KETERANGAN DALAM PRASASTI GUCI BAJAUR
Pada kesempatan ini, akan dilihat bagaimana kandungan Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket), yang dikenal juga dengan nama Prasasti Cupumanik Indravarman (Indravarman reliquary) (Nouvelles inscriptions Saka: ère d’Eucratide, ère d’Azès, ère Vikrama, ère de Kaniska, Gérard Fussman, Bulletin de l’École française d’Extrême-Orient, Year 1980 Volume 67 Number 1 pp. 1-44), dan yang terkadang dikenal juga dengan nama Prasasti Avaca (Salomon, Richard (1982). “The “Avaca” Inscription and the Origin of the Vikrama Era”. Journal of the American Oriental Society. 102 (1): 59–68). Agar dapat mengikuti kandungan Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket) secara lebih terang dan jelas, maka dapat dihadirkan hasil pembacaan terhadap prasasti tersebut, melalui hasil publikasi yang dilakukan oleh Stefan Baums (Baums, Stefan. (2012). Catalog and Revised Text and Translations of Gandhāran Reliquary Inscriptions. Gandhāran Buddhist Reliquaries. D. Jongeward. Seattle, University of Washington Press) sebagaimana berikut:
Saṃvatsarae treṣaṭhimae 20 20 20 1 1 1 maharayasa Ayasa atidasa Kartiasa masasa divasae ṣoḍaśae imeṇa cetrika kṣaṇa Idravarme kumare Apracarajaputre; ime Bhagavato Śakyamuṇisa śarira pradiṭhaveti ṭhiae gabhirae apradiṭhavitaprave pateśe brammapuño prasavati sadha maduṇa Rukhuṇakaa jiputrae Apracarajabharyae; sadha maüleṇa Ramakeṇa sadha maülaṇie Daṣakae sadha śpasadarehi Vasavadatae mahavedae Ṇikae ca gahiṇie ya Utarae; pitu a puyae Viṣṇuvarmasa Avacarayasa; bhrada Vaga stratego puyaïte Vijayamitro ya Avacaraya maduśpasa Bhaïdata puyita;
ime ca śarire muryakaliṇate thubute kiḍapaḍiharia avhiye aheṭhi majimami pratiṭhavaṇami pratiṭhavisa; vasia paṃcaïśo.
(In the year sixty-third -63- of the great king Azes I, during the month of Kārttika, on the sixteenth day, at this moment, the Caitrika prince Indravarma, son of the king of Apraca; established this relic of the Holy Śākya sage in a secure, deep, and previously unestablished, place. He produces Brahman merit together with his mother Rukhuṇaka, who has a living son, wife of the king of Apraca; together with his maternal uncle Ramaka, together with his maternal uncle’s wife Daṣaka, together with his sisters and wife, Vasavadata, Mahaveda, and Ṇika, and the lady of the house, Utara; and in honour of his father Viṣṇuvarma, king of the Apraca; his brother, Vaga, the general, is honoured, and Vijayamitra, king of the Apraca. His mother’s sister Bhaïdata is honoured.
And these relics from a Maurya period stupa, on which a miracle has been performed, are established in a safe, secure, and central establishment; vasia fifty.)
Dalam bahasa Indonesia, terjemahan dari Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket), yang menggunakan bahasa Prakerta dan aksara Karosti tersebut memiliki makna sebagaimana berikut:
Pada tahun keenam puluh tiga -63- dari masa pemerintahan Maharaja Aya, pada bulan Kartika, hari keenam belas, tepat pada hari ini, dalam hari perayaan yang termashur, pangeran Indravarman, putra raja Apraca; telah mendirikan candi untuk mengenang orang suci Sakyamuni di tempat yang aman, jauh, dan belum pernah didirikan candi sebelumnya di sana. Dengan mengharapkan kebaikan dari Brahman, dia bersama dengan ibunya Rukhunaka, yang memiliki seorang putra sebagai penerus yang lestari, istri raja Apraca; bersama paman dari pihak ibu, Ramaka, bersama dengan istri paman dari pihak ibu, Dasaka, bersama saudara perempuan dan istrinya, Vasavadata, Mahaveda, dan Ṇika, serta yang menjadi tuan rumahnya, Utara; dan ayahnya, Visnuvarman raja Apraca, yang dihormati; saudaranya, Vaga, panglima perang, yang dihormati, dan juga Vijayamitra, raja Apraca. Adik perempuan ibunya, Bhaidata, dihormati.
Dan candi peninggalan dari masa Maurya ini, melalui hadirnya keajaiban yang telah terjadi, telah mampu didirikan kembali di tempat yang aman, tentram, dan megah; yang dikerjakan dalam waktu lima puluh hari.
Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket) tersebut, sebagaimana yang telah dijelaskan secara langsung melalui keterangan didalamnya, tercatat dengan jelas menggunakan sistem pertanggalan yang diambil dari titi mangsa dimulainya kekuasaan Maharaja Aya (yang ditulis dalam prasasti tersebut dengan bahasa Prakerta dan aksara Karosti sebagai Maharaya Aya). Sistem pertanggalan tersebut, dengan demikian merujuk pada sistem kalender Ayasa (Prakerta: Ayasa vasaye, Inggris: Azes era), yang berpatokan pada naiknya kekuasaan raja Indo-Saka (Indo-Scythian kingdom), sejak tahun 47 SM dan diperkirakan berakhir hingga tahun 25 SM. Adapun nama raja tersebut, dalam istilah penamaan akademik melalui bahasa Inggris biasa disebut dengan nama Azes (Harry Falk and Chris Bennett (2009). “Macedonian Intercalary Months and the Era of Azes”. Acta Orientalia (70): 197–215). Adapun dalam ejahan otentik pada zamannya, dapat diketahui bahwa Azes (lebih tepatnya secara akademik diidentifikasi sebagai Azes I), ditulis dengan nama Aya dalam versi bahasa Prakerta dan aksara Karosti, dan Azoi dalam versi bahasa Yunani dan aksara Yunani (Gardner, Percy (1929). The Coins of the Greek and Scythic Kings of Bactria and India in the British Museum. London: Gilbert & Rivington Ltd. pp. 73-92).
Dengan membandingkan terhadap hasil pembahasan sebelumnya, yang berkaitan dengan masa pembuatan Prasasti Guci Rukhuna (Rukhuna reliquary), yang dilakukan pada tahun 73 Ayasa oleh Vijayamitra (pada tahun ke-27 kekuasannya), yang merupakan raja Apraca dan yang dihadiri juga oleh isterinya Rukhuna dan Indravarman yang merupakan panglima perangnya bersama dengan isterinya dan anaknya, yang bertepatan dengan tahun 1 SM. Maka secara matematis dapat diketahui, bahwa masa pembuatan Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket), yang dilakukan pada tahun 63 Ayasa oleh Indravarman yang masih berkedudukan sebagai pangeran (Prakerta: kumare), dengan demikian akan bertepatan dengan tahun 11 SM. Sehingga usia pembuatan Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket) yang dilakukan oleh Indravarman, dengan demikian justru lebih awal dibandingkan dengan pembuatan Prasasti Guci Rukhuna (Rukhuna reliquary) yang dilakukan oleh Vijayamitra, dengan selisih waktu 10 tahun.
Namun demikian, usia Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket) yang didirikan oleh Indravarman pada tahun 11 SM tersebut, masih lebih muda jika dibandingkan dengan usia pembuatan Prasasti Cupumanik Shinkot (Shinkot casket) yang dilakukan oleh Vijayamitra pada tahun 23 SM. Adapun masa pengangkatan Vijayamitra itu sendiri sebagai raja Apraca, melalui hasil penalaran pada bagian ulasan sebelumnya sudah terjadi pada tahun 28 SM. Sementara Indravarman bersama isterinya dan anaknya, selain menghadiri pembuatan Prasasti Guci Rukhuna (Rukhuna reliquary) yang dilakukan oleh Vijayamitra dan isterinya Rukhuna pada tahun 1 SM, pada kenyataannya memang sudah berusia matang dan dewasa untuk menduduki jabatan sebagai pangeran (kumare) dan sekaligus panglima perang (strategoi) pada bahkan sejak dirinya mendirikan candiri dan membuat Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket) pada 11 SM. Adapun pendirian candi dan pembuatan Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket) yang dilakukan oleh Indravarman tersebut, selain dihadiri oleh isterinya yang bernama Utara. Secara langsung juga dihadiri oleh Vijayamitra yang merupakan raja Apraca (tidak disebutkan sebagai ayahnya) dan Rukhunaka yang dikatakan di dalam prasasti tersebut secara terang dan jelas sebagai ibunya. Dengan adanya pernyataan tersebut, maka pertanyaan sebelumnya, yang berusaha untuk mengungkap jati diri dan hubungan yang ada di antara Vijayamitra dan Rukhuna terhadap Indravarman masih tetap bersifat relevan untuk bisa diungkapkan secara lebih lanjut.
