1

Telah banyak puisi kuhanyutkan bersama alir lebat

hujan yang mulai turun setiap sore dan malam

Udara bertuba dan kaca jendela bening berembun

Titik menghujam bumi dan menyatu di genangan

kenang dan diam

2

Bukankah perspektif memandang hidup menjadikan

engkau berbeda dan indah dalam pandangan?

Seperti hujan pada kalam sang penyair yang peka

menangkap isyarat lalu mengasosiasikannya penuh

metafora

Ah bunga mawar bukan hujan, sayang

Tapi keduanya berujung pada puisi yang kau tulis

dalam sepi dan pengharapan

Bagai jerit doa yang mengguncang Arasy dan Tuhan

kabulkan

3

Suara hujan ialah imajinasi yang bangkit melalui

majas yang kau rangkai dalam sajak merinai cinta

Apakah metrum yang kau susun menjadikan lagu rindu

tanpa henti tanpa jeda? Lalu ruh perjuangan mampukah

kau wujudkan?

Iluminasi: “Jalal al-Din Rumi, Founder of the Order of the Whirling Cerviches, Showing His Love for His Young Disciple Hussam al-Din Chelebi” c. 1594 Extract from “Tardjomev-i-Thevakib”, by the Mawlewiyya Dervich Aflaki Baghdad The Pierpoint Morgan Library, New York