
Di dalam bahasa Indonesia, Indigofera galegoides DC telah memiliki nama yakni Tarum Hutan. Adanya penamaan tersebut menunjukkan adanya hubungan Sejarah yang cukup panjang dan intensif dalam kehidupan masyarakat di Indonesia meskipun jenis salah-satu Tarum dari Genus Indigofera tersebut juga merupakan tumbuhan yang telah didatangkan dari luar pada masa kolonialisme Eropa di Indonesia.
Tampaknya para ahli masih memiliki kesulitan untuk mengungkapkan dari mana asal-usul tumbuhan Tarum tersebut berasal. Namun demikian terdapat gambaran umum sebaran yang cukup luas, yakni di kawasan India Selatan, India Timur Laut, Banglades, Srilanka, Birma, Kamboja, Thailand, Laos, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Timor Timur, Philippines, Singapura, Asia Timur, Cina Tengah, sampai Cina Selatan, dan Taiwan. Dengan kata lain kawasannya membentang dari India, Cina, Indo-Cina, Semenanjung Malaysia, dan Kepulauan Indonesia.
Di dalam bahasa Inggris, terdapat dua istilah yang biasa dirujuk untuk menyebut Indigofera galegoides DC dalam bahasa pergaulan umum; yakni Narrowleaf Indigo yang dapat diartikan Tarum Berdaun Kecil. Namun demikian aspek penamaan tersebut tidak mengungkapkan banyak soal asal-usunya karena hampir semua jenis dari marga Indigofera memang berdaun kecil. Selain disebut Tarum Hutan dalam bahasa Melayu atau Indonesia, Tarum Daun Kecil dalam bahasa Inggris, terdapat istilah lain dalam bahasa Inggris yakni Veliveriy yang diambil dari bahasa Sinhala di Srilanka Weliweriya.
Dengan diambilnya Weliweriya yang merupakan nama daerah (vernacular names) dari bahasa Sinhala di Srilanka, dapat menunjukkan dugaan sementara jika jenis tumbuhan Indigofera galegoides DC telah lebih dahulu dikenali di kawasan India Selatan dan Srilanka sebagai bagian dari kekayaan alamnya. Sebelum menemukan data yang lebih kuat dan mendasar lainnya, berdasarkan aspek lokasi maka Indigofera galegoides DC yang biasa disebut Tarum Hutan dalam bahasa Indonesia dan Narrowleaf dan Velivery dalam bahasa Inggris atau Weliweriya dalam bahasa Sinhala; maka sebutan Tarum Sinhala atau Tarum Srilanka agar dapat menunjukkan skup dan aspek pengenalan regional yang lebih luas dapat dilakukan pada kesempatan tulisan ini. (Gambar: Encyclopedia of Life Taiwan EOL Online)
***
Sebagai catatan akhir sesungguhnya masih ada setidaknya dua jenis Tarum lainnya dalam inventarisasi penulis, atau barangkali lebih sedikit namun demikian peranannya dalam Sejarah kurang begitu besar. Suatu hari barangkali bisa disambung dalam kesempatan yang berbeda. Satu hal yang ingin diinformasikan bahwa aneka jenis Tarum tersebut memang bisa dikatakan hanya sedikit khazanah kekayaannya di seluruh dunia, sehingga sebelum memasuki masa pewarnaan biru sintetik; pewarna alam biru memang sangat penting dan strategis dalam kebudayaan manusia dan juga Sejarah perdagangan dan nilai Ekonomi yang mewarnainya.

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.