Filsafat

Dalam bahasa Inggris, ilmu disebut science atau scientific knowledge. Dengan menggunakan kaidah bahasa Indonesia arti scientific knowledge adalah pengetahuan ilmiah, bukan ilmu pengetahuan. Karena knowledge artinya pengetahuan, sementara akarnya know artinya tahu. Arti knowledge atau pengetahuan itu bersifat generik, sementara scientific knowledge atau science lebih spesifik.

Karena tidak semua jenis pengetahuan manusia menggunakan prosedur yang dalam dunia ilmiah disebut objektif, metodis, sistemik, dan universal; maka disebutlah pengetahuan yang khusus merujuk pada kaidah demikian sebagai science atau scientific knowlede; ilmu atau pengetahuan ilmiah.

Sebenarnya ilmu tidak bebas nilai dia merujuk pada konseptor yang telah membuatkannya grand design atau blue printnya, yakni filsafat. Filsafat yang dalam peranannya memberikan panduan kerja keilmuan disebut dengan filsafat ilmu. Sehingga tersebutlah filsafat ilmu ekonomi, filsafat ilmu politik, filsafat ilmu tata negara, filsafat psikologi, filsafat bahasa, filsafat sosiologi dan seterusnya. Bahkan tidak semata-mata hanya berkaitan dengan kelahiran dari rumpun ilmu-ilmu sosial (social science atau sosial studies) saja, melainkan juga dengan ilmu-ilmu yang dimasukkan ke dalam rumpun ilmu-ilmu alam (natural sciences).

Dasar kelahiran dari ilmu adalah pengakuan manusia atas keberadaan dunia atau alam atau benda atau realitas atau kenyataan yang dalam bahasa fisafat disebut aspek material. Aspek material ini bersifat empirik, artinya mampu direspon atau disikapi atau dialami melalui segenap pengalaman panca indra manusia.

Persentuhan manusia dengan alam ini yang kemudian melahirkan pengetahuan melalui dasar-dasar pengalaman melalui mata, melalui pendengaran, melalui penciuman, melalui persentuhan kulit, dan melalui pencercapan lidah. Manusia kemudian mengembangkan lebih jauh alat-alat bantu pengukuran untuk meningkatkan daya jelajah pengalaman dan penentuan ukuran-ukurannya, maka bergeraklah pendekatan empirisme menjadi pendekatan positifisme (empirisme yang lebih terukur).

Persentuhan dengan benda-benda membentuk konsep-konsep. Konsep-konsep itu yang menjadi pengetahuan manusia. Dia bersifat generik (umum) dan abstrak (patokan umum). Konsep-konsep bukan lagi bicara gelas A, gelas B, gelas C; tapi gelas. Dengan mengetahui ini gelas maka kita tahu ini bukan piring. Maka tahu adalah kondisi dimana apa yang ada dalam gagasan kita bersesuaian dengan benda yang kita anggapkan tersebut.

Pengetahuan datang dari proses memverifikasi gagasan dan objek yang bersifat aposteriori (melalui pengecekan). Melalui gagasan-gagasan yang telah teruji pengetahuan-pengetahuan yang bersifat apriori (kepastian nalar) dimiliki manusia. Melalui pengetahuan apriori manusia mampu mendeduksi gagasan-gagasan ilmiah selanjutnya. Melalui pengetahuan aposteriori manusia menemukan hal-hal yang bersifat baru.

Dalam beberapa hal manusia terkadang tidak menyepakati topik-topik tertentu, prinsip-prinsip yang mengental dalam fondasi filsafat manusia membentuk suatu falsafah tersendiri. Falsafah-falsafah berkembang menjadi ideologi-ideologi tertentu.

Dalam soal politik dan dalam soal ekonomi, Liberalisme-Kapitalisme dan Sosialisme-Komunisme misalnya memberikan penekanan wacana yang berbeda. Maka lahirlah Ilmu Politik dan Ilmu Ekonomi bercitarasa Smithisme dan Marxisme. Orang yang masih menginduk pada pola argumentasi Adam Smith namun memodifikasinya jadilah Smithian. Orang yang merujuk pada metoda Karl Marx tapi tidak sepakat dengan pola dasar mainstrim Komunisme maka lahirlah Marxian.

Marxisme adalah anti tesis terhadap Smithisme. Revolusi Bolshevik adalah anti tesis terhadap Revolusi Perancis. Liberalisme-Kapitalisme dan Sosialisme-Komunisme adalah lahir bersama-sama bergandengan tangan dalam meletupkan Revolusi Perancis. Menumbangkan musuh bersama, yakni Borjuisme-Aristoratik yang disokong Agamawan-Teolog yang dianggap menyengsarakan kehidupan rakyat Eropa.

Ketika Borjuis-Aristokrasi runtuh, maka Liberalisme-Kapitalisme berkuasa. Masalah hanya berpindah dari satu tangan menuju tangan yang lainnya, maka kawan lama mendorong revolusi baru Sosialisme-Komunisme melalui agen-agen perubahan bukan dari kasta Kapitalis tapi kasta Proletar. Kelas-kelas penindasan harus dihapuskan. Akar-akar filosofis yang sama yang membuat baik kelompok Liberalisme-Kapitalisme (sayap kanan) maupun Sosialisme-Komunisme (sayap kiri) merujuk pada topik-topik yang sama: kebebasan, kemerdekaan, kesederajatan, persaudaraan, kemanusiaan, demokrasi, republik. Apa yang membuat berbeda adalah pada variannya.

Kembali kepada ilmu, bahwa ketika kita mempelajari sistematika ilmu; katakanlah politik atau katakanlah ekonomi sesungguhnya tidak benar-benar bebas nilai. Karena ilmu merujuk pada ideologi dan filsafat yang melandasi kerangka dasarnya. Dan dasar dari kedua landasan tersebut sama Positifisme, Empirisme dan Materialisme. Suatu pengakuan secara Ontologi, Epistemologi, Auxiologi terhadap hal-hal yang bersifat kenyataan alam. Suatu kontradiksi dari asas filsafat Idealisme (Idea-isme) yang cenderung mengakui basis yang bersifat kenyataan-kenyataan yang bersifat gagasan, konseptual, ruhani, kejiwaan, spiritualitas; gelora spiritualitas tidak melulu identik bersifat otomatis berarti mengakui eksistensi ketuhanan dan keagamaan. Spiritualitas bisa mengambil bentuknya dalam spiritualitas ateistik atau psedo teistik.

Islam tidak membantah pengakuan terhadap asas-asas kebendaan dan asas-asas keruhanian. Hanya saja kedudukan Islam cukup rumit karena dia juga selain mewujud sebagai dasar-dasar keagamaan, juga dia menjadi basis yang tidak bisa dipisahkan dari landasan filsafat dan ideologi. Dia berperan sebagai way of life dan system of thinking. Sebagaimana basis Ontologi, Epistemologi, dan Auxiologi dalam filsafat; Islam memiliki basis body of knowledge Aqidah, Syariah, dan Ahlak atau disebut juga Iman, Islam, dan Ihsan. Basis Ideologi dan basis nilai Islam akan menurunkan ilmu-ilmu yang memiliki prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang bersifat niscaya.

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".