit dengan melakukan kunjungan ke ibukota kerajaan masing-masing.

Pada tahun 1522 M Sunda-Portugis dianggap berhasil melaksanakan kerjasama, demikian juga dalam waktu yang berdekatan terjalin juga kerjasama Majapahit-Portugis. Pada tahun 1527 M, Portugis berhasil dipukul mundur oleh Demak di Kalapa. Penggempuran Demak terhadap Portugis di Malaka masih dilakukan hingga tahun 1574 M. Dengan demikian, persentuhan antara Portugis dan masyarakat Pulau Jawa terjadi pada kisaran waktu antara 1511 M hingga 1574 M.

Melalui keterangan tersebut dapat dilihat adanya jarak yang cukup jauh antara kegiatan pelayaran yang dilakukan oleh Cina dan Portugis. Jika awal ekspedisi Cheng Ho terjadi pada tahun 1405 M dan ekspedisi Portugis tiba di Malaka pada tahun 1511 M, maka jarak yang ada kurang-lebih memakan waktu sekitar 106 tahun.

Selanjutnya, apabila kita bandingkan dengan berita dalam babad-babad yang bersifat tradisional, terdapat nama-nama seperti Syeh Quro, Ki Gedeng Tapa, Siliwangi, dan Nyai Subang Larang, yang biasanya dihubungkan dengan latar belakang pelabuhan di Cirebon. Cirebon kemudian diperhitungkan dengan rute pelayaran dengan Malaka, Campa, dan Cina secara lebih erat.

Apabila babad-babad tersebut menjadi patokan, maka masa hidup Siliwangi muda, idealnya lebih cocok untuk dikomparasikam dengan masa dimna ekspedisi Cheng Ho berlangsung, yakni antara tahun 1405-1433 M. Pada masa ketika Siliwangi muda, penguasa-penguasa yang lebih dewasa tentunya adalah ayahnya sendiri yakni Ningrat Kancana/Dewa Niskala yang berkuasa di Galuh dan Ki Gedeng Tapa (adik Ningrat Kancana) yang yang berkuasa di pelabuhan Cirebon. Ki Gedeng Tapa inilah yang secara head to head bersentuhan langsung dengan penerimaan ekspedisi Cina.

Jika rentang waktu kasar masa hidup Siliwangi mudah sudah ada pada tahun 1405-1433 M, kemudian selepas tahun 1433 M giliran dirinya yang telah tumbuh dari seoran pangeran pengelana menjadi raja utama Sunda. Lalu kenapa sebagian analis sejarah malah memasukan masa hidup Siliwangi dewasa pada persentuhannya dengan penaklukan Portugis di Malaka? Setidaknya berkembang rumor bahwa pada tahun 1511 M, Siliwangi dewasa segera mengirimkan putranya Surawisesa ke Malaka untuk menjalin kerjasama.

Pada waktu yang manakah Siliwangi layak ditempatkan? Apakah pada era pelayaran Cheng Ho? Ataukah era penaklukan Portugis di Malaka? Suatu hari pertanyaan tersebut harus diikhtiarkan untuk bisa dijawab secara lebih presisi, agar kebenaran sejarah bisa lebih proporsional. Terhindar dari rumor, gosip, dan desas-desus sejarah yang terkadang dikembangkan lebih lanjut sebagai dalih-dalih yang bersifat jauh lebih sentimentil.

Bandung, 6 Juli 2024 M
Gelar Taufiq Kusumawardhana

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".