PENGANTAR MENGENAI APRACARAJA

Pada abad ke-1 SM hingga abad ke-1 M, di kawasan yang pada saat ini termasuk kedalam wilayah perbatasan antara negara Afganistan dan negara Pakistan, pernah berdiri suatu kerajaan yang oleh para ahli sejarah dinama dengan nama Apracaraja (Richard Salomon. The “Avaca” Inscription and the Origin of the Vikrama Era. Journal of the American Oriental Society Vol. 102, No. 1 (January-Maret, 1982). Pp. 59-68), Apacaraja, dan Avacaraja (Richard Salomon. An Inscribed Silver Buddhist Reliquary of the Time of King Kharaosta and Prince Indravarman. Journal of the American Oriental Society, Vol. 116, No. 3 (July-September, 1996). Pp. 418-452). Penggunaan istilah Apracaraja, Apacaraja, dan Avacaraja itu sendiri, diambil oleh para ahli sejarah melalui sumber keterangan dalam prasasti-prasasti yang dihasilkan oleh kalangan internal mereka sendiri. Adapun prasasti-prasasti Apracaraja, Apacaraja, atau Avacaraja tersebut, antara lain ditulis dalam medium guci (reliquary) dan cupumanik (casket) yang digunakan pada masa silam sebagai perlengkapan dalam persembahan untuk arwah leluhur di dalam bangunan candi (Prakerta: thuva; Sanskerta: stupa) dalam sistem keyakinan Budha, dengan menggunakan bahasa Prakerta (Prakrit language) dan aksara Karosti (Kharosthi script); dan yang ditulis dalam medium mata-uang logam (coin) untuk kepentingan dunia perdagangan dengan menggunakan dua bahasa dan dua aksara secara bersamaan, yakni bahasa Prakerta (Prakrit language) dan aksara Karosti (Kharosthi script) dan bahasa Yunani (Greek language) dan aksara Yunani (Koine Greek script).

Semula secara istilah Apacaraja berarti raja Apraca, Apacaraja berarti raja Apaca, dan Avacaraja berarti raja Avaca. Adapun Apraca, Apaca, atau Avaca merupakan istilah yang digunakan oleh kalangan internal mereka sendiri untuk merujuk pada identitas kelompok masyarakat yang berkuasa di kawasan perbatasan Afganistan dan Pakistan pada abad ke-1 SM hingga abad ke-1 M. Adapun Apraca, Apaca, dan Avaca sendiri, menurut analisa para ahli sejarah dianggap merupakan bagian dari kelompok masyarakat Asvaka (Srivastava, Prashant (2007). The Apracharajas: a History Based on Coins and Inscriptions). Sementara kelompok masyarakat Asvaka (Sanskerta) itu sendiri, yang dalam bahasa Prakerta diucapkan dengan nama Assaka merupakan percabangan dari kelompok masyarakat Kamboja (Majumdar, Ramesh Chandra; Bhavan, Bharatiya Vidya (1968). The History and Culture of the Indian People. Vol. 2. p. 49). Sementara dalam analisa para ahli sejarah lainnya, kelompok masyarakat Kamboja itu sendiri merupakan bagian dari kelompok masyarakat Saka (A. Foucher and Mme. E. Bazin-Foucher. 1942. La Vieille Route de l’Inde de Bactres à Taxila (Mémoires de la délégation archéologique française en Afghanistan. Paris: Éditions d’Art et d’Histoire).

Kelompok masyarakat Saka, tersebut dalam literatur akademik berbahasa Inggris biasa digunakan dengan istilah Scythian. Adapun kelompok masyarakat Saka yang secara khusus berkembang di kawasan India-Kuno, biasa digunakan dalam literatur akademik berbahasa Inggris dengan istilah Indo-Scythian, atau Indo-Saka. Penggunaan istilah akademik Scythian di dalam bahasa Inggris itu sendiri, semula diambil dari bahasa Yunani Kuno yang menyebut identitas kelompok masyarakat tersebut dengan nama Skuthes, Skuthoi, dan Skolotoi (Novák, Ľubomír.2013. Problem of Archaism and Innovation in the Eastern Iranian Languages. Prague, Czech Republic: Charles University). Selain menyebut dengan Skuthes, Skuthoi, dan Skolotoi, di dalam bahasa Yunani Kuno juga sebenarnya didapati penggunaan istilah Sakai yang ke dalam bahasa Latin berubah menjadi istilah Sacae (Cernenko, E. V. 2012. The Scythians 700-300 BC. Bloomsbury Publishing). Adapun dalam literatur Asyiria menyebut identitas kelompok masyarakat tersebut, dengan menggunakan istilah Iskuzaya, Askuzaya, dan Asguzaya. Sementara dalam literatur Persia Kuno menyebutnya dengan istilah Saka (Parpola, Simo. 1970. Neo-Assyrian Toponyms. Kevaeler: Butzon & Bercker).

