Hari ini mungkin kita mencari hulu Citarum di Gunung Sembung yang menghilang, besok mungkin kita mencari Dayeuh Kolot yang dilupakan, besoknya lagi mungkin kita mencari Pakuan Pajajaran yang tenggelam, besok besoknya lagi mungkin kita terjemahkan surat-surat Rangga Gede, Rangga Gempol, dan Pangeran Wangsakerta yang tidak digarap orang, besok besok dan besoknya lagi mungkin kita terjemahkan surat Padrao sebagai tanda penjajahan Portugis secara eksak dan presisi terhadap Tatar Sunda.
Dan pada beberapa hari yang sudah berlalu kita tahu Legenda Sangkuriang yang kita nikmati pada saat ini hanyalah konstruk rakitan orang.
Kekasih jangan kau tunggu Imam Mahdi dan Isa Al Masih, karena hari kiamat akan tetap menjadi misteri.
Kekasih jangan kau tunggu Budak Angon dan Budak Jangotan, karena Gunung Gede entah kapan akan meledak.
Karena bukankah hidup harus tetap berjalan, tanpa harus menunggu segala kemungkinan-kemungkinan yang entah kapan akan terjadi.
Batujajar, 18 Februari 2022 M
GTK
Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.