Identitas Judul: Surat Pernyataan Silsilah

Jenis Aksara: Latin

Bahasa: Melayu

Kertas: Fotokopi

Tahun: 24 Agustus 1923; 15 Oktober 1923; 16 Oktober 1923

Pemilik: Keluarga besar Dr. Chye Retty Isnendes, S.Pd., M.Hum.

Hal: Surat pernyataan Silsilah Rd. Asmadiredja (kakek buyut Dr. Retty Isnendes, S.Pd., M.Hum. dari garis ibunya).

Lokasi: Djatinegara

Ditranskripsi: 10 Januari 2022

Oleh: Gelar Taufiq Kusumawardhana, Karguna Purnama Harya, Lilis Erni Supantini, Chye Retty Isnendes

***

Transkripsi Bagian Atas:

Bahwa saja Raden Darsad Com-

mandant pensioen Pendjaringan Bata-

via tinggal di Djatinagara Meester Cornelis

menerangkan Raden Asmadiredja parti-

koelir tinggal beroemah di dessa Nagrak

district Tjibadak afd Soekaboemi poe-

tra dari Raden Raksapradja poetra Raden

Ismail Tjiheulang soedah wapat,

poetra Raden Achmad Idris Pangoeloe

tanah Baroe afd Bogor poetra Raden

Kanon demang hoeloe district Tjibi-

nong afdeeling Bogor soedah wapat,

poetra Raden Kojong Djatinagara

Meester Cornelis Batavia soedah wapat,

poetra Raden Arip [Sarip Tadjoel

Aripin Djatinagara]. Sarip Tadjoel

Aripin poetra Pangeran Sageri Djati-

nagara district dan Afdeeling Meester

Cornelis. Pangeran Sageri Poetra Sultan Abdoel

Patah [Sarip Abdoel Fatahi Bantan] semoeanya

soedah wapat.

Djatinagara 15 October 1923

Kemudian terdapat cap berupa tulisan “RADHEN DARSAD” dan bubuhan tanda tangan Raden Darsad.

Bagian Bawah Kiri:

Sebagaimana jang

Raden Tb Kasoenan

toewan tanah Baroe Bogor dan

Raden Darsad Com-

mandant pensioen

pendjaringan soedah

kasih keterangan betoel.

Kemudian terdapat keterangan waktu dengan titi mangsa “24/8 23” (24 Agustus 1923) kemudian keterangan kata “Saja” (Saya) dan bubuhan tanda tangan Raden Darsad.

Bagian Bawah Kanan:

Betoel ini Raden Asmadiredja

Saja poenja pamili.

Tanah Baroe 16 Octb 1923

Pangoeloe Tanah Baroe

R H Hasan

***

Pada hari Sabtu 08 hingga Ahad 09 Januari 2022, saya berkesempatan untuk bersilaturahmi, dan kemudian sangat beruntung dapat memperoleh salinan (photocopy) naskah berbahasa Melayu (Indonesia) dengan aksara Latin yang menunjukkan angka tahun 1923, yang merupakan arsip koleksi dari keluarga besar Chye Retty Isnendes di Nagrak Sukabumi.

Naskah tersebut berisi narasi yang menerangkan Raden Asmadiredja yang merupakan kakek buyut laki-laki Chye Retty Isnendes dari garis silsilah pihak ibunya. Adapun yang diterangkan di dalam naskah tersebut adalah aspek kedudukan Raden Asmadiredja dalam sudut pandang nilai dan makna konstelasi garis silsilahnya, yang kemudian dipertautkan secara jelas dan rinci terhadap ayah dan para leluhur selanjutnya dari garis pihak ayah yang dimilikinya (genealogi).

Keterangan mengenai garis silsilah yang dimiliki oleh Raden Asmadiredja tersebut tidak diberikan oleh dirinya sendiri melainkan diberikan oleh pihak lain yang dalam hal ini dilakukan oleh Raden Darsad yang merupakan seorang pensiunan Komandan Distrik Penjaringan yang tinggal di Jatinagara Meester Cornelis sebagai narasi utama yang tertulis pada bagian atas lembaran naskah dan oleh Raden Haji Hasan seorang Penghulu Tanah Baru Afdeeling Bogor yang merupakan keluarga dekat dari Raden Asmadiredja itu sendiri. Keterangan yang diberikan oleh Haji Hasan itu digunakan sebagai narasi tambahan yang tertulis pada bagian bawah kanan naskah.

Sementara itu masih terdapat narasi tambahan yang tertulis pada bagian bawah kiri yang juga masih diberikan keterangannya oleh Raden Darsad, yang mana di sana dikatakan bahwa sumber validasi keterangan garis silsilah Raden Asmadiredja tersebut, selain disandarkan otoritasnya pada keterangan yang benar dari dirinya sendiri (yakni Raden Darsad), namun demikian juga dengan cara mempertimbangkan kesesuaiannya dengan sumber keterangan yang diberikan oleh Raden Tubagus Kasunan yang merupakan Tuan Tanah di Tanah Baru Afdeeling Bogor.

