al-biruni sejarah nusantara

Pada abad ke-5 Masehi, Kerajaan Tarumanagara membuat 7 buah Prasasti dalam medium bongkahan batuan beku dengan menggunakan aksara Palawa (Pallava Script) dan bahasa Sangsekerta (Sanskrit Language) yang ditorehkan secara live pada masa kekuasaan Raja Purnawarman (Purnavarman).

Sementara pada abad yang sama, Kerajaan Kutai Martadipura juga membuat 7 buah Prasasti dalam medium bongkahan batu yang sudah lebih artistik dan ditegakkan sebagaimana menhir diberdirikan (Yupa) dengan menggunakan aksara dan bahasa yang sama secara live pada masa kekuasaan Raja Aswawarman (Asvavarman).

Maka sejak saat itulah, kawasan Nusantara memasuki masa sejarah atau lebih tepatnya masa aksara.

Kemudian mari menengok kapan masa sejarah atau masa aksara di kawasan negeri Barata atau India Kuno yang seting modernnya ini meliputi sebagian wilayah Asia Tengah, Afganistan, Pakistan dan India (Hindustan) dimulai?

Data menunjukkan masa sejarah atau masa aksara di India Kuno dimulai dengan ditorehkannya 33 buah Prasasti dalam medium bongkahan batuan beku, pilar besi dan dinding batuan gua secara live pada masa kekuasaan Raja Asokawardhana (Ashokavardhana) dari Kerajaan Maurya.

Aksara yang digunakan pada masa ini adalah aksara Yunani untuk padanan bahasa Yunani, aksara Ibrani (Paleo-Hebrew Script) untuk padanan bahasa Aram dan aksara Kharosthi untuk padanan bahasa Prakerta (Prakrit Language).

Tarikh waktunya adalah pada abad ke-3 Sebelum Masehi, artinya 700-800 tahun sebelum kawasan Nusantara mengenal dan mempraktekan komunikasi tekstual sebagaimana ditemukan di Pulau Jawa dan Pulau Borneo.

Lalu kapan dan dimana bahasa Sanskrit paling tua untuk pertamakalinya muncul dalam tulisan sebelum akhirnya menyebar dan sampai ke Nusantara?

Data menunjukkan jika bahasa Sanskrit untuk pertamakalinya muncul yakni pada medium keping mata uang logam perak (dinar) yang biasa disebut sebagai Rudraman Inscription pada masa Kerajaan Saptawahana (Sata/Saptavahana) yang dibangun oleh klan Arya-Saka (Scythia) secara live oleh Raja Rudradaman I.

Pada masa kemunculan bahasa Sanskrit tertulis ini, aksara yang digunakan belumlah menggunakan aksara Palawa, melainkan aksara Brahmi.

Kemudian bagaimana dengan kemunculan aksara Palawa itu sendiri dimulai?

Para ahli menduga jika transisi menuju penggunaan aksara Palawa dimulai pada abad ke-3 Masehi. Namun demikian, penggalian data masih perlu dilakukan lebih teliti, dikarenakan prasasti-prasasti yang menggunakan aksara Palawa secara masif digunakan pada masa kekuasaan Kerajaan Palawa (Pallava Dynasty) dan Kerajaan Kamarupa (Varman Dynasty), demikian juga sepaket dengan bahasa Sansekertanya.

Hanya saja, secara kronologi waktu justru berada dibawah tarikh waktu dari inskripsi-inskripsi yang dipergunakan di Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Kutai Martadipura itu sendiri. Lokasi Kerajaan Palawa berada di India Selatan, sementara lokasi Kerajaan Kamarupa berada di kawasan Asam (Indo-China India) hingga Teluk Benggala (Banglades).

Siapa orang yang pertamakali mampu membaca bahasa Sanskrit dalam prasasti-prasasti? Dan orang ahli dari mana? Atau melalui bahasa apa ilmuan itu mulai bisa bergerak dan meraba-raba bahasa dan aksaranya?

Pertanyaan itu untuk sementara waktu belum menemukan jawabannya. Pengembaraan seperti biasanya membawa pada pengamatan-pengamatan lainnya yang menarik sebelum pada akhirnya harus membawa kembali pada lintasan.

***
Bahwa dunia ilmiah menyepakati, tersebutlah nama besar Albiruni atau lengkapnya Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni (973-1048 Masehi) dari kawasan Khawarizmi yang paling berhak dinisbatkan sebagai tokoh pertama dalam pengkajian Indology (Studi Keindiaan).

Karya monumental yang dijadikan rujukan awal para pengkaji kemudian adalah Kitab Tarikh Al-Hind (Buku Sejarah India), bisa dikatakan di atas pundak keilmuannya-lah para pakar Indologi kemudian berpijak.

Diriwayatkan jika Al-Biruni telah mengunjungi India, kemudian mempelajari segala aspeknya. Dia juga telah membaca naskah-naskah Bagavad Gita, Upanisad, Patanjali, Purana, hingga keempat Kitab Suci Veda.

Dia juga telah membandingkannya dengan catatan-catatan pakar sebelumnya dalam bahasa Yunani dan juga bahasa Persia. Dalam hal ini, menjadi suatu hujjah dan ketenangan yang mengabsahkan jika Muslim memiliki model dan referensi dalam lapangan pengkajian Orientalism secara umum dan Indologi secara khusus; bahkan demikian, justru merupakan Pendiri Keilmuannya itu sendiri sebelum kemudian estafeta berpindah ke dunia Barat (Judeo-Christendom).

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".