Di dalam bahasa Inggris terdapat kata Scythians, Scythian, Scythia, atau Scyth, yang merujuk pada tempat, budaya, bahasa, dan sekelompok suku yang pernah mendiami padang rumput di kawasan Erasia (Eropa-Asia) pada masa lalu;yakni muncul dalam wacana Sejarah di sekitar abad ke-7 SM sampai abad ke-3 SM.

Istilah Scythians (Skithians), Scythian (Skithian), Scythia (Skithia), atau Scyth (Skith) di dalam bahasa Inggris tersebut diambil dari bahasa Latin Scythia (Skithia). Sementara istilah bahasa Latin Scythia (Skithia) diambil dari bahasa Yunani Kuno Skuthes (singular) atau Skuthian (plural) yang bermakna sama seperti yang sampai ke dalam bahasa Inggris modern ini.

Selain terdapat istilah Skuthes atau Skuthian, terdapat istilah lainnya yang bisa dikatakan kurang-lebih sama di dalam bahasa Yunani Kuno;yakni Sakae, Skolothai, Skuda. Di dalam keterangan Herodotus (abad ke-5 M) misalnya, dia mencoba untuk membagi gagasan bahwa yang berada di wilayah Barat Erasia (Eropa-Asia) disebut Skuthian, namun yang berada di wilayah sebelah Timur Erasia disebut Sakae.

Namun demikian di antara kedua gagasan tersebut dipersatukan dengan istilah Skolothai, yang namanya berasal dari nama raja legendaris mereka (Skuthian dan Sakae);yakni Skules. Namun demikian dalam berita Yunani Kuno lainnya, nama raja legendaris Skolothai itu tidak disebut dengan istilah Skules, melainkan Skuthes;sehingga nama sukunya bukan disebut Skolothai melainkan Skuthai.

Sehingga dengan demikian istilah kita langsung dapat memahami bahwa istilah Skuthes, Skuthian, Skules, Skolothai, Skuthai merupakan variasi istilah yang berakar dari bahasa yang sama. Istilah Yunani Kuno lainnya yang agak terlihat berlainan adalah Sakae sebagaimana yang telah disebutkan lebih awal dan Skudai yang berakar dari pemaknaan sebagai para pemanah handal (dari atas kuda-kuda mereka).

Sementara di dalam bahasa Yunani Kuno disebut Skuthes, Skuthian, Skules, Skolotai, Sakae, dan Skuda yang komposisi kata depan primernya masih jelas terlihat mengandung unsur konsonan S-K;maka di dalam bahasa Persia istilah yang dirujuk dalam bahasa Yunani tersebut, disebut dengan istilah Saka. Istilah Saka dalam bahasa Persia yang terdengar mirip dengan kata Sakae dalam bahasa Yunani tersebut, terdapat dalam Prasasti Behistun yang dibuat oleh Darius (abad ke-6 SM).

Sementara di dalam bahasa Yunani ada pembedaan antara Skuthia dan Sakae, maka di dalam keterangan Persia, seluruhnya disebut dengan istilah Saka. Hanya saja, di dalam istilah Saka tersebut, terdapat klasifikasi yang lebih khusus lagi. Misalnya, Saka Para Draya (Saka Seberang Laut [Sungai]), Saka Trigda Sauda (Saka Berpelindung Kepala), Saka Hauma Varga (Saka Peminum Hauma), Saka Para Sugdam (Saka Seberang Sogdiana), dan Saka Suni (Putra Saka; mendiami Utara Asyuria).

Pada abad ke-7 SM, raja Asyiria Esarhadon menyebut mereka dengan istilah Iskuzai atau Askuzai yang jika anasir depan vokalnya dihilangkan dapat berbunyi sama sebagai Skuzai. Istilah Askuzai, Iskuzai, atau Skuzai pada abad 7 SM tersebut meminjam bahasa Akadia. Baik Asyiria maupun Babilonia pada dasarnya menggunakan bahasa yang sama yakni Akadia sebelum menghasilkan dialek yang berbeda dan kemudian berkembang seakan menjadi dua bahasa yang berbeda. Pada abad ke 7 SM, Asyiria atau disebut juga Asyiria Baru telah masuk pada tahapan perkembangan bahasa Aram Tua, hanya saja istilah Iskuzai, Askuzai, atau Skuzai tersebut merupakan istilah yang masih mengambil estafetanya dari abad sebelumnya, bahasa Akadia.