Menurut Michael Rogers, terdapat juga keterangan yang menunjukan bahwa masyarakat Babilonia, Persia Kuno, dan Yunani Kuno, selain menamai kelompok masyarakat tersebut dengan nama Scythian (dibaca: Saka), juga terbiasa menamainya dengan istilah Cimmerians (Rogers, Michael (2001). “Gibbon, Edward”. Encyclopædia Iranica. New York City, United States: Encyclopædia Iranica Foundation; Brill Publishers). Apabila dilakukan pelacakan lebih lanjut, maka istilah akademik dalam bahasa Inggris Cimmerian tersebut, di dalam bahasa Yunani Kuno disebut dengan Kimmerios dari akar kata Kimmerioi dan dalam bahasa Latin Cimmerius dari akar kata Cimmeri (Tokhtas’ev, Sergei R. 1991. “Cimmerians”. Encyclopædia Iranica. New York City, United States: Encyclopædia Iranica Foundation; Brill Publishers). Adapun istilah Kimmerios dalam bahasa Yunani Kuno tersebut, dapat dikonfirmasi juga dalam literatur bahasa Akadia dengan istilah Gimiraya, dalam bahasa Asyiria dengan istilah Gimerai dan dalam bahasa Ibrani dengan istilah Gomer (Phillips, E. D. (1972). “The Scythian Domination in Western Asia: Its Record in History, Scripture and Archaeology”. World Archaeology. 4 (2): 129-138).

Dalam analisa Anne Katrine Kristense (Kristensen, Anne Katrine Gade. Who were the Cimmerians, and where did they come from? Copenhagen, 1988), masyarakat Cimmerian, secara kebahasaan dapat diidentifikasi dengan beberapa variasi fonetik dalam bahasa Asyiria, yakni Bet Khumri, Khumri, Ghumri, Gomri, dan Omri, yang pada dasarnya merujuk pada masyarakat yang berasal dari Kerajaan Israel Utara. Dalam rincian yang dilakukan oleh Brad Kelle (Kelle, Brad (2002), “What’s in a Name? Neo-Assyrian Designations for the Northern Kingdom and Their Implications for Israelite History and Biblical Interpretation”, Journal of Biblical Literature, 121 (4): 639-666), secara lebih akurat didapati variasi kata yakni Sir’ila’aa, Huumri’i, Huumri’a, Bit Huumri’i, Bit Humri’a, Samerina, Samerina’aa, Sameri’i’na’aa, dan Samara’in/Sabara’in yang seluruhnya merujuk pada masyarakat dan entitas politik Kerajaan Israel Utara melalui bukti nyata dalam prasasti-prasasti sebagaimana berikut:

(1) Sir’ila’aa (Israel) dalam prasasti Kurkh Monolith oleh Shalmaneser III pada tahun 853 SM (2) Huumri’i (Omri) dalam prasasti Black Obelisk, Calah Fragment, Kurba’il Stone, dan Ashur Stone oleh Shalmaneser III pada tahun 841 SM (3) Huumri’a (Omri) dalam prasasti III R 10,2 oleh Tiglath-Pileser III pada tahun 731 SM dan prasasti ND 4301+4305 oleh Tiglath-Pileser III pada tahun 730 SM (4) Bit Huumri’i (Bet Omri) dalam prasasti Nimrud Slab oleh Adad-Nirari III pada tahun 803 SM (5) Bit Humri’a (Bet Omri) dalam prasasti Palace Door, Small Summary Inscription, Cylinder Inscription, Bull Inscription oleh Sargon II pada tahun 720 SM (5) Samerina (Samaria) dalam prasasti Layard 66 oleh oleh Tiglath-Pileser III pada tahun 732-731 SM dan prasasti Nimrud Prism, Great Summary Inscription oleh Sargon II pada tahun 720 SM (6) Samerina’aa (Samaria) dalam prasasti Tell al-Rimah Stela oleh Adad-Nirari III pada tahun 803 SM dan prasasti Layard 50a+50b+67a oleh Tiglath-Pileser III pada tahun 738-737 SM (7) Sameri’i’na’aa dalam prasasti Layard 45b+III R 9,1 oleh Tiglath-Pileser III pada tahun 740 SM (8) Samara’in/Sabara’in (Samaria) dalam prasasti Babylonian Chronicle ABC1 oleh Shalmaneser V pada tahun 725 SM.