Tidak dijelaskan dengan lugas dan terang-benderang mengenai implikasi dari dibuatnya keterangan otoritatif dari garis silsilah Raden Asmadiredja tersebut. Misalnya saja dibuat untuk dipergunakan dalam kepentingan penjaminan dalam menduduki suatu jabatan pemerintahan atau perusahaan tertentu pada masanya. Hanya saja terdapat keterangan ringkas yang cukup memberikan informasi berharga bahwa Raden Asmadiredja pada waktu surat keterangan itu dibuat sedang dalam kedudukannya sebagai partikulir (pekerja khusus/perusahaan swasta/non pemerintahan) yang tinggal di Desa Nagrak Distrik Cibadak Afdeeling Sukabumi.

Apa yang menarik dalam sudut pandang saya adalah bahwa pada kenyataannya hingga pada tahun 1923 tersebut, penguasaan terhadap garis silsilah yang terutama dimiliki oleh bagian dari masyarakat yang biasa disebut dengan golongan menak sebagaimana yang terlihat dari gelaran namanya, masih dapat dikuasai dengan baik tata urutnya secara rinci dan jelas oleh pihak-pihak keluarga. Di dalam keterangan naskah tersebut, Raden Asmadiredja kemudian dipertautkan dengan generasi laki-laki dari para leluhurnya luar biasanya bahkan hingga mencapai angka sebanyak 8 undak ke atas secara berkesinambungan. Dengan demikian, bersama dengan nama dirinya sendiri (Raden Asmadiredja), maka jumlah keseluruhannya akan menjadi berjumlah 9 undak garis silsilah ke atas.

Adapun tata urutnya berdadarkan pembacaan teks tersebut adalah sebagai berikut.

Raden Asmadiredja (1) putra Raden Raksapradja (2) putra Raden Ismail Ciheulang (3) putra Raden Achmad Idris (4) putra Raden Kanon (5) putra Raden Koyong Jatinagara (6) putra Raden Sarip Tajul Aripin Jatinagara (7) putra Pangeran Sageri Jatinagara (8) dan putra Sultan Abdul Patahi Bantan (9).

Adapun keterangan mengenai identitas yang dimiliki oleh tokoh-tokoh yang disebutkan di dalam naskah tersebut adalah sebagaimana berikut:

Raden (Kahfi) Asmadiredja bekerja sebagai pegawai khusus/pegawai swasta (partikulir) yang secara administrasi pada waktu surat itu dibuat tinggal di Desa Nagrak Distrik Cibadak Afdeeling Sukabumi. Adapun menurut keterangan pihak keluarga, beliau merupakan seorang Mandor Besar Perkebunan N.V. Onderneming Afdeling Sinagar Cirohani Sukabumi.

Raden (Samdan atau Hamdan) Raksapradja tidak disebutkan bekerja sebagai apa dan tinggal dimana. Adapun menurut keterangan keluarga, beliau juga merupakan Mandor Besar Perkebunan N.V. Orderneming Afdeling Sinagar-Cirohani Sukabumi yang juga sekaligus menjadi pembuka wilayah Nagrak yang pada saat ini statusnya telah berubah menjadi kecamatan.

Raden Ismail (Kartadinata) Ciheulang tidak disebutkan pekerjaannya dan dapat diperkirakan dengan kuat tinggal di Ciheulang (Cibadak, Sukabumi) sebagaimana yang tertera dalam keterangan yang melekat pada namanya. Adapun menurut keterangan pihak keluarga, beliau merupakan Mantri Gula di Ciheulang.

Raden Achmad Idris bekerja sebagai Penghulu di Tanah Baru Afdeeling Bogor.

Raden Kanon bekerja sebagai Demang Kepala di Distrik Cibinong Afdeeling Bogor.

Raden Koyong Jatinagara tidak disebutkan pekerjaannya sebagai apa, hanya saja dapat diperkirakan tinggal di Jatinagara Meester Cornelis Batavia sebagaimana yang tertera dalam keterangan tempat yang melekat pada namanya.

Raden Sarip Tajul Aripin (Syarif Tajul Arifin) Jatinagara tidak disebutkan pekerjaannya sebagai apa, hanya saja dapat diperkirakan tinggal di Jatinagara sebagaimana keterangan tempat yang melekat pada namanya.

Pangeran Sageri Jatinagara tidak disebutkan pekerjaannya sebagai apa, hanya saja melalui gelarnya dapat diperkirakan kedudukannya lebih tinggi dari sekedar Raden, melainkan Pangeran yang bermakna putra seorang Raja. Sementara tempat tinggalnya dapat diperkirakan di Jatinagara sebagaimana yang tertera dalam keterangan tempat yang melekat pada namanya Jatinagara, dengan keterangan tambahan Distrik dan Afdeeling Meester Cornelis.

