Abu Raihan Muhammad ibnu Ahmad Al Biruni (973-1048 M), lebih dikenal dengan nama Abu Raihan Al Biruni, atau Al Biruni, lahir di Khawarizmi (Uzbekistan) dan meninggal di Ghazna (Afghanistan).
Sebagaimana umumnya ilmuan Islam pada Periode Islam Pertengahan (Medieval Islam) atau Periode Emas Islam (Islamic Golden Age) yang bersifat Polyglot (merujuk pada banyak sumber bahasa pengetahuan), Polymath (mengkaji pada banyak disiplin ilmu atau subjek pengetahuan), dan Non Secular (tidak mendikotomikan gagasan ilmu agama dan ilmu dunia dan berhasil mengintegrasikannya dalam basis nilai yang bersifat koheren, holistik, dan tunggal), Al Biruni bersama dengan nama besar lainnya seperti Jabir ibnu Hayan dan Ibnu Haitam merupakan mercusuar pembuatan, pengembangan, dan penerapan paradigma Scientific Method (Cara Kerja Ilmiah).
Sebenarnya banyak sekali karya-karya yang pernah diraihnya, namun demikian hanya akan dikemukakan dalam salah-satu fokusnya, yang mana Al Biruni kemudian akan dikenal oleh dunia dengan reputasinya sebagai Bapak Kajian Indologi (Indology), yang dengan demikian sekaligus Bapak Kajian Timur (Orientalism).
Adapun kitab kuning atau apa yang dalam bahasa barat (Judeo-Christian) disebut magnum opus (karya monumental) mengenai awal-mula kajian India Kuno dalam khazanah ilmiah oleh Al Biruni adalah Kitab Fi Tahqiq Ma Li Al Hind dan Kitab Tarikh Al Hind.
Di dalam aspek kekaryaannya tersebut dikatakan bahwa Al Biruni kemudian telah berhasil untuk mempelajari, menterjemahkan, dan mengutip kitab-kitab Hindu (India Kuno) diantaranya adalah: Rig Weda, Sama Weda, Atarwa Weda, Yajur Weda. Kemudian Samkya, Patanjali, Upanisad, Bagawad Gita, Wisnu Purana, Matsya Purana, Bayu Purana, Aditya Purana, Caraka Samhita. Dan karya-karya cemdekiawan India Kuno seperti Brahmagupta, Varahamihira, Aryabata, dan seterusnya langsung dari bahasa Sanskerta.
Tanpa pijakan yang telah diletakkan oleh Al Biruni, tak akan pernah ada kajian modern mengenai Indology akan lahir, tak akan pernah ada wawasan soal dunia timur (Orientalism) akan tiba. Segala cendekiawan selanjutnya kemudian akan berdiri di atas pundaknya yang kuat.
#islamicgoldenage
#medievalislam
Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.