Khosykhosy Ibnu Sa’id Ibnu Aswad merupakan petualang, pelaut, dan navigator yang dilahirkan di Pechina, Almeria, Spanyol.
Eksistensi dan reputasinya disandarkan pada keterangan dari Abu Al Hasan Ali Ibnu Al Husain Ibnu Ali Al Mas’udi (871-957) di dalam Kitab Muruj Ad Dahab Wa Ma’adin Al Jawhar (Meadows of Gold and Mines of Gems) yang ditulisnya pada tahun 947 M.
Di dalam kitab tersebut, Al Mas’udi mengatakan bahwa Khosykhosy Ibnu Sa’id Ibnu Aswad pada masa Khalifah Abdullah Ibnu Muhammad (888-912 M) dari Kekhalifahan Umayah Barat di Kordoba telah melakukan perjalanan dari Debla (Palos de la Frontera, Huelva, Spanyol) menuju ke kawasan yang disebut Ardh Majhula setelah mengarungi Samudra Atlantik pada tahun 889 M.
Perjalanan yang dilakukan oleh Khosykhosy Ibnu Sa’id Ibnu Aswad tersebut melibatkan volunteer yang banyak dari para pemuda muslim Kordoba yang mengikutinya. Tidak lama setelah tiba di Ardh Majhula, Khosykhosy kemudian kembalike Kordoba dengan membawa berbagai harta benda dan cinderamata yang berharga memenuhi kapal lautnya.
Khosykhosy merupakan petualang, pelaut, dan navigator paling awal yang tercatat dalam sejarah penemuan Benua Amerika, yang di dalam terminologi awal Bahasa Arab disebut dengan Ardh Majhula (Bumi yang Tidak Diketahui).
Setelah Khosykhosy, eksplorasi menuju ke Benua Amerika terus-menerus dilakukan oleh para petualang bahari muslim lainnya di bawah para sponsor yang dilakukan para khlifahnya, antara lain:
Pada masa Kekhalifahan Abdurrahman III (929-961 M) yang merupakan Khalifah Umayah Barat di Kordoba, ekspedisi menuju Ardh Majhula dilakukan kembali melalui pelabuhan Debla. Kali ini, para petualang muslim yang melakukan pelayaran berasal dari kawasan Afrika Utara. Petualangan tersebut membawa kesuksesan dan kembali tidak lama setelahnya dengan membawa harta benda berharga.
Pada masa Kekhalifahan Hisyam II (976-1009 M) yang merupakan Khalifah Umayah Barat di Kordoba ekspedisi menuju Ardh Majluha dilakukan dibawah Navigator Ibnu Faruk asal Granada. Pelayaran dimulai dari pelabuhan Kadesy di Syiria pada tahun 999 M dan mendarat di Gando, Pulau Carary. Di sana Ibnu Faruk menemui Raja Guanariga. Dari Gando, Ibnu Faruk kemudin bergerak ke Capraria dan Pluitana. Masih pada tahun 999 M, Ibnu Faruk tiba kembali ke Spanyol. Berita tersebut didasarkan pada catatan Abu Bakar Ibnu Umar Al Ghutiya.
Pada abad ke-12 M berdasarkan catatan Al Syarif Al Idrisyi (1099- 1166 M) diberitakan adanya pelayaran menuju Ardh Majluha yang dilakukan oleh muslim Afrika Utara melalui Lisbon (Portugal). Di sana dalam Kitab Nuzhat Al Musytaq Fi Ikhtiraq Al Afaq, dikatakan bahwa setelah 4 hari mereka tiba di sana, mereka kemudian mulai melakukan komunikasi dengan penduduk setempat dengan Bahasa Arab lewat penerjemah.
Pada tahun 1291 M, petualangan menuju Ardh Majhula selanjutnya dilakukan oleh Syaikh Zainudin Ali Ibnu Fadhil Al Mazandarani. Pelayarannya tersebut dilakukan dari Tarfai (Maroko) pada masa Khalifah Abu Yakub Sidi Yusuf (1286-1307 M) dari Kekhalifahan Marinid. Kapalnya kemudian berhasil mendarat di Green Island di Karibia.
Pada abad ke-14 M, perlayaran menuju Ardh Majhula selanjutnya dilakukan oleh muslim dari Timbuktu, Mali, Afrika Barat. Berita tersebut didasarkan pada catatan Syihabudin Abu Al Abbas Ahmad Ibnu Fadhl Al Umari (1300-1384 M), yakni Kitab Masalik Al Absar Fi Mamalik Al Amsar.
Kemudian pelayaran selanjutnya dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar I (1285-1312 M) dari Kekhalifahan Mandika, Mali, Afrika Barat. Menurut keterangan Khalifah Mansu Kankan Musa (1312-1337 M), pelayaran yang dilakukan oleh Abu Bakar I sebelum menjadi Khalifah telah dilakukan sebanyka dua kali. Abu Bakar I berhasil tiba kembali dari Ardh Majhula pada tahun 1311 M dan kemudian diangkat sebagai khalifah setelahnya. Abu Bakar pada maaa tersebut telah menjelajahi sejauh Amerika Utara dan Amerika Selatan dan juga telah mengunjungi kawaaan Misisipi.
Secara bertahap penelitian ilmiah modern mulai memberikan argumentasi yang semakin kuat dan tak terbantahkan bahwa Benua Amerika telah melakukan kontak yang intensif dengan dunia Islam sejak 600 tahun sebelum perjalanan Christofer Colombus pada tahun 1492 M dan Amerigo Vespuci pada tahun 1499 M.
Di seluruh Benua Amerika telah tercatat dalam penelitian-penelitian terbaru bahwa dinyatakan setidaknya sebanyak ribuan lebih nama desa, kota, gunung, sungai, dan danau yang didasarkan aspek penamaannya melalui Bahasa Arab dan identitas Islam. Demikian juga didapati ratusan nama suku Indian yang mana aspek penamaannya juga didasarkan atas Bahasa Arab dan identitas Islam.
Demikian juga didapati banyak sekali artefak-artefak, prasasti-prasasti yang didasarkan pada jenis aksara Arab Kufik, dan juga dokumen-dokumen perjanjian selanjutnya yang menunjukkan identitas Islam. Suatu bukti yang tidak terbantahkan dimana Arab dan dunia Islam telah melakukan kontak perdagangan dan pernikahan secara elegan bersama masyarakat Indian lokal dengan proses asimilasi yang halus jauh sebelum dunia barat tiba melakukan agenda kolonialisasi yang bersifat kasar dan eksploitatif.
Khosykhosy Ibnu Sa’id Ibnu Aswad, merupakan petualang dan penemu Benua Amerika (Ardh Majhula) yang pertama berdasarkan catatan-catatan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah 600 tahun sebelum eksplorasi barat. Arab dan Islam bukan lagi menjadi seekedar pendatang baru, melainkan sudah sejak lama menjadi bagian yang tidak pernah bisa dipisahkan dari sejarah pribumi Benua Amerika.
#islamicgoldenage
#mediegalislam
Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.