Melalui hasil pembacaan terhadap Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket) di atas, dapat diketahui adanya nama-nama yang muncul dalam prosesi pembuatan prasasti dan pendirian candi tersebut, sebagaimana berikut: Indravarman, Rukhunaka (dan suaminya raja Apraca yang tidak secara spesifik disebutkan namanya), Ramaka, Bhaidata, Dasaka, Visnuvarman (disebutkan sebagai raja Apraca yang sekaligus ayah Indravarman), Vijayamitra (hanya disebutkan sebagai raja Apraca), Utara, Vasadaka, Mahaveda, Nika, dan Vaga. Selain memberikan rincian nama-nama dan hubungan kekerabatan antar nama yang bersifat jelas dan dapat dipahami, namun demikian rincian-rincian nama yang lainnya sepintas justru menimbulkan kesan hadirnya informasi-informasi yang bersifat tidak konsisten dan berkontradiksi antara satu keterangan dengan keterangan lainnya (terutama jika dibandingkan dengan keterangan pada prasasti-prasasti sebelumnya. Sehingga sebelum melakukan kurasi dan pengkajian ulang terhadap berbagai informasi yang untuk sementara ini masih dianggap bersifat kontradiksi, maka akan disajikan terlebih dahulu kepastian-kepastian informasi yang sudah jelas dan kokoh sebagaimana berikut: (1) Indravarman dalam Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket) merupakan suami dari Utara, yang mana datanya sesuai dengan data yang diperoleh melalui keterangan dalam Prasasti Gelas Perak Indravarman (Silver reliquary of Indravarman) (2) Indravarman dalam Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket) memiliki saudara laki-laki yang bernama Vaga yang juga merupakan seorang strategoi dan saudara-saudara perempuan lainnya yang bernama Vasadaka, Mahaveda, dan Nika (3) Rukhunaka dalam Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket), yang kemungkinan sama dengan Rukhuna dalam Prasasti Guci Rukhuna (Rukhuna reliquary) dan Prasasti Gelas Perak Indravarman (Silver reliquary of Indravarman), memiliki saudara laki-laki yang bernama Ramaka (adapun Ramaka memiliki isteri bernama Dasaka) dan saudara perempuan lainnya yang bernama Bhaidata.
Adapun kesenjangan informasi yang terjadi adalah bahwa (1) berdasarkan keterangan Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket) dikatakan bahwa ayah dari Indravarman justru bernama Visnuvarman dan ibunya bernama Rukhunaka. Sementara dalam Prasasti Gelas Perak Indravarman (Silver reliquary of Indravarman) dikatakan bahwa ayahnya bernama Vispavarman dan ibunya bernama Sisirena. Namun demikian sangat jelas bahwa (2) Indravarman dalam keterangan Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket) dengan Indravarman dalam Prasasti Gelas Perak Indravarman (Silver reliquary of Indravarman) adalah orang yang sama karena sama-sama memiliki isteri yang bernama Utara. Sementara dalam keterangan Prasasti Guci Rukhuna (Rukhuna reliquary) justru dikatakan bahwa (3) Rukhuna merupakan isteri Vijayamitra/Viyakamitra.
Sehingga melalui kegiatan mengkonfrontasikan data-data yang ada supaya bersifat sinkronik dan koheren dapat diambil kesimpulan bahwa Visnuvarman dan Vijayamitra dalam Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket), Vispavarman dalam Prasasti Gelas Perak Indravarman (Silver reliquary of Indravarman), Vijayamitra/Viyakamitra dalam Prasasti Guci Rukhuna (Rukhuna reliquary), dan Vijayamitra dalam Prasasti Cupumanik Shinkot merupakan nama-nama berbeda yang merujuk pada orang yang sama. Demikian juga dengan Rukhunaka dalam Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket), Sisirena dalam Prasasti Gelas Perak Indravarman (Silver reliquary of Indravarman), dan Rukhuna dalam Prasasti Guci Rukhuna (Rukhuna reliquary) juga nama-nama berbeda yang merujuk pada orang yang sama. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa Indravarman yang merupakan kumare (pangeran) dan strategoi (panglima perang dan gubernur) dalam Prasasti Guci Rukhuna (Rukhuna reliquary), yang pernah dipersoalkan sejak awal tulisan merupakan putra pasangan raja Apraca yang bernama Vijayamitra dan Rukhuna.
Adapun seluruh nama-nama yang hadir dalam Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket), yakni Vijayamitra/Viyakamitra/Visnuvarman/Vispavarman dan isterinya Rukhuna/Rukhunaka/Sisirena, Indravarman yang merupakan putra pasangan raja Apraca Vijayamitra dan Rukhuna bersama dengan isterinya Utara dan anaknya yang perlu dilacak melalui sumber keterangan prasasti lainnya sebagaimana yang diisyaratkan kehadirannya dalam Prasasti Guci Rukhuna (Rukhuna reliquary), saudara-saudara Indravarman baik yang laki-laki maupun yang perempuan yakni Vaga yang merupakan seorang strategoi dan saudara-saudara perempuannya yakni Vasadaka, Mahaveda, dan Nika, kemudian saudara-saudara ibunya (Rukhuna) baik yang laki-laki maupun yang perempuan yakni pamannya yang bernama Ramaka bersama dengan isterinya yang bernama Dasaka dan bibinya yang bernama Bhaidata. Peran central pihak keluarga besar Apcaraja dari garis perempuan terlihat sangat menonjol, selain dihadiri oleh keluarga besar ibunya Indravarman yakni Rukhuna juga yang menjadi tuan rumah acara pembuatan candi dan prasasti tersebut juga adalah isterinya Indravarman, yakni Utara. Demikian juga dalam pembuatan candi dan Prasasti Guci Rukhuna (Rukhuna reliquary), yang yang menjadi centralnya adalah Rukhuna yang merupakan ibu Indravarman.
