Seperti gunung
Cintaku biru
Tapi kau tepiskan karena aku bukan pendaki
dan tak dengarkan petunjuk; biarkan tersesat
tanpa morse tanpa kompas

Seperti awan
Cintaku putih
Tapi kau tertawa karena aku bukan penerbang
dan ahli fisika yang menghitung energi berbanding
beban dan kecepatan cahaya

Seperti bungur
Cintaku ungu
Tapi kau meragu bagai memaku dengan palu
buatku termangu dan kalbuku menjadi pilu
tertiup angin lalu menderu mendebu

Seperti mawar
Cintaku merah
Tapi kau tak percaya karena aku hanya penikmat
indah dan wangi bukan ahli nalar dengan kemewahan
pikir nan tajam bagai duri

: Apalah itu
Cintaku mungkin tak berwarna
Bagai udara yang kau hirup memenuhi dada
tanpa kesadaran, ketika sesak baru terasa

Sukabumi, penghujung tahun 2021