
Pada tulisan topik silsilah sebelumnya selain tulisan pembuka dan satu buah figur yang ditulis yakni Muhamad Arya Raspati. Sekarang kita akan mencoba sedikit presentasi outline sederhana bahwa manusia yang berkehidupan saat ini adalah manusia yang berasal dari keturunan manusia yang sebelumnya. Dan terkadang dengan hadirnya catatan silsilah yang baik, apa yang dianggap sangat jauh dan di awung-awung itu sebenarnya masih sangat dekat sekali.
Seperti yang disarankan dalam komentar Prof. Ahmad Mansur Suryanegara, bahwa bukan soal namanya, tanggal dan bulan kelahirannya, atau anak siapa dan anak siapanya; tapi apa peranan yang pernah diberikan dalam kehidupan bermasyarakat dan syiar agama yang telah dilakukannya. Insyaallah Pekerjaan Rumah tersebut akan dikerjakan secara bertahap kedepannya.
Kita akan mengambil studi kasus betapa masih dekatnya hubungan Muhamad Arya Raspati dengan Eyang Dalem Muhamad Zaenal Arif Kampung Mahmud dan Syeh Abdul Muhyi Pamijahan. Dalam hal ini sengaja untuk memudahkan contoh studi kasus tidak diambil secara disiplin dan baku berdasadkan garis linear nasab laki-laki saja.
Muhamad Arya Raspati putra Muhamad Zaenal Arif putra Heryawan putra Mak Idah putra Mama Katobi putra Mama Hasan As’ari putra Siti Habsah putra Eyang Agung Muhamad Zaenal Arif Kampung Mahmud putra Eyang Dalem Asmadin putra Eyang Dalem Somadin putra Mbah Dalem Bojong putra Syeh Abdul Muhyi Pamijahan.
Jumlah total rantai nasab dari Muhamad Arya Raspati kepada Eyang Agung Muhamad Zaenal Arif Kampung Mahmud adalah berjumlah 8 tingkat. Sementara jika Muhamad Arya Raspati dipertalikan denga Syeh Abdul Muhyi Pamijahan adalah berjumlah 12 tingkat saja.
Muhamad Arya Raspati masih bersentuhan masa hidupnya dengan kakeknya Heryawan. Dan semasa muda Heryawan masih bersentuhan hingga kakeknya Mama Kartobi. Dari perbincangan dengan kakeknya Mama Kartobi memori kolektif keluarga masih sampai generasi di atasnya dari Mama Kartobi itu sendiri, yakni Mama Hasan As’ari, Siti Habsah, bahkan cerita soal pangkal silsilah terdekat yang menjadi induk kebanggaannya yakni Eyang Agung Muhamad Zaenal Arif Kampung Mahmud. Jadi tuturan hingga Eyang Agung Muhamad Zaenal Arif adalah sangat memiliki dasar yang kuat.
Ditambah melalui KH Asep Muharam yang merupakan ulama di Cibaduyut, yang merupakan kakak dari Mama Kartobi, terwariskan buku silsilah keluarga yang ditulis dalam Aksara Jawi (Arab Pegon) dengan Bahasa Cirebon (Jawa Cirebon); maka memori kolektif keluarga dapat merentang ke masa lalu yang lebih jauh lagi. Soal validitas data tentu masih bisa diuji dengan beberapa cara untuk menghilangkan adanya kekeliruan dan seperti halnya pada catatan tradisional, sebuah keniscayaan untuk menapis fakta dari praduga, meraih api dan bara dari kabut dan asap yang menutupi perapian yang sesungguhnya.

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.
Assalamu alaikum ..salam silaturahmi. …maaf idzin bertanya y,sblmnya perkenal kan saya azi miftah dari pangandaran .
Pertanyaannya Tentang Siapakah mama kartobi itu ?
Dan siapa saja anak dari mama kartobi dan ada berapa anaknya?
Hanya itu yg membuat saya penasaran dengan nama kartobi…
bisa hubungi penulis via fb atau ig atas nama Gelar Taufiq Kusumawardhana. Hatur nuhun.