Perempuan Menulis Dari UPI Untuk Pertiwi
Pada kesempatan kali ini kita akan menyuguhkan informasi mengenai buku dengan judul “Perempuan Menulis, Dari UPI Untuk Pertiwi” yang diberikan kata pengantar secara khusus oleh Professor Jan Newberry dari University of Letbridge (Kanada), disunting secara kolektif oleh tim kerja Elly Malihah, Vina Adriany, Tutin Aryanti, dan Fitri Rahmafitria, dan diterbitkan oleh UPI PRESS (Cetakan pertama, April, 2021).
Adapun buku “Perempuan Menulis, Dari UPI Untuk Pertiwi” tersebut, yang mana seluruh kontribusi tulisannya diberikan oleh sosok perempuan yang berperan aktif sebagai dosen, peneliti, dan akademisi dari kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), isinya kemudian dibagi ke dalam lima bab yang mewakili topik-topik yang tetap terhubung secara naluriah dengan citarasa perempuan sebagaimana berikut:
Bab pertama, diberi topik mengenai “Perempuan Sastra, dan Narasi Diri”. Bab kedua, diberi topik mengenai “Perempuan Tentang Pendidikan dan Literasi”. Bab ketiga, diberi topik mengenai “Narasi Perempuan Tentang Pariwisata dan Budaya”. Bab keempat, diberi topik mengenai “Narasi Perempuan Tentang Sains Ekonomi dan Lingkungan”. Bab kelima, diberi topik mengenai “Narasi Perempuan Tentang Isu Sosial”.
Jadi Duta Legenda? Siapa Takut!
Dengan mengingat sebegitu banyaknya tulisan penting dan menarik yang mana seluruhnya mencapai jumlah 32 tulisan yang tersebar pada bab pertama hingga bab kelima, maka pada kesempatan kali ini kita hanya akan menyuguhkan satu buah tulisan sebagai representasi dari isi informasi yang terkandung pada keseluruhan tulisan-tulisan yang ada di dalam buku “Perempuan Menulis, Dari UPI Untuk Pertiwi” tersebut. Tulisan yang mendapatkan ulasan kali ini adalah tulisan dengan judul “Menjadi Duta Legenda? Siapa Takut?” oleh Yostiani Noor Asmi Harini yang tersimpan di dalam bab ketiga dengan topik “Narasi Perempuan Tentang Pariwisata dan Budaya”.
Yostiani Noor Asmi Harini, merupakan dosen di Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Depdiksatrasia), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Riwayat pendidikan tinggi yang ditempuhnya dimulai dengan S1 dari Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, UPI dengan karya Skripsi “Kajian Struktur, Konteks Penuturan, Fungsi, dan Proses Penciptaan Cerita Nini Anteh di Kotamadya dan Kabupaten Bandung”. Kemudian S2 Sastra Kontemporer, Fakultas Ilmu Budaya, UNPAD dengan karya Tesis “Transformasi Folklore Lisan Nini Anteh Ke Novel Dongeng Nini Anteh Karya A.S. Kesuma”. Dan sedang menempuh studi S3 Ilmu Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, UNPAD dengan pengerjaan Disertasi “Materialisasi Legenda Bergenre Romance Di Destinasi Wisata Se-Bandung Raya Sebagai Manifestasi Ideologi Gender”.
Di sini dapat terlihat bahwa keahlian dan modalitas dasar Yoastiani Noor Asmi Harini secara akademik adalah penguasaan kajian terahadap informasi yang terkandung dalam transmisi Tradisi Lisan (Folklore) dengan titik fokus atau konsentrasi pada Legenda.
Kedudukannya sebagai dosen, akademisi, dan peneliti menjadi sangat menarik ketika diletakkan dalam konstelasi kesemestaan penelitian pada studi kasus kerja lapangan gabungan dalam topik “Ekspedisi Patahan Lembang” karena setidaknya dua alasan.
Pertama, karena komposisi keanggotaan ekspedisi seluruhnya diisi oleh laki-laki dalam rangka melakuka kolaborasi interdisipliner atau multidisipliner dengan disiplin-disiplin keilmuan seperti: Geografi, Geodesi, Sistem Informasi Geografis, Sumber Daya Alam, Potografer, Pilot Drone, Seniman, dan Tim Suport (kecuali Tradisi Lisan atau Folklore). Dan kedua, kegiatan Ekspedisi Patahan Lembang yang berusaha menangkap gejala Patahan Lembang (Lembang Fault) dengan gejala kegempaan (seismic) membutuhkan kerja fisik selain kerja intelektual dan teoretik dengan cara melakukan perjalanan observasi menelusuri bentang patahan sebanyak 29 KM.
Pada kenyataannya, Ekspedisi Patahan Lembang (Lembang Fault) berhasil dilaksanakan dengan sangat baik dan memuaskan. Demikin pula dengan peran serta Folklore sebagai suatu pendekatan yang ditawarkan oleh Yostiani Noor Asmi Harini, telah berhasil memberikan dan mewarnai gagasan-gagasan penelitian yang dihasilkan untuk mengatasi kebekuan komunikasi bahasa keilmuan kemudian dalam sebuah catatan gabungan yang diberi nama “Catatan Perjalanan Seismic Cities” oleh Tim Ekspedisi Patahan Lembang (Lembang Fault) yang disajikan dalam kegiatan Pameran Seismic Cities di Orbital Dago (19-29 April 2019) bersama para Seniman yang melakukan interpretasi pemaknaan terhadap gejala kegempaan di asal Chili, Inggris, dan Indonesia (Bandung): Ackay Deni Ramdani, Entri Somantri, Sebastian Riffo, Constanza Alarcon Tennen, dan Emma Critchley.
Melalui tulisan tersebut, kita bisa melihat bahwa perempuan memiliki modalitas dan kualitas yang sama dengan laki-laki, sementara perempuan sebagai sebuah identitas justru bukan menjadikannya sebuah hambatan dalam beraktifitas dan atau berprofesi; melainkan menjadi nilai penting dan nilai tambah yang memberikannya makna lebih pada atribut-atribut keilmuan, inteletualitas, akademik, dan profesi yang ada. (Penulis, merupakan Jaro Puhu di House of Varman (HOV), kontributor tulisan di Varman Institute (VI) sebagai bagian dari Widang Atikan HOV, saat ini sedang menempuh studi S2 di Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung)
Tulisan dimuat di rubrik Pabukon harian umum Pikiran Rakyat, Sabtu 13 November 2021
Pusat Kajian Sunda – The Varman Institute (TVI) merupakan unit unggulan yang berada di bawah Bidang Pendidikan Pengajaran dan Pelatihan (Department of Education, Teaching, and Training) dari Yayasan Buana Varman Semesta (BVS).