(Bagian I) Melacak Garis Silsilah Dari Isteri-Isteri Para Leluhur Laki-Laki Nabi Muhammad SAW (Dalam Rangka Menjawab Secara Lebih Menyeluruh Adakah Garis Silsilah Bani Israil Dari Garis Silsilah Perempuan Leluhur Nabi Muhammad SAW)

Oleh, Gelar Taufiq Kusumawardhana/The Varman Institute

“Muhammad putra Abdullah putra Syaiba (Abdul Muthalib) putra Amar (Hasyim) putra Mughirah (Abdu Manaf) putra Zaid (Qusay) putra Muhadzab (Kilab) putra Handzalah (Murah) putra Ka’ab putra Lu’ay putra Ghalib putra Fihr (Quraisy) putra Malik putra Qais (Nadhar) putra Kinanah putra Khuzaimah putra Amir (Mudrikah) putra Ilyas putra Mudhar putra Nizar putra Maad putra Adnan [putra Udad].” (Bani Ismail)

(1) Isteri Nabi Ismail AS Dari Bani Amaliq Dan Bani Jurhum

Ada banyak sajian informasi mengenai nama isteri Nabi Ismail AS. Tapi riwayat-riwayat dalam tradisi mengatakan jika Nabi Ismail AS memiliki keturunan dari seorang isteri yang berasal dari Bani Jurhum yang merupakan bagian dari Bani Qahthan asal Yaman (Arab Aribah).

Sebagian ahli mengatakan namanya Sayidah putra Mudhadh putra Amr al Jurhumi. Sebagian lagi mengatakan namanya Ri’lah putra Mudhadh putra Amr al Jurhumi. Barangkali dengan melihat garis silsilah tersebut bisa dikatakan Sayidah dan Ri’lah adalah merujuk pada wanita yang sama, hanya saja dengan memiliki gelaran yang berbeda.

Sebelum menikah dengan Sayidah atau Ri’lah ini, Nabi Ismail AS sempat menikah dengan Amarah putra Sa’ad putra Usamah putra Ukail al Amaliq hanya saja kemudian berpisah.

Amaliq adalah anak-cucu keturunan Amaliq putra Lawidz putra Syam putra Nuh. Sementara Qahthan (Ibrani: Yoktan) adalah putra Abir/Eber (Arab: Hud) putra Syelah putra Arfakhsyad putra Syam putra Nuh. Dan Nabi Ismail AS adalah putra Ibrahim putra Azar (Ibrani: Terah) putra Nahur putra Serug putra Raghu putra Peleg putra Abir (Hud).

Dari sini dapat dilihat jika tingkat kekerabatan Bani Ismail (Arab Musta’ribah) dan Bani Qahthan (Arab Aribah) lebih dekat. Antara Bani Ismail dan Bani Qahthan adalah sama-sama anak-cucu keturunan Hud yang berasal dari peradaban Ad atau Iram.

Sementara Bani Amaliq dengan Bani Iram (Bani Ismail dan Bani Qahthan) baru bersambung pada anak-cucu keturunan Syam. Nama Syam ini yang membuat inspirasi bagi para ahli geneologi ilmiah modern menamai salah-satu klasifikasi rasial bangsa-bangsa di dunia dengan nama Semit.

Dalam keterangan Masoret (Perjanjian Lama) dikatakan jika Hajar kemudian mencarikan calon isteri untuk Nabi Ismail AS dari Mesir dimana Hajar sendiri berasal dari sana. Barangkali antara keterangan Masoret dan tradisi sejarah Arab tidak berseberangan.

Bisa jadi, penguasa Mesir pada masa ini adalah dari Bani Amaliq. Suatu basis komunitas yang tersebar dari kawasan Mesir, Semenanjung Sinai, hingga ke perbatasan dengan Kanaan (Syam).

Hanya saja, tidak terceritakan dalam tradisi sejarah Arab jika Nabi Ismail AS menurunkan anak-cucu keturunannya dari wanita Amaliq ini, melainkan berasal dari wanita Bani Jurhum. Suatu suku pengembara dari Yaman yang biasa melintasi kawasan Makah dan kemudian meminta izin kepada Hajar untuk bisa ikut menetap di sana sejak melihat adanya peluang sumber kehidupan dari sumur Zam-Zam.

Disepakati oleh Bani Ismail maupun Bani Israil jika Nabi Ismail AS melahirkan anak-anak, yakni Nebayot, Qedar, Adbil, Mibsyam, Misyma, Dumah, Masa, Hadad, Tema, Yetur, Nafis, Kadimah, dan seorang perempuan yang bernama Mahalat atau Basymat yang kemudian hari dinikahi oleh Al Aisy (Ibrani: Esau). Al Aisy merupakan saudara kembar dari Nabi Ya’kub AS putra Nabi Ishaq AS putra Nabi Ibrahim AS.

(2) Isteri Adnan Putra Udad Dari Bani Yaqsyan

Dalam tradisi Arab terdapat penguasaan sisilah pada generasi Nabi Muhammad SAW hingga terhubung kepada Nabi Ismail AS. Namun demikian, Nabi Muhammad SAW hanya menganjurkan untuk memerincinya hingga nenek-moyangnya yang bernama Adnan. Karena dalam pandangan Nabi Muhammad SAW, garis silsilah di antara Adnan hingga Nabi Ismail AS dikhawatirkan telah mengandung spekulasi yang terlalu berlebihan dan tidak berdasar yang biasa dilakukan oleh para ahli nasab tradisional.

Namun demikian tidak ada keraguam dalam sistem keyakinan mereka bahwa, jika mereka memang berasal dari anak-cucu keturunan Nabi Ismail AS. Umumnya terdat dua pendapat, bahwa Nabi Muhammad SAW berasal dari garis silsilah Nebayot dan sebagian lagi mendasarkannya pada gatis silsilah Qedar.

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa isteri dari Adnan putra Udad adalah Mahdah putra Laham. Mahdah yang disebut juga dengan nama Minhad berasal dari Bani Yaqsyan. Yaqsyan adalah salah-satu putra Nabi Ibrahim AS dengan isterinya yang bernama Katurah. Anak-anak lainnya dari Katurah selain Yaqsyan adalah Zimran, Medan, Midian, Isybak, dan Syuah.

Ada dua pendapat mengenai siapakah sosok Katurah ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa Keturah adalah isteri ketiga Nabi Ibrahim AS setelah Sarah dan Hajar. Sementara pendapat yang lain mengatakan jika Katurah tidak lain adalah masih sama dengan Hajar.

Dikatakan bahwa sepeninggal Sarah, Hajar kembali dari Makah menuju Syam dan bersatu dengan Nabi Ibrahim AS. Pada fase ini, Hajar lebih dikenal dengan nama Katurah. Pendapat seperti ini diyakini oleh sebagian rabi-rabi Yahudi, termasuk dalam keterangan Midrasy, dan juga Targum Palestina.

Bani Yaqsyan dengan demikian adalah masih dari keturunan Nabi Ibrahim AS.

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".