KETERANGAN DALAM PRASASTI GELAS PERAK INDRAVARMAN

Pada bagian sebelumnya, telah dijelasan bahwa dalam Prasasti Guci Bajaur (Rukhuna reliquary), selain disebutkan adanya raja Apraca yang bernama Vijayamitra bersama dengan isterinya Rukhuna, terdapat juga nama Indravarman yang disebutkan di dalam prasasti tersebut, memiliki kedudukan sebagai panglima perang (strategeṇa) bersama dengan anaknya dan isterinya (yang mana nama-namanya tidak disebutkan). Sayangnya, di dalam prasasti tersebut, tidak dijelaskan lebih terang dan jelas, bagaimana hubungan kekerabatan yang dimiliki antara raja Vijayamitra itu sendiri dengan panglima perangnya, yakni Indravarman. Adapun dalam prasasti Cupumanik Shinkot, hanya disebutkan Vijayamitra (disebut juga Viyakamitra) sebagai raja Apraca dan tanpa sama-sekali menyebutkan kehadiran Indravarman. Apakah masa pembuatan Prasasti Guci Bajaur yang dibuat pada tahun ke-27 masa kekuasaan Vijayamitra dengan Prasasti Cupumanik Shinkot (Shinkot casket) yang dibuat pada tahun ke-5 masa kekuasaan Vijayamitra memiliki pengaruh atas kemunculan nama Indravarman? Misalnya saja, dapat diasumsikan saja bahwa Indravarman merupakan putra Vijayamitra, maka pada tahun ke-1 pengangkatan Vijayamitra sebagai raja Indravarman barangkali belum lahir, ataupun jika sudah lahir masih belum cukup umur untuk menduduki jabatan sebagai strategoi, yang dalam bahasa Yunani berarti panglima perang (Henry George Liddell. Robert Scott. A Greek-English Lexicon. revised and augmented throughout by. Sir Henry Stuart Jones. with the assistance of. Roderick McKenzie. Oxford. Clarendon Press. 1940.).

Untuk menggali informasi yang lebih terang dan jelas mengenai identitas Indravarman tersebut, dapat digunakan sumber informasi yang diberikan dalam Prasasti Gelas Perak Indravarman (Silver reliquary of Indravarman), yang ditulis dalam bahasa Prakerta dan aksara Karosti (Richard Salomon. 1996. An Inscribed Silver Buddhist Reliquary of the Time of King Kharaosta and Prince Indravarman. Journal of the American Oriental Society, Vol. 116, No. 3.) sebagaimana berikut:

“Naṃ,

mahakṣatrapaputrasa yaguraṃña Kharayostasa śa 20 4 4 ana 4 ma 2,

Indravarmasa kumarasa sa 20 4 4 dra 1,

Indravarmasa kumarasa sa 20 20 1 1 1,

Viśpavarmastrategaputre Indravarma kumare sabharyae ime śarira pariṭhaveti taṇukaami thubami Viśpavarmo stratego Śiśireṇa ya stratega-
bharya puyaïta I
ndravasu Apacaraja Vasumidra ca jiaputra puyaïta Indravarmo stratego Utara ya strategabharya puyaïta Viye-
mitro Avacarayo sabharyao puyaïto sarvañadisagho puyaïta sarvasatva puyaïta savasatva patiṇivaïto
,

Viśpavarmasa strategasa putre Indravarma kumare sabharyae ime śarira pratiṭhaveti taṇuakami thubami Viśpavarmo stratego Śiśireṇa ya
strategabharya puyaïta Iṃdravasu Apacaraja Vasumitra ya jivaputra puyaïtaṃ Iṃdravarmo stratego puyaïta Utara
strategabharya puyaïta Viyemitro Avacarayo sabharyao puyaïta sarvañadisagho puyaïta
sarvasatva ya
puyaïta sarvasatva pariṇivaïto
.

(Nam,

of the son of the great satrap, the yagu king, Kharahostes, 28 staters, 4 dhānaka, 2 māṣa

of prince Indravarma, 28 staters, 1 drachm

of prince Indravarma, 43 staters

The son of the general Viśpavarma, the prince Indravarma, with his wife, here these relics establishes in his personal stupa. General Viśpavarma and Śiśireṇa, the general’s
wife, are honoured. Indravasu, king of Apraca, and Vasumitra, who has a living son, are honoured. General Indravarma and Utara, the wife of the general, are honoured.
Vijayamitra, the Avaca king, together with his wife, is honoured. The community of all relatives is honoured. All beings are honoured. All beings are brought to nirvana.