Dan benar saja, pada kalimat penutup kemudian diberitakan bahwa Pangeran Sageri Jatinagara merupakan putra dari Sultan Sarip Abdul Patahi Bantan. Hal ini menunjukkan bahwa Pangeran Sageri yang berkedudukan di Jatinagara merupakan putra dari seorang Raja atau Sultan yang memiliki nama Sarip Abdul Patah yang berkuasa di Bantan (pada saat ini disebut Banten). Keterangan pada bagian utama tersebut kemudian berhenti sampai di sini.

***

Dengan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh salinan dan kemudian dapat membacanya secara langsung terhadap dokumen keluarga Chye Retty Isnendes tersebut, saya merasa bersyukur dan bangga karena bisa memperoleh suatu kehormatan dan pengalaman yang sangat berharga. Proses pembacaan terhadap naskah tersebut dilakukan sendiri oleh Chye Retty Isnendes (cucu buyut Raden Asmadiredja dari pihak ibu) dengan dibantu oleh Lilis Erni Supantini (cucu Raden Asmadiredja dari pihak ayah), dan kemudian dibaca dan dipelajari ulang oleh Karguna Purnama Harya (Varman Institute), dan Gelar Taufiq Kusumawardhana (Varman Institute).

Perasaan bersukur dan bahagia dalam melihat dokumen dan isi dokumen tersebut muncul karena sejak beberapa waktu ini, saya secara pribadi mulai menaruh perhatian, menulis, dan mendokumentasikan analisa terhadap contoh-contoh garis silsilah yang biasa diabadikan ke dalam rubrik Silsilah pada website Varman Institute yang dimiliki oleh Yayasan Buana Varman Semesta sebagai ikhtiar untuk bisa memahami dan merekonstruksi ulang penguasaan atas nasab pada masyarakat Sunda yang menurut perkiraan para analis telah mengalami kerusakan atau distorsi data untuk bisa dipertautkan hingga menuju ke masa yang paling penting dan krusial, yakni 500 tahun ke belakang.

Akan tetapi, dengan adanya beberapa data yang diperoleh dan dikerjakan, saya merasa optimis bahwa gambaran silsilah masa lalu masyarakat Sunda secara umum sebenarnya masih dapat diketahui kembali mata rantai silsilahnya dengan kemauan untuk sedikit meluangkan waktu dan tenaga dalam melakukan riset akademik yang memadai. Data-data yang tersajikan dalam naskah keluarga besar Chye Retty Isnendes tersebut misalnya, yang meskipun menunjukka nama-nama yang bersifat perseorangan (personal), namun demikian tidak dimaksudkan dalam rangka memaknainya secara personal (pribadi) melainkan bersifat impersonal (umum) sebagai suatu kepentingan informasi yang akademik dan publik.

Melalui beberapa contoh kasus yang sempat ditulis dan dikerjakan, dapat diketahui bahwa garis silsilah menak (noble) sesungguhnya bukan sekedar mencatat rahasia kejayaan dalam sudut pandang kekuasaan dan geopolitik masa lalu semata-mata, melainkan menyimpan dan mengabadikan pencapaian dan reputasi leluhur yang bukan saja berasal dari garis silsilah murni pribumi (membentang dari trah Kerajaan Hindu-Budha), melainkan juga soal menjaga, memelihara, dan mengabadikan rahasia kehormatan nilai, risalah, dan komitmen keagamaan yang diperoleh melalui dari garis silsilah Nabi Muhammad SAW (membentang dari trah Kesultanan Islam) sebagai penyebar ajaran Islam.

***

Melalui pembacaan terhadap naskah tersebut, dapat terlihat adanya pergerakan fisik (mobilitas/migrasi) secara Geografis dari trah Nagrak (Cibadak, Sukabumi) yang sebelumnya berasal dari Ciheulang (Cibadak, Sukabumi). Adapun trah Ciheulang (Sukabumi) berasal dari Tanah Baru (Bogor), sementara trah Tanah Baru (Bogor) berasal dari Cibinong (Bogor). Sementara trah Cibinong berasal dari Jatinagara (Jakarta). Dan trah Jatinagara (Jakarta) berasal dari Banten (Serang), lebih tepatnya kawasan Tirtayasa (Serang, Banten).

Adanya perkiraan kawasan Tirtayasa sebagai titik penetrasi pergerakan kekuasaan dan geopolitik tersebut, dapat diketahui dari pokok nama keluarga Raden Asmadiredja itu sendiri yang bernama Sultan Abdul Patah (Sultan Abdul Fatah) atau Sultan Sarip Abdul Patahi Bantan (Sultan Syarif Abdul Fatahi Bantan), yang dalam pustaka-pustaka sejarah biasa juga disebut dengan nama Pangeran Dipati, Pangeran Adipati, Pangeran Surya, Pangeran Ratu, Sultan Abdul Fatah Al Mafaqih, Sultan Abdul Fathi Abdul Fatah, dan Sultan Ageng Tirtayasa (Sultan Banten ke-6) yang tercatat dalam sejarah pernah membangun keraton baru di kawasan Tirtayasa (Serang, Banten).

Batujajar, 12 Januari 2022

***

Naskah disamarkan atas izin keluarga pemilik (Dok. keluarga besar Chye Retty Isnendes)

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".