
Namanya dikenal dengan Faletehan, Fatahillah, Fatullah, Fadhlullah Khan, Fadhilah Khan, Maulana Fadhilah Khan, Ki Fadil, Tagaril, Tubagus Pase, Ratu Bagus Pase, Pangeran Pase, Wong Agung Pase, Ki Bagus Pase, Wong Agung Sebrang, Adipati Jayakarta I, dan Pangeran Jayakarta I.
Adapun silsilah Fadhilah Khan yang didasarkan pada catatan ahli nasab adalah sebagaimana berikut, yakni: Fadhilah Khan putra Mahdar Ibrahim putra Abdul Ghofur putra Zainul Alam Barokat putra Jamaludin Husein Al-Akbar putra Ahmad Syah Jalaluddin putra Amir Abdullah putra Abdul Malik Azmatkhan.
Fadhilah Khan kemudian menikah dengan salah-satu putri Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dengan Nyai Mas Kawung Anten yang biasa dikenal dengan nama Ratu Wulung Ayu, Ratu Ayu Wangunan, Nyai Ratu Ayu, dan Syarifah Khadijah (adik Maulana Hasanudin). Syarifah Khadijah ini dinikahi oleh Fadhilah Khan setelah suaminya yang pertama Adipati Unus yang merupakan Panglima Sarjawala gugur (syahid) dalam memimpin pertempuran laut melawan Portugis di Selat Malaka.
Adapun garis silsilah Fadhilah Khan masih bertemu dengan Syarif Hidayatullah pada tokoh Jamaludin Husain Al Akbar yang dikenal juga dengan nama Syeh Jumadil Kubro. Lengkapnya garis silsilah Syarif Hidayatullah adalah sebagaimana berikut, yakni Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah Umdatudin putra Sayid Ali Nurul Alam putra Jamaludin Husein Al-Akbar putra Ahmad Syah Jalaludin putra Amir Abdullah putra Abdul Malik Azmatkhan.
Pangeran Jayakarta yang melekat pada namanya dan pada penguasa Jayakarta selanjutnya, bermula dari keberhasilannya dalam mengusir Portugis yang berkuasa di Pelabuhan Sunda Kalapa milik Kerajaan Pajajaran pada 22 Juni 1527 M. Suatu kedudukan sebagai Panglima Sarjawala aliansi Banten, Cirebon, dan Demak menggantikan Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor setelah Pasai yang menjadi tempat kelahirannya dihancurkan Portugis.
Keberhasilan dalam mengusir penjajah Portugis dari Sunda Kalapa tersebut membuat nama Sunda Kalapa dirubah namanya menjadi Jayakarta. Maka Fadhilah Khan kemudian menjadi penguasa Jayakarta yang pertama di bawah kepemimpinan Syarif Hidayatullah yang berkedudukan di Kesultanan Cirebon sebagai Adipati Jayakarta I atau Pangeran Jayakarta I.
Jayakarta kemudian akan berubah namanya sebagaimana yang kita kenal saat ini sejak masa pendudukan Jepang menjadi Jakarta. Pangeran Jayakarta I, dengan demikian dalam sudut pandang hari ini artinya adalah Penguasa Jakarta I.

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.