The son of the general Vispavarma, the prince Indravarma, together with his wive, here these relics establishes in his personal stupa. The general Vispavarma and Śiśireṇa,
the wife of the general, are honoured. Indravasu the Apaca king, and Vasumitra, who has a living son, are honoured. General Indravarma is honoured. Utara,
the wife of the general, is honoured. Vijatamitra, king of Avaca, together with his wife, is honoured. The community of all beings is honoured and all beings
are honoured. All beings are brought to nirvana.
)

Dalam bahasa Indonesia, terjemahan dari Prasasti Gelas Perak Indravarman (Silver reliquary of Indravarman), yang menggunakan bahasa Prakerta dan aksara Karosti tersebut memiliki makna sebagaimana berikut:

“Salam,

Putra Mahaksatrapa, yakni raja muda Kharayosta, telah mempersembahkan uang sebanyak 28 stater, 4 danaka, 2 masa,

Pangeran Indravarman, telah mempersembahkan uang sebanyak 28 stater, 1 drahma,

Pangeran Indravarman, telah mempersembahkan uang sebanyak 43 stater,

Putra panglima perang Vispavarman, yakni pangeran Indravarman, dengan isterinya, telah mendirikan candi pribadinya di sini. Panglima perang Vispavarman dan Sisirena, isteri panglima perang, mendapatkan penghormatan. Indravasu, raja Apraca, dan Vasumitra, putra yang menjadi penerusnya, mendapatkan penghormatan. Panglima perang Indravarman dan Utara, isteri panglima perang, mendapatkan penghormatan. Viyamitra, raja Avaca, bersama dengan isterinya, mendapatkan penghormatan. Seluruh anggota keluarga besar, mendapatkan penghormatan. Seluruh makhluk hidup mendapatkan penghormatan. Seluruh makhluk hidup, semoga dimasukan ke dalam surga.

Putra panglima perang Vispavarman, yakni pangeran Indravarman, bersama dengan isterinya, telah mendirikan candi pribadinya di sini. Panglima perang Vispavarman dan Sisirena, isteri panglima perang, mendapatkan penghormatan. Indravasu, raja Apraca, dan Vasumitra, putra yang menjadi penerusnya, mendapatkan penghormatan. Panglima perang Indravarman mendapatkan penghormatan. Utara,
isteri panglima perang, mendapatkan penghormatan. Viyamitra, raja Avaca, bersama dengan isterinya, mendapatkan penghormatan. Seluruh anggota makhluk hidup mendapatkan penghormatan dan seluruh makhluk hidup mendapatkan penghormatan. Seluruh makhluk hidup, semoga dimasukan ke dalam surga.)

Pada Prasasti Gelas Perak Indravarman (Silver reliquary of Indravarman), terdapat nama Yabguramna Kharayosta, yang menurut keterangan Ricard Solomon merupakan tokoh yang sama dengan Yuvaraja Kharaosta Kamuio yang tercatat dalam Prasasti Mathura (Mathura Lion Capital Inscriptions), yang dibuat oleh raja Satrap Utara yang bernama Rajuvula antara tahun 1 M hingga tahun 10 M dengan menggunakan bahasa Prakerta dan aksara Karosti (Richard Salomon. 1996. An Inscribed Silver Buddhist Reliquary of the Time of King Kharaosta and Prince Indravarman. Journal of the American Oriental Society, Vol. 116, No. 3.). Arti Yabguramna dengan demikian sama dengan yuvaraja, yang berarti pangeran, putra mahkota, atau raja muda. Selain disebut dengan nama Yuvaraja Kharaosta Kamuio, namanya dikenal juga melalui uang-uang koin yang mengandung bahasa Yunani dan aksara Yunani dengan nama Kharahostes dan Kharahostei dan bahasa Prakerta dan aksara Karosti dengan nama Kharaosta (Konow, Sten. 1929. Kharoshṭhī Inscriptions: with the Exception of Those of Aśoka. Kolkata: Government of India Central Publication Branch.) dan Kharayosta (Salomon, Richard (1996). “An Inscribed Silver Buddhist Reliquary of the Time of King Kharaosta and Prince Indravarman”. Journal of the American Oriental Society. 116 (3): 418–452).

