![Eksperimental Ekonomi](https://i0.wp.com/varmaninstitute.com/wp-content/uploads/2020/05/Penetrasi-Ekonomi-e1590738066496.jpg?fit=600%2C401&ssl=1)
Meraih supremasi dalam bidang Politik atau Kekuasaan bagi suatu bangsa adalah suatu keniscayaan. Tapi Kedaulatan Politik adalah buah dimana dia tumbuh di atas landasan-landasan yang lebih mendasar yang menjadikannya prasyarat.
House of Varman (H.o.V.) memilih untuk tidak berkecimpung secara praktik dan taktis dalam ranah tersebut. Namun demikian secara filsafat, ideologis, teoretik, dan prinsip-prinsip dasar akan bersikukuh mendorong ke arah geliat iklim dan vitalitas perubahan sosial dan perbaikan tersebut.
Lebih dasar dari urusan meraih Kedaulatan Politik adalah meraih Kedaulatan Ekonomi. Dalam landasan dasar demikian H.o.V. akan menaruh perhatian yang lebih fokus bukan saja secara teoretik melainkan juga secara praktik.
Berbicara kerangka dasar teori Ekonomi, akan maklum diketahui jiga Ekonomi tidak bersifat bebas nilai. Ekonomi akan mengabdi pada landasan nilai filsafat dan ideologi yang berada dibelakangnya sebagai sudut pandang dan vitalitasnya yang menggerakkan.
Di dunia secara umum hanya dua landasan Ekonomi besar yang mewarnai dunia dan semua mengabdi dan bekerja keras kedalam dua kutub polarisasinya. Pertama, landasan Ekonomi berbasis Individualisme dalam bingkai filsafat dan ideologi Liberalisme. Kedua, landasan Ekonomi berbasis Sosialisme dalam bingkai dasar filsafat dan ideologi Komunisme.
Pada dasarnya keduanya landasan tersebut berbicara soal-soal Kapital, orientasi, dan pengorganisasinnya. Meskipun terlihat seperti dua kutub ekstrim yang berseberangan. Saya melihatnya hanya merupakan suatu gradasi warna dalam spektrum warna yang sama.
Dia bukan bersifat alternatif melainkan bersifat substitutif. Bahkan suatu kebiscayaan yang bersifat saling hadir dan mengadakan. Dimana gagasan dasar satu muncul maka gagasan dasar lainnya akan muncul sebagai suatu ekosistem yang bersifat simbiosis dan saling menghidupi dalam tarikan dan posisi tawar yang dialektis. Selain berbicara aspek Kapital yang mendasar, kasarnya keduanya dilandasi wacana Materialisme yang sama meskipun dalam presisi yang sepintas terlihat berlainan.
Sedikit berlainan dari keduanya justru adalah landasan filsafat dan ideologi Idealisme, dia memiliki corak yang lebih berlainan. Suatu corak yang seperti dikembangkan oleh Hegel yang kemudian di bantah oleh Marx. Landasan Idealisme mendorong pada semangat kebangsaan dan solidaritas in-grup suatu nilai-nilai kebangsaan.
Sudut pandang Materialisme sederhanany akan melilihat gagasan-gagasan Indealisme sebagai suatu hal yang Utopia atau gagasan Mimpi belaka yang tidak akan menemukan dasar-dasar operasionalnya dalam realita. Tapi siapa yang tidak melihat, gagasan Idealisme komunal itu tidak terus menerus tumbuh dan menemukan bentuknya. Uni Eropa telah tumbuh di atas dasar-dasar impian persatuan Eropa, sejak Napoleon hingga Hitler. Sejak Eropa telah berhasil terunitkan pada masa-masa yang lebih kuno sebagai semangat dan referensinya.
Terlepas dari landasan Ekonomi, landasan Filsafat dan Ideologi, sejarah juga bersifat daging dan darah. Semua gagasan tersebut mengabdi pada harga diri dan supremasi keluarga besar Eropa.
***
Sebagai jalan keluar dari polarisasi wacana Liberalisme dan Komunisme dengan anasir-anasir Idealisme komunitas, kemasyarakatan, kebangsaan, atau supra-kebangsaan sebagai tubuh yang diperebutkan kedua landasan tersebut; Ekonomi Pancasila dibuat sebagai suatu terobosan.
Sayangnya Pancasila bukanlah Filsafat dan Ideologi yang bersifat murni. Dia tidak akan memiliki nilai guna teknis dan praktisnya dalam mengoperasionalkan kerangka berpikir perekonomian. Pancasila akan berakhir sebagai Utopia Idealisme jika dimaknai sebagai Filsafat dan Ideologi. Pancasila adalah kerangka dasar perjanjian dimana berbagai filsafat dan ideologi, berbagai sistem nilai keagamaan dan kepercayaan diharapkan mampu memegang janji kebersamaan untuk saling mendukung dan menguatkan dalam pergaulan dan ruang lingkup wilayah hidup bersama sebagai keluarga.
Sepanjang Pancasila didudukkan sebagai Filsafat dan Ideologi yang bersifat Idealisme dan Utopia, selama itu juga Pancasila akan jatuh pada kekuatan kosong yang wadahnya sekedar diisi dari gaya tarik menarik atau juga hibrid Filsafat dan Ideologi berbasis Marxis dan Marxian dan juga Smithian dan Smithis sebagai aspek deduktif dan derivatif teknik operasionalnya.
Apakah ada jalan keluar alternatifnya? Bukan jalan keluar substitutif melainkan jalan keluar yang nyata sebagai alternatif diluar permainan spektrum warna yang sama?!
![](https://i0.wp.com/varmaninstitute.com/wp-content/uploads/2022/05/IMG-20220515-WA0024.jpg?resize=100%2C100&ssl=1)
Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.