
Pada prinsipnya Paddy [Sanskrit:Yavaka], Wheat [Sanskrit:Godhuma; Arab Qomah, Ivrit Khittah], dan Barley [Sanskrit:Yava; Arab Syi’ir, Ivrit Sye’orah] sama.
Yang membuatnya berbeda, Wheat dan Barley biasa diolah terlebih dahulu menjadi tepung. Dari tepung itulah kemudian dibuat menjadi Roti. Dan Roti itulah yang menjadi makanan pokok pada masyarakat penggunanya, misalnya saja pada masyarakat Semit dan Indo-Eropa.
Sebagaimana dengan Wheat dan Barley, Paddy juga bisa dibuat tepung dan kemudian diolah menjadi Roti. Namun demikian, pada umumnya Paddy hanya diolah menjadi Beras untuk kemudian diolah menjadi Nasi. Nasi itulah yang menjadi makanan pokok pada masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara.
Sebagaimana juga dengan Paddy, Wheat dan Barley juga bisa diolah langsung menjadi Nasi; hanya saja dilakukan sekali-kali. Demikian juga dengan Paddy, bisa diolah menjadi Roti; hanya saja dilakukan sekali-kali.
Sehingga, apa yang membuat Paddy, Wheat, dan Barley selain perbedaan kecil dalam komposisi kandungan kimiawinya; yang paling besar menentukannya adalah pola budaya pengolahan dan pola budaya makannya.
Barangkali, pola budaya pengolahan dan pola budaya makan tersebut; bisa saja memiliki detail pengaruh pada tubuh, pertumbuhan tubuh, dan atau efisiensi dan efektifitasnya dalam persoalan daya kerja dan daya serap gizinya oleh tubuh.
Hal demikian barangkali hal yang sederhana, namun demikian tentu saja menarik untuk dipelajari kemungkinan-kemungkinan implikasinya.
Red Rice Flour.
Pengolahan Tepung Beras secara tradisional, dibuat dari Beras yang telah dilakukan perendaman sekitar satu malam.
Proses perendaman tersebut dapat membuat tekstur Beras menjadi lebih mekar dan rapuh. Dari Beras yang telah direndam tersebut kemudian Tepung Beras dihasilkan.
Karena Tepung Beras tersebut masih mengandung kadar air yang masih cukup tinggi maka, Tepung Beras tersebut kemudian masih harus dilakukan usaha pengeringan agar menjadi jauh lebih kering sempurna.

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.