Pada kenyataannya dalam tinjauan akademik, para sejarawan menjelaskan bahwa setelah Kerajaan Israel Raya (United Kingdom of Israel) mengalami perpecahan, maka terbentuk dua unit administrasi politik baru, yakni Kerajaan Israel (Kingdom of Israel) dan Kerajaan Yehuda (Kingdom of Judah) (Henry H. Halley. Halley’s Bible Handbook. An abbreviated Bible commentary. Zondervan Publishing House. Minneapolis, Minnesota. 1964). Karena memiliki ibukota di Samaria, maka Kerajaan Israel (Kingdom of Israel) juga biasa dinamai dengan Kerajaan Samaria (Kingdom of Samaria) (Rollston, Chris A. (2010). Writing and Literacy in the World of Ancient Israel: Epigraphic Evidence from the Iron Age. Society of Biblical Literature). Selain dinamai Kerajaan Israel, secara figuratif kerajaan tersebut di dalam literatur Tanakh (Hebrew Bible) biasa disebut dengan kerajaan Israel, Joseph, dan Ephraim yang merujuk pada suku Israel (nama lain Yakub), suku Yusuf (anak Israel), dan suku Efraim (anak Yusuf) sebagai sesuatu yang identik dan biasa saling dipertukarkan. Sementara Kerajaan Yehuda biasa disebut dengan Yehuda yang merujuk pada suku Yehuda (anak Israel). Sehingga biasa muncul pasangan yang saling diperlawankan menjadi Israel dan Yehuda, Yusuf dan Yehuda, dan Efraim dan Yehuda untuk merujuk pada dua entitas politik masyarakat Israel tersebut. Selanjutnya, terdapat nama Omri sebagai raja ke-12 dalam daftar nama raja-raja di Kerajaan Israel. Melalui nama Omri ini kemungkinan generasi raja-raja selanjutnya berasal, sehingga dalam catatan-catatan Asyiria maka Kerajaan Israel juga dikenal dengan nama Bit Humri (Ibrani: Bet Omri) (Grabbe, Lester L. (28 April 2007). “The Kingdom of Israel to the Fall of Samaria: If We Had Only the Bible”. Ahab Agonistes: The Rise and Fall of the Omri Dynasty. A&C Black).

Besar kemungkinan bahwa istilah Kamboja dalam bahasa Prakerta dan bahasa Sanskerta di kawasan India Kuno, memiliki keterhubungan dengan istilah akademik dalam bahasa Inggris Cimmerian, yang berakar dari bahasa Yunani Cimmerios, Latin Cimmerius, Akadia Gimiraya, Asyiria Gimerai, dan Ibrani Gomer. Baik Cimmerian (Kamboja) maupun Scythian (Saka), pada masa lalu merupakan dua istilah yang bersifat terhubung, identik, dan biasa saling dipertukarkan untuk merujuk pada masyarakat yang sama. Namun demikian, secara umum istilah Saka dapat dianggap lebih luas dan merupakan induk masyarakat yang mana salah-satu bagiannya adalah Kamboja. Melalui penalaran tersebut dapat diketahui bahwa kelompok masyarakat Apraca, Apaca, dan Avaca merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari identitas induknya sebagai kelompok masyarakat Kamboja dan yang pada gilirannya berasal dari kelompok masyarakat Saka sebagai payung istilah yang jauh lebih umum dan luas lagi. Sementara kelompok masyarakat Kamboja dan Saka (analisa khusus istilah Saka yang terhubung dengan konsep Hebrew Bible dapat dilakukan dalam kesempatan tulisan yang lain), dalam penelusuran sejarah dan kebahasaan secara spekulatif dan hipotetik, mampu merentang secara lebih jauh lagi hingga menuju kepada didentitas masyarakat Israel, Yusuf, Efraim, dan Omri yang menjadi patron Kerajaan Israel sebelum kemudian hancur, berdiaspora, dan bersalin warna kebudayaan setelah dikalahkan oleh Kerajaan Asyuria.

Melalui identitas kelompok masyarakat Apraca, Apaca, dan Avaca dalam frase Apracaraja, Apacaraja, dan Avacaraja, maka berkembang secara akademik istilah Apracaraja, Apacaraja, dan Avacaraja, yang tidak sebatas menunjukan identitas kelompok masyarakat tersebut, melainkan sekaligus digunakan untuk merujuk pada unit administrasi politik kerajaan kuno yang pernah berkuasa di kawasan perbatasan Afganistan dan Pakistan pada abad ke-1 SM hingga abad ke-1 M. Adapun ibukota kerajaan yang selanjutnya akan digunakan Apracaraja sebagai pilihan utama untuk ejaan dalam tulisan ini, disebut dengan nama Apracapura, atau Avacapura, yang juga sesuai dengan perbedaan ejahan yang digunakan dalam keterangan prasasti-prasasti yang dibuat oleh kalangan internal mereka sendiri. Adapun Apracapura yang merupakan ibukota Apracaraja tersebut, pada saat ini diperkirakan terletak di distrik Bajaur, divisi Malakand, provinsi Khyber Pakhtunkhwa, negara Pakistan (1998 Census report of Bajaur Agency. Census publication. Vol. 137. Islamabad: Population Census Organization, Statistics Division, Government of Pakistan. 2001).

Keterangan poto: “Inscribed Reliquary, donated by King Indravarman” sumbangan Samuel Eilenberg tahun 1987 untuk The Metropolitan Museum of Art, Ney York dengan kode 1987.142.70a, b (public domain).

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".