Shoftim

(II) Pembahasan

(1) Kegiatan Penting Untuk Menguji Gagasan-Gagasan Fundamental Dalam Perjanjian Lama (Hebrew Bible) Nasrani Berbahasa Asing Sebagai Terjemahan Dengan Kitab Mesorah Yahudi Bahasa Ibrani Sebagai Bahasa Asalnya

Di dalam bahasa Arab terdapat kata Ibraniy yang bersinonim dengan kata Ibriy. Kata Arab Ibraniy itulah yang kemudian akan membentuk kata pada bahasa Indonesia (via Melayu) Ibrani. Di dalam bahasa Inggris kata Ibrani dalam bahasa Indonesia akan disebut dengan kata Hebrew yang bersinonim dengan kata Ebrew masih memiliki makna yang sama sebagaimana di dalam bahasa Indonesia. Jalur penyerapan kata Hebrew dalam bahasa Inggris tersebut berasal dari trasmisi bahasa Inggris pertengahan Ebreu dari bahasa Perancis lama Ebreu dari bahasa Latin Hebraeus atau Hebraicus dari bahasa Yunani Hebraios dari bahasa Aram Ibray dari bahasa Ibrani Ever. Meski ada sedikit perbedaan di dalam urutan derajat silsilahnya antara Mesorah Yahudi dan Tarikh Islam, Ever yang termaktub di dalam Mesorah Yahudi di dalam khazanah kebudayaan Arab dianggap sama dengan sosok Hud yang juga terabadikan di dalam Al-Quran.

Di dalam Mesorah Yahudi, Ever memiliki dua putra, yakni Peleg dan Yoktan. Dari garis silsilah Peleg ini kemudian hari akan lahir Abraham yang semula mendiami kawasan Irak (Mesoptamia). Di dalam khazanah kebudayaan Arab, Yoktan yang terdapat di dalam Masoret juga dianggap sama dengan sosok Qohthan yang mendiami kawasan Yaman yang akan melahirkan garis silsilah Arab Baidah (suku-suku Arab yang dianggap musnah [sebenarnya masih kontinue menjadi Arab Aribah]) dan Arab Aribah (Arab Sejati). Sementara Bani Adnan yang berasal dari garis silsilah Ismail yang berasal dari garis silsilah Ibrahim yang kemudian hijrah dari kawasan Irak ke kawasan Syam, yang berasal dari garis silsilah Peleg (Arab: Qosim), yang kemudian pada gilirannya dianggap menjadi representasi Ibraniy (orang Mesir menyebutnya Habiru) akan disebut dengan istilah Arab Mustaribah, yang artinya Arab yang terarabkan. Maksudnya asal-asulnya bukan dari golongan Arab (Arab Aribah), atau dengan kata lain bukan dari golongan Qohthan (melainkan Qosim) namun kemudian terasimilasikan ke dalam tubuh masyarakat Arab Aribah melalui pertalian pernikahan dengan suku Jurhum (Bani Qohtan) di kawasan Hijaz (di kawasan Makah) sehingga menjadilah Arab, yang karena asal-usulnya dari nasab campuran maka biasa disebut dengan istilah Arab Mustaribah.

