
Selasa, 20 Juni 2023 M, jam 11 siang, Rakeyan Pawitra melakukan panggilan WA. Memberikan kabar bahwa di Garut sedang ada wacana yang mana pihak pemerintah daerah sudah memberikan restu dalam rangka rencana pembangunan rumah sakit paru.
Sayangnya menurut Rakeyan Pawitra, rencana pembangunan rumah sakit paru tersebut akan dibangun pada suatu lahan wakaf yang mana terdapat makam-makam tua yang diindikasikan memiliki nilai sejarah. Salah-satunya menurut keterangan Rakeyan Pawitra adalah keberadaan makam yang diduga tempat dipusarakannya Bupati Kabupaten Bandung ke-2, yakni Ardisuta.
Jadi prinsipnya, Rakeyan Pawitra dan beberapa elemen masyarakat yang menaruh perhatian pada sejarah, tidak berarti tidak setuju atas kemaslahatn rumah sakit paru jika itu didirikan. Melaikan apabila rumah sakit paru didirikan di atas lahan yang mengndung bukti-bukti sejarah, maka sejarah itu sendiri akan menjadi hilang. Bersama dengan beberapa elemen pecinta sejarah tersebut, dikabarkan oleh Rakeyan Pawitra sudah dilakukan usaha audiensi dengan pihak DPRD Garut.
Dari hasil pembicaraan dengan pihak DPRD, pemerintah Garut, dan dinas terkait, dapat diketahui bahwa pihak pemerintah memiliki keterbatasan pengetahuan dalam bidang sejarah tersebut. Adapun pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kawasan-kawasan bernilai sejarah, dibutuhkan sokongan data yang nyata dan kuat untuk mereka bertindak dan memutuskan.
Di tengah wacana tersebut, Rakeyan Pawitra menghubungi saya dan menyatakan bahwa barangkali terdapat suplai data sejarah yang dapat membantu memperkuat kedudukan kawasan-kawasan yang bernilai sejarah agar mampu terlindungi. Pembicaraan tersebut sebagai tidak lanjut dari wacana sebelumnya yang pernah kami bicarakan bahwa peminat sejarah memerlukan usaha serius dalam rangka mengakses data-data sejarah yang penting.
Misalnya saya pernah kemukakan kepada Rakeyan Pawitra, bahwa tokoh seperti Ardikusumah merupakan tokoh historis yang dapat dibuktikan dengan hadirnya surat-surat diplomatik yang dibuatnya sendiri. Sebagaimana siang tadi setelah melakukan perbincangan, saya coba kembali mengakses layanan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) via jaringan online. Bahwa Ardisuta yang dikenal juga dengan Dalem Tenjolaya dalam kata kunci ANRI setidaknya terdapat surat yang terdokumentasikan sebanyak 15 pucuk yang ditulis pada rentang tahun 1681 M sampai dengan 1706 M.
Bagaimana isinya, saya sendiri tidak tahu. Karena sejauh ini tampaknya belum ada usaha dalam mentranskripsi surat-surat tersebut dalam bentuk riset yang serius dari berbagai pihak yang ada. Sehingga terlepas dari adanya wacana kawasan bernilai sejarah yang menyimpan kedudukan makam Ardisuta yang akan dibuat rumah sakit paru, maka sudah saatnya riset-riset independen seperti terhadap keberadaan surat-surat diplomatik Ardikusumah itu sendiri mendapat perhatian bersama.
Dengan sokongan dan keterlibatan berbagai pihak, saya kemukakan sejak awal bahwa The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda yang berada dalam naungan Yayasan Buana Varman Semesta dengan senang hati dapat membantu. Hanya dengan syarat, bahwa kita dengan terus terang tidak bisa berkerja dan bergerak sendirian. Riset-riset sekecil apapun membutuhkan sokongan pembiayaan. Dan kita harus mulai mampu menggalang wakaf pendanaan secara independen yang dikhususkan kepada hal-hal yang berkaitan dengan aspek keilmuan, dalam hal ini data-data sejarah yang bersifat primer.
Dengan hadirnya data primer, maka tumpuan sejarah yang disandarkan hanya pada tradisi oral dan catatan-catatan tradisional akan menemukan bentuk validasi dan koreksinya yang kokoh. Sembari meminta penundaan atau berbagai negosiasi agar kawasan-kawasan bernilai sejarah tidak sebegitu mudahnya dirusak. Riset-riset menjadi penting dan krusial untuk dilakukan. Agar pengetahun masyarakat Sunda mengenai masa lalu menjadi semakin jernih dan jelas dalam pandangan matanya.
KBB, 20 Juni 2023

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.