Berdasarkan keterangan Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket), dapat diketahui bahwa keluarga besar Apracaraja berusaha untuk mendirikan kembali candi yang pernah dibuat pada era kerajaan Maurya yang ditulis dalam bahasa Prakerta dan aksara Karosti tersebut dengan nama Murya. Candi dari era Maurya tersebut telah lama rusak dan hancur, yang mungkin saja dipengaruhi oleh adanya andil berkurangnya nilai daya sokong lingkungan dan aspek kebencanaan yang melanda kawasan lama tersebut, sehingga keluarga besar Apracaraja kemudian memindahkan pusat pendirian candi tersebut ke tempat lainnya yang dianggap berbeda, aman, dan belum pernah didirikan sama-sekali kehadiran candi pada era sebelumnya. Cukup mengherankan bahwa kegiatan konservasi keagamaan yang dilakukan Apracaraja tidak saja bersentuhan dengan kesadaran sejarah era kerajaan Yavana (Ind-Greek), Satrap Matura dan Gandara (Indo-Saka), Satrap Utara (Indo-Saka), Persia (Arsacid/Parthia), juga dengan terang dan jelas disebutkan juga kehadiran Murya (Sanskerta: Maurya) sebagai identitas politik yang terkesan dekat dan intim perhubungannya.
Adapun kekaisaran Maurya, secara akademik diperkirakan sudah berdiri di kawasan India Kuno sejak tahun 322 SM hingga 184 SM (Dyson, Tim (2018), A Population History of India: From the First Modern People to the Present Day, Oxford University Press). Menurut para ahli sejarah, istilah Maurya itu sendiri sebenarnya belum muncul pada era zamannya, baik yang didasarkan pada sumber keterangan prasasti-prasasti yang dibuat oleh Ashoka maupun sumber keterangan masyarakat Yunani seperti melalui keterangan Megastenes dalam Indika. Istilah Maurya (Prakerta: Murya) untuk merujuk pada identitas kerajaan pada masa silam dengan demikian sudah dibuat oleh masyarakat Apracaraja melalui keterangan Prasasti Guci Bajaur (Bajaur casket) pada tahun 11 SM oleh Indravarman. Selain itu terdapat juga keterangan Prasasti Batu Junagad (Junagadh rock inscription of Rudradaman) yang dibuat oleh Rudradaman seorang raja asal kerajaan Satrap Barat pada tahun 150 M dengan menggunakan kata Maurya sebagai preffix pada nama Chandragupta dan Ashoka. Selain istilah Maurya sudah dikenal melalui Prasasti Batu Junagad (Junagadh rock inscription of Rudradaman) yang dibuat oleh Rudradaman asal Satrap Barat pada tahun 150 M, istilah Maurya juga kemudian dapat dilihat dalam literatur Hindhu (Sanata Dharma) berupa Purana sebagai salah-satu suku yang pernah berkuasa, literatur Budha (Budha Dharma) dengan menggunakan kata Moriya sebagai bagian dari suku Sakya (Prakerta: Saka) yang merupakan induk suku dari Chandragupta dan Sidharta Gotama itu sendiri, dan literartur Jain (Jaina Dharma) yang secara figuratif memasukan Chandragupta sebagai bagian dari suku penguasa yang bernama Mayura poshaka. Demikian juga dalam literatur Tamil (Tamil Sanggam literature), terdapat juga kata Moriyar yang diidentifikasi sebagai salah-satu suku penguasa setelah periode kerajaan Nanda ((Irfan Habib; Vivekanand Jha (2004). Mauryan India. A People’s History of India. Aligarh Historians Society/Tulika Books).
Keterangan poto: uang logam yang dikeluarkan atas nama Aspavarman, yang memuat nama ayahnya Indravarman. Pada bagian depan terdapat gambar raja yang sedang menunggang kuda sambil membawa pecut dengan keterangan dalam bahasa Yunani dan aksara Yunani: Basileos Basileon Metanoy Azoi. Sementara pada bagian belakang terdapat gambar Dewi Pallas Athena memegang tombak dan simbol Triratna dengan keterangan dalam bahasa Prakerta dan aksara Karosti: Indravarmaputrasa Aspavarmasa Strategasa Jayatasa (Dok. Classical Numismatic Grup)
Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.