Di dalam bahasa Ibrani, kata Iskuzai, Askuzai, atau Skuzai disebut dengan disebut dengan Askuz atau Askenaz yang merujuk pada suatu kekuatan geopolitik yang menurut analisa ahli tersebar luas di wilayah Utara dari kawasan Asyiria pada masa Esarhadon pada abad ke-7 SM (Jeremiah 51:27). Kata Askuz atau Askenaz pada Perjanjian Lama mulai berubah menjadi kata Yunani Skuthes di dalam Perjanjian Baru yang ke dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai Scythians (Colossians 3:11).

Keterangan Herodotus dari Yunani abad ke-5 SM tentang Skuthai, Sakae, dan Skolothai, keterangan Darius abad ke-6 SM dari Persia tentang Saka, keterangan Yeremiah abad ke-7 SM dari Kerajaan Yehuda tentang Askenaz, keterangan Esarhadon abad ke-7 SM dari Kerajaan Asyiria tentang Iskuzai, Askuzai, atau Skuzai;menunjukkan bahwa seluruh terminologi tersebut baru muncul dalam wacana dan peta konstelasi Sejarah setelah terjadinya peristiwa Penaklukkan Kerajaan Israel Utara yang beribukota di Samaria dan Pembuangan Masyarakat Bani Israel ke kawasan Halah, Habor, Gozan (1 Chronicles 5:26);Halah, Habor, Gozan, Medes (2 Kings 17:3-6).

Proses Penaklukkan dan Pembuangan Bani Israel terjadi pada masa Raja Asyiria Tiglat Pileser III, Salmaneser V, Sargon II, dan Senakherib pada abad ke-8 SM. Di dalam berita Asyuria terdapat keterangan bahwa Me-ni-hi-imme Sa-me-ri-na-aa” (Menahem dari Samaria) akhirnya tunduk dan mulai membayar upeti. Sementara di dalam Bible dikatakan bahwa Menahem membayar upeti sebangak 1000 talen koin perak kepada Raja Asyuria, Pul (2 Kings 15:19). Pada abad ke-8 tersebut, Asyuria masih mengidentifikasi berdasarkan ibukota Kerajaan Israel Utara, yakni Samaria.

Di lokasi pembuangan di kawasan sebelah Timur dari Asyuria pada abad ke-8 SM, komunitas yang Bani Israel yang secara spekulasi teoretik mulai disebut Iskuzai, Azkuzai, Skuzai, atau Askenaz tetap bertahan dan mulai mampu memainkan peranan dan posisi tawarnya dalam konstelasi politik. Membangun aliansi longgar dengan Medes dan sekaligus Asyuria, berkonflik dengan Medes dan sekaligus Asyuria, juga sempat menguasai Medes dan kemudian terpukul kembali ke arah Utara seperti terjadi pada abad ke-7 SM pada masa Raja Asyuria Esarhadon.

Pada tahun 617 M, masih pada abad ke-7 M;ibukota Niniveh dari Kerajaan Asyuria runtuh oleh aliansi Babilonia, Medes, dan Skithia dan tidak lama berselang berakhir juga masa Sejarah Kerajaan Asyuria pada 608 M setelah ibukota dipindahkan ke Haran. Sementara itu, pada tahun 586 M (abad ke-7 SM) tidak lama berselang, Kerajaan Yahuda, atau Yehuda, atau Yudea runtuh oleh Raja Nebukadnezar dari Babilonia yang berdasarkan analisa Sejarah diperkirakan melibatkan kekuatan pasukan Skhitia.

Istilah Iskuza, Askuza, Askenaz, Skuthia, Sakae, Skolothai, Saka;di dalam literatur India Kuno, pada bahasa Prakrit dan Sanskrit disebut juga Sakya atau Saka yang tersebar luas dalam literatur Hindu, Budha, dan Jaina;dan juga bukti-bukti Epigrafi dan Filologi yang dalam bahasa Inggris diperhubungkan dengan tahap perkembangan Sejarah dengan basis komunitas Indo-Scythians (Skhuthia di India;Saka).

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".