Sementara itu keturunan Ibrahim dari Ishak, terutama dari garis silsilah Yakub (nama lainnya Israel), dan kemudian terutama dari garis silsilah Yahuda dapat terus menerus mengkonservasi garis silsilahnya sebagai pelanjut dan representasi dari tradisi Ibrani (keturunan Ever [Ibrani], atau Abir [Arab]). Sehingga, pada gilirannya Ibrani akan menjadi lebih identik dengan Bani Israel dan atau secara lebih khusus dengan Bani Yahuda (akar kata dan identitas Yahudi). Bani Yahuda ini yang kemudian akan menjadi perekat identitas yang lebih bersifat kohesi dengan mencercap suku-suku Bani Israel lainnya dalam batasan tertentu sehingga pada tahapan kemudian Bani Israel akan lebih identik secara praktis dan faktual dengan Yahudi (Bani Yahuda dan suku-suku Bani Israel lainnya yang terfusikan ke dalam identitasnya). Dalam bahasa Ibrani inilah Mesorah Yahudi kemudian dicatatkan meskipun terdapat beberapa kitab dari periode akhir yang telah dipengaruhi bahasa Aram yang lebih intensif (misalnya kitab Daniyel dan kitab Ezra-Nehemiya). Oleh masyarakat Yahudi sebagai representasi Bani Israel sebagai representasi Bani Ishak sebagai representasi Bani Ibrahim sebagai representasi Bani Ever (Latin: Eber), maka bahasa yang terus diabadikan dari masa lalu dalam keseharian dan peribadatan mereka itu biasa disebut dengan Ivrit (bahasa orang Ever dalam sebutan dari mereka sendiri).

Sebagaimana diketahui, bahwa induk dari Perjanjian Lama, atau Old Testament, atau Hebrew Bible, atau Septuaginta adalah kitab Mesoreh, atau Miqra, atau Tanak, meskipun nanti akan terpisah dalam beberapa khilafiah dalam sudut pandang karena hadirnya otoritas kitab Apokripa dan New Testament, atau Kitab Perjanjian Baru, atau Gospel, atau Injil (Yunani: Euangelion, Latin: Evangelium) milik Nasrani dan sebaliknya untuk umat Yahudi juga memiliki tambahan kitab-kitab dalam sistem pergurunan (Yeshiva) dan pengajaran (Rabinik) Yahudi (seperti Targum, Midras, Misnah, Tosefta, Talmud, Halakah, Kabalah, dan seterusnya). Kitab Mesorah, atau Miqra, atau Tanak milik umat Yahudi ini, khusus untuk bagian kitab Torah Yahudi-nya saja maka juga akan bersifat sejajar dengan Torah milik komunitas Samaria (Yahudi Samaria) yang mana selebihnya tidak sama (komunitas Samaria haya memiliki kitab tambahan mengenai Yehosyua/Yosyua namun bukan bagian dari kanon yang pada komunitas Yahudi menjadi Sefer Yehosyua (Kitab Yosua) masuk pada bagian Neviim (Kitab Nabi-Nabi) yang diletakkan sebelum Sefer Syofatim [Kitab Hakim-Hakim]).

Umum diketahui bahwa Mesorah, atau Miqra, atau Tanak (terdapat juga terjemahan klasik dalam bahasa Aram dan Arab yang juga memiliki otoritas dalam komunitas Yahudi) kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Dari sumber bahasa Yunani dan dari bahasa Latin ini kemudian Mesorah, atau Miqra, atau Tanak secara bertahap akan diterjemahkan ke dalam seluruh bahasa-bahasa di dunia termasuk ke dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, karena kedudukan bahasa Inggris modern ini menjadi standar bahasa ilmiah dan pergaulan internasional, maka Mesorah, Miqra, atau Tanak telah menjadi umum untuk bisa dinikmati di dalam bahasa Inggris (menjadi umumnya rujukan modern ini).

Di luar hal-hal baik yang membuat seluruh bangsa-bangsa di dunia menjadi lebih mudah untuk memahami nilai dan gagasan yang terkandung di dalam Mesorah, Miqra, atau Tanak, terdapat juga problem-problem dimana dikarenakan adanya proses penerjemahan tersebut; nilai dan gagasan yang terkandung dalam citarasa konseptual bahasa Ibrani mengalami sedikit-banyak proses reduksi, distorsi, atau bahkan deviasi. Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan bahasa tersebut bukanlah persoalan-persoalan yang terlalu besar seandainya secara akademik dan objektif dalam kasus-kasus kebahasaan dan konseptual yang mendasar dan fundamental, sebisa mungkin untuk terlebih dahulu bisa kembali mengeceknya ke dalam bahasa induk dan asalnya yakni bahasa Ibrani (Ivrit).