Kharaosta yang memiliki gelar mahaksatrapa, merupakan putra Arta yang juga memiliki gelar mahaksatrapa. Selain melanjutkan kekuasaan Arta sebagai mahaksatrapa, Kharayosta juga melanjutkan kekuasaan kakak Arta, yakni Moga yang merupakan syahansyah di kerajaan Gandara. Namun demikian, berbeda dengan Moga, yang menggunakan gelar syahansyah, maka Arta dan Kharayosta, tidak menggunakan syahansyah (sama dengan rajadiraja), melainkan hanya dengan menggunakan gelar ksatrapa (gubernur), atau mahaksatrapa (gubernur jenderal) (Rācīna Kamboja, jana aura janapada = Ancient Kamboja, people and country, 1981, Dr Jiyālāla Kāmboja, Dr Satyavrat Śāstrī). Adapun masa kekuasaan Kharayosta di kerajaan Gandara diperkirakan berada pada tahun tahun 10 SM hingga tahun 10 M (Cribb, Joe. 2015. “Dating and Locating Mujatria and the Two Kharahostes”. Journal of the Oriental Numismatic Society). Adapun anak perempuan Kharaosta Kamuio yang merupakan raja Satrap Mathura dan Gandara, yang bernama Ayasi Kamuia merupakan isteri Rajuvula yang merupakan raja Satrap Utara. Sehingga dengan adanya penanda kamuio dan kamuia pada nama Kharaosta dan Ayasi, menurut Sten Konow, menunjukan bahwa baik Kharaosta dan Ayasi asal Satrap Mathura dan Gandara bersama dengan Rajuvula asal Satrap Utara, dan termasuk Apracaraja yang memiliki saling keterhubungan dalam prasasti-prasasasti masing-masing yang dibuatnya, berasal dari suku yang sama yang dalam bahasa Sanskerta disebut dengan suku Kambojika, yang merupakan bagian dari suku Saka (Sten Konow. 1929. Corpus Inscriptionum Indicarum, Vol II, Part I. Archaeological Survey of India. Government of British India. Calcutta.).

Selain merujuk pada nama Kharayosta, prasasti Gelas Perak Indravarman (Silver reliquary of Indravarman) juga merujuk pada nama-nama keluarga besar Apracaraja sebagaimana berikut: Vispavarman, Sisirena, Indravarman, Utara, Indravasu, Vasumitra, Viyamitra (dan isterinya). Adapun dalam keterangan prasasti tersebut dijelaskan bahwa hubungan antara Vispavarman dan Sisirena merupakan suami-isteri. Adapun Indravarman disebutkan sebagai putra Vispavarman. Sehingga Indravarman berdasarkan penalaran terhadap prasasti tersebut merupakan putra pasangan Vispavarman dan Sisirena. Baik Vispavarman maupun Indravarman dalam keterangan prasasti tersebut, dinamai sebagai panglima perang (strategoi). Adapun isteri Indravarman menurut keterangan prasasti tersebut, bernama Utara. Kemudian tanpa dijelaskan tata urut hubungannya secara lebih jauh, disebutkan juga kehadiran nama Indravasu sebagai raja Apraca (tapa disebutkan kehadiran dan nama isterinya) bersama dengan putra mahkotanya yang bernama Vasumitra. Kemudian selain itu, disebutkan juga nama Viyamitra yang juga dianggap sebagai raja Apraca bersama dengan isterinya yang tidak disebutkan namanya. Nama Viyamitra dalam Prasasti Gelas Perak Indravarman, dengan demikian bisa dikatakan sama dengan Vijayamitra dalam keterangan Prasasti Guci Bajaur dan Viyakamitra dalam keterangan Prasasti Cupumanik Shinkot. Isteri dari Viyamitra dalam  Prasasti Gelas Perak Indravarman dengan demikian juga dapat diketahui bernama Rukhuna dalam Prasasti Guci Bajaur.

Sepintas melalui pembacaan terhadap Prasasti Gelas Perak Indravarman, dapat diketahui bahwa Indravarman yang terdapat dalam Prasasti Guci Bajaur, dengan demikian bukan merupakan putra dari raja Apraca yang bernama Viyamitra/Viyakamitra/Vijayamitra dan Rukhuna. Melainkan putra dari strategoi Apraca yang bernama Vispavarman bersama dengan isterinya yang bernama Sisirena. Namun demikian, dengan melihat adanya pola pengulangan-pengulangan dalam Prasasti Gelas Perak Indravarman, ada kemungkinan bahwa berbagai variasi nama yang disebutkan tersebut merupakan gelaran-gelaran nama yang berbeda namun masih merujuk pada nama-nama yang sama, sehingga berbagai kemungkinan penafsiran terhadap hubungan antara nama-nama yang dihadirkan dalam prasasti tersebut memerlukan konfirmasi terhadap prasasti-prasasti lainnya yang masih dimiliki oleh Apracaraja.

Keterangan poto: Apracaraja Indravarman’s Silver Reliquary dalam An Inscribed Silver Buddhist Reliquary of the Time of King Kharaosta and Prince Indravarman, Journal of the American Oriental Society Vol. 116, No. 3 (Jul. – Sep., 1996), pp. 418-452 (Richard Salomon) 

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".