Asad ibn Hasyim yang berasal dari suku Quraisy suku Adnan suku Ismail memiliki salah-satu isteri yang bernama Zahna bat Hofnai (Zahna bint Hofnai).

Ayah Zahna bat Hofnai yang bernama Hofnai ben Haninai (Hofnai Ibn Haninai) merupakan mata rantai penerus garis silsilah tradisi raja-raja Kerajaan Yehuda di negeri perantauan (Resh Geluta) setelah kehancuran Kerajaan Yehuda oleh Kerajaan Babil yang membuat mereka menjalani hidup di negeri-negeri pengasingan (Exiliarch) dan penerus mata rantai keturunan dari garis silsilah Raja Daud (Beit David).

Apabila diurutkan maka sedikit gambaran lebih lengkap untuk garis silsilah Zahna bat Hofnai adalah Zahna bat Hofnai ben Haninai ben Ahunai ben Haninai ben Mar Mari ben Mar Zutra ben Kahana ben Abba Mari ben Ukba ben Nehemia ben Natan ben Hanan ben Natan ben Nahum ben Ahya ben Yakov ben Sylomo ben Hunya ben Natan ben Sylomo ben Hizkia dan seterusnya sampai tersambung menuju Raja Daud (Nabi Daud AS).

Adapun hasil pernikahan Asad ibn Hasyim dengan Zahna bat Hofnai ben Haninai tersebut diantaranya memiliki beberapa orang putra/putri yakni Hunain ibn Asad ibn Hasyim, Fatimah bint Asad ibn Hasyim, Adai bint Asad ibn Hasyim, Khalda bint Asad ibn Hasyim, dan Habar ibn Asad ibn Hasyim.

Sementara Fatimah bint Asad ibn Hasyim kemudian akan dinikahi oleh sepupunya yakni Abu Thalib (Imran) ibn Abdul Muthalib (Syaiba) ibn Hasyim (Amr), yang selanjutnya akan melahirkan Ali ibn Abu Thalib.

Dan Adai bint Asad ibn Hasyim kemudian akan dinikahi oleh Bostanai ben Haninai ben Hofnai yang merupakan kerabat dari suku Yahudi dan meneruskan tradisi raja-raja Yahudi di pembuangan (melahirkan putra Haninai Al Nehar Pekod).

Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat kasus-kasus yang mana anggota suku Quraisy dari Bani Adnan dari Bani Ismail sesunggunya memiliki keterhubungan kekerabatan melalui ikatan pernikahan dengan suku Yehuda dari Beney Israil dari Beney Ishak melalui garis silsilah perempuan.

Apabila dalam tradisi Arab penisbatan kesukuan diperoleh dari garis laki-laki yang berkelanjutan (pengecualian dalam penarikan garis silsilah Ahlul Bait sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW yang berpangkal melalui putrinya Fatimah Az Zahra), maka sebaliknya dalam tradisi Yahuda terdapat penisbatan kesukuan dari garis perempuan selain yang berasal dari pasangan murni suami-isteri Yahudi (berdasarkan tradisi Rabinik sejak abad 2/1 M).

Dalam sudut pandang adat-istiadat Yahudi, maka anggota keluarga suku Quraisy suku Adnan suku Ismail yang terikat sisilah dengan garis ibu seorang Yahudi (dalam makna yang bersifat genealogi) maka keturunan Quraisy tersebut akan sepenuhnya diakui juga sebagai Yahudi berdasarkan peraturan Yahudi Rabinik yang menyandarkan pada jalur Matrilineal (kecuali ‘Yahudi’ Karait yang masih mempertahankan tradisi Patrilineal).

Sehingga dengan demikian, disatu sisi akan menjadi bagian penuh dari anggota suku Quraisy namun di sisi yang lainnya lagi juga akan menjadi bagian penuh dari hak pengakuan sebagai anggota suku Yahudi.

Studi mengenai pertalian anggota suku Quraisy dengan suku Yahudi melalui garis perempuan bisa dilakukan terhadap bagian lebih kecil dari suku lainnya misalnya saja terhadap Bani Hasyim dan Bani Umayah.

Pemeriksaan tersebut untuk sekedar memastikan apakah pola relasi inter marriege antara Quraisy dan Yahudi merupakan pola dan probabilitas yang cenderung memiliki prosentase yang cukup besar dan signifikan ataukah tidak.

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".