Ketika konsep-konsep dasar atau peristilahan-peristilahan telah ditempatkan dari bahasa asing terjemahan Nasrani ke dalam bahasa Ibrani Yahudi (ibarat menyusuri aliran sungai ke bagian hulu yang semakin jernih), maka korelasi dan koherensi dengan konsep-konsep dasar atau peristilahan-peristilahan bahasa Arab dari Islam tampak menjadi terlihat dekat dan memiliki kesamaan yang mencolok dalam keserumpunannya (warisan tradisi bahasa Ibraniy dan Qohthan [Jurhum]). Banyak kesamaan-kesamaan bahasa yang persis sama misalnya saja Hajj (Arab) dengan Hagh (Ibrani), Toharoh (Arab) dengan Tohorot (Ibrani), Qurban (Arab) dengan Qorbanot (Ibrani), Malik (Arab) dengan Melekh (Ibrani) dan seterusnya.

Namun demikian, tidak semuanya benar-benar sama namun terdapat kesepadanan konseptual yang bisa dipahami. Misalnya, dalam bahasa Ibrani terdapat Kohen, tapi di dalam bahasa Arab meskipun terdapat kata Kahin yang serumpun tidak digunakan untuk menerjemahkannya karena secara konseptual berkembang menjadi berbeda (dalam bahasa Arab Kahin cenderung identik dengan praktik sihir dan kelenik). Maka Kohen (Ibrani) padanannya adalah Imam (Arab) dan seterusnya. Termasuk kemungkinan besar kata Syofet (Ibrani) yang tidak diterjemahkan menjadi kata Ash-Shof, atau Syofatim dengan kata Ash-Shoffat dalam bahasa Arab; melainkan dengan kata Qadi dan Qudat pada masyarakat Arab dan Hakim atau Hakim-Hakim dalam bahasa Indonesia via Melayu yang masih berakar pada bahasa Arab.

(2) Menetapkan Rujukan Konsepsi Syofet (Hakim) dan Melekh (Raja) Melalui Kitab Hakim-Hakim (Sefer Syofatim) dan Kitab Raja-Raja (Sefer Melakhim)

Dalam uraian terdahulu kita sudah mengetahui bahwa Sefer Syofatim dan Sefer Melakhim merupakan bagian dari kitab besar Mesorah, atau Miqra, atau Tanak Yahudi. Lebih tepatnya, keduanya terletak pada bagian kitab Neviim (Nabi-Nabi), atau lebih tepatnya lagi dalam bagian kecil Neviim Risyonim (Nabi-Nabi Awal) dengan urutan sebagai berikut: Sefer Yehosyua (Kitab Yosua), Sefer Syofetim (Kitab Hakim-Hakim), Sefer Syemuel (Kitab Syamuel), dan Sefer Melakhim (Kitab Raja-Raja).

Sementara pada susunan Protestan (Inggris), menempatkan The Books of Judges (Sefer Syofetim) dan The Books of Kings (Sefer Melakhim) pada bagian Historical Books (Kitab-Kitab Sejarah) dengan urutan sebagai berikut: The Book of Joshua (Sefer Yehosyua), The Book of Judges (Sefer Syofatim), The Book of Ruth (Sefer Ruth), The Book of 1 Samuel (Sefer Syamuel), The Book of 2 Samuel (Sefer Syamuel), The Book of 1 Kings (Sefer Melakhim), The Book of 2 Kings (Sefer Melakhim), The Book of 1 Chronicle (Sefer Dibhrey Hayammim), The Book of 2 Chronicle (Sefer Dibhrei Hayammim), The Book of Ezra (Sefer Ezra-Nehemia), The Book of Nehemia (Sefer Ezra-Nehemia), dan The Book of Esther (Sefer Ester).

