The Varman Institute merupakan lembaga yang dibentuk dalam rangka mewadahi harapan masyarakat Sunda agar memiliki suatu wadah dimana kajian perihal kepribadian Sunda dan Tatar Sunda tetap berpijak pada kaidah dan paradigma keilmuan. Selain tetap berpijak pada kaidah dan paradigma keilmuan, pendekatan lainnya yang penting untuk tetap dilakukan adalah menjaga ikatan yang teguh antara unsur kebudayaan dan agama dalam hal ini adalah Islam sebagai agama yang dianut oleh masyarakat Sunda pada umumnya agar tidak mengalami proses penguraian kembali akibat adanya suatu maksud dan tujuan yang tidak bijaksana. Melalui kedua pendekatan yang bersifat ilmiah dan religius tersebut, the Varman Institute dapat memberikan suatu kerangka kerja alternatif dalam upaya melakukan kajian perihal kepribadian Sunda dan Tatar Sunda tanpa mengorbankan hal-hal yang telah menjadi kaidah dan tata nilai yang prinsipil telah dipegang oleh masyarakat Sunda itu sendiri secara sukarela sejak masa silam. The Varman institute tersebut kemudian diwadahi dalam kerangka lembaga yang lebih umum yakni Department of Education, Teaching, and Training (Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Pelatihan) pada induk kelembagaan yang lebih besar dengan nama House of Varman (Rumah Warman).
Selain Department of Education, Teaching, and Training, masih terdapat dua departemen lainnya dalam kerangka kelembagaan House of Varman yakni Department of Commerce (Departemen Perdagangan), dan Department of Community Service (Departemen Pengabdian Masyarakat). Jika Department of Education, Teaching, and Training dan Department of Community Service bersifat nirlaba atau nonkomersil, maka Department of Commerce dengan sengaja dan penuh kesadaran untuk memikul tanggung jawab dan renungan dalam bidang perdagangan praktis yang bersifat laba atau komersil. Di dalam Department of Commerce telah dirancang Division of Research and Publishing, Division of Art and Culture, Division of Agriculture and Conservation, Division of Outdoor and Management Service, Division of Management Prodaction, dan Division of Information and Technology. Berdirinya Department of Commerce bukan tanpa alasan, kelemahan mendasar masyarakat Indonesia pada umumnya (dimana masyarakat Sunda berada didalamnya) adalah kelemahan pada bidang Ekonomi. Kelemahan mendasar pada bidang Ekonimi akan membawa kelemahan mendasar pada posisi tawar bidang Politik, suatu bidang yang berkaitan dengan aspek kekuasaan dan kepemimpinan.
Namun demikian, House of Varman tidak dirancang dalam pengertiannya yang bersifat politis demikian. House of Varman akan bergerak secara elegan melalui pendekatan yang bersifat kultural dan horizontal tersebut (bukan pendekatan praktis secara struktural dan vertikal), melainkan memanfaatkan saluran sosial kemasyarakatan yang menerobos dari tengah sebagai suatu hal yang dapat menjadi landasan; yakni suatu kontribusi kekaryaan melalui saluran Pendidikan, Kebudayaan, Kesenian, Keilmuan, Penelitian, dan Perdagangan yang dapat memberikan inspirasi dan pergeseran yang lembut terhadap hadirnya vitalitas peradaban yang jauh kuat dan progresif.
Kembali kepada komitmen The Varman Institute, dengan menimbang pentingnya upaya menjembatani komunikasi keilmuan dari para akademisi dan para pakar profesional terhadap adanya kebutuhan masyarakat Sunda pada umumnya dalam bidang pemajuan tapal batas cakrawala pengetahuan dan khazanah keilmuan maka penting untuk dilakukan suatu rancangan kegiatan-kegiatan yang dapat mempertemukan kedua unsur tersebut, dimana salah-satu formatnya adalah melalui suatu pendekatan jelajah-studi atau kuliah lapangan yang dapat dikemas secara ringan dan popular. Akademisi, tokoh masyarakat, jurnalis, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum yang berminat dapat melakukan perjalanan bersama tersebut ke lapangan dengan dibantu proses interpretasi atau penafsiran keilmuan oleh nara sumber yang telah dipersiapkan dan fasilitator kegiatan yang bisa diperbantukan melalui Division of Outdoor Management Service (Divisi Managemen Kegiatan Lapangan) yang didominasi anggota dari latar belakang Kegiatan Alam Terbuka dan Geografi.
Akar kegiatan belajar melalui proses kunjungan untuk melihat objek studi secara langsung telah berada dalam kebudayaan masa lalu kita dengan nama Pariwisata atau Wisata. Kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa Melayu dan terdapat juga dalam bahasa Sunda tersebut sesungguhnya berakar dari bahasa Samskerta, yakni Pravista atau Vista. Vista, Visata, yang berkembang menjadi kata Wisata artinya melihat suatu obejek secara langsung dengan mata kepala sendiri. Dalam bahasa Latin, kata Vista tersebut sebangun dengan kata Vista atau Viesta yang juga memiliki pengertian yang sama. Selain kata Viesta dalam bahasa Latin, terdapat juga kata Video yang juga sebangun dengan kata Vidya atau Veda (Weda) dengan makna yang masih sama. Suatu kesesuaian antara apa yang berada dalam benak pemahaman manusia dengan objeknya yang nyata pada kenyataan alam itulah yang kemudian menjadi salah-satu fondasi yang mendasae dari apa yang disebut dengan pengetahuan. Namun demikian jika apa yang kita pikirkan tidak sama dengan objek apa yang kita pikirkan, maka itulah yang disebut dengan suatu kekeliruan. Dengan mendapatkan pengetahuan yang benar, manusia akan mendapatkan suatu