Sementara pada susunan pada Katolik (Latin), menempatkan The Books of Judges (Sefer Syofetim) dan The Books of Kings (Sefer Melakhim) pada bagian Historical Books (Kitab-Kitab Sejarah) dengan urutan sebagai berikut: The Book of Joshua (Sefer Yehosyua), The Book of Judges (Sefer Syofatim), The Book of Ruth (Sefer Ruth), The Book of 1 Kings (Sefer Syemuel), The Book of 2 Kings (Sefer Syemuel), The Book of 3 Kings (Sefer Melakhim), The Book of 4 Kings (Sefer Melakim), The Book of 1 Paralipomenon/Chronicle (Sefer Dibhrey Hayamim), The Book of 2 Paralipomenon/Chronicle (Sefer Dibhrey Hayamimm), The Book of 1 Edras/Ezra (Sefer Ezra-Nehemia), The Book of 2 Edras/Ezra (Sefer Ezra-Nehemia), The Book of Tobith (Apokrifa), The Boof of Judith (Apokrifa), The Book of Esther (Sefer Esther), The Book of 1 Maccabees (Apokrifa), dan The Book of 2 Maccabees (Apokrifa).

Sementara pada susunan pada
Ortodok Timur (Yunani), menempatkan The Books of Judges (Sefer Syofetim) dan The Books of Kings (Sefer Melakhim) pada bagian Historical Books (Kitab-Kitab Sejarah) dengan urutan sebagai berikut: The Book of Joshua (Sefer Yehosyua), The Book of Judges (Sefer Syofatim), The Book of Ruth (Syefer Ruth), The Book of 1 Kings (Sefer Syamuel), The Book of 2 Kings (Sefer Syamuel), The Book of 3 Kings (Sefer Melakhim), The Book of 4 Kings (Sefer Melakhim), The Book of 1 Paralipomenon/Chronicle (Sefer Dibhrey Hayammim), The Book of 2 Paralipomenon/Chronicle (Sefer Dibhrey Hayammim), The Book of 1 Edras/Ezra (Sefer Ezra-Nehemia), The Book of 2 Edras/Ezra (Sefer Ezra-Nehemia), Tobith (Apokripa), The Book of Judith (Apokripa), The Book of Esther (Sefer Esther), The Book of 1 Maccabees (Apokripa), The Book of 2 Maccabees (Apokripa), The Book of 3 Maccabees (Apokripa), dan The Book of 4 Maccabees (Apokripa).

Di sini terlihat apabila Old Testament atau Hebrew Bible Protestan sama persis dengan Mesorah Yahudi hanya saja berbeda dalam susunan. Sementara Katolik dan Ortodok memiliki susunan yang kurang-lebih sama. Bagian Mesorah Yahudi dan atau Old Testament Protestan oleh Katolik dan Ortodok sepenuhnya diterima mutlak hanya saja susunannya sedikit berbeda dan selain itu dengan penambahan kitab-kitab Apokripa. Meskipun ada alur kontinuitas yang harus dibaca karena terhubung sejak dari bagian Torah atau The Five Books of The Torah (Pentateukh) hingga bagian Neviim khususnya Neviim Risyonim atau The Historical Books, namun demikian kita akan batasi analisa data pada bagian Sefer Syofetim dan Sefer Melakhim saja. Pada Protestan dengan demikian berkaitan dengan The Book of Judges (Sefer Syofetim) dan The Book of 1 Kings (Syefer Melakhim) dan The Book of 2 Kings (Sefer Melakhim). Pada Katolik dan Ortodok berkaitan dengan The Book of 3 Kings (Sefer Melakhim) dan The Book of 4 Kings (Sefer Melakhim).

Dalam proses selanjutnya, tidak akan menggunakan banyak pengutipan data dokumentasi karena keterbatasan (kecuali pada konsep-konsep basis yang akan dikemukakan), maka yang akan dipergunakan adalah pengajuan gagasan penalaran yang bersifat kritis untuk melihat adanya alur koherensi antara gagasan Syofet (Hakim) dan Melekh antara khazanah umat Islam, Yahudi, dan Nasrani dalam melihat model kepemimpinan dan struktur organisasi kepemimpinan yang didasarkan pada nash kitab suci yang juga sebenarnya bersifat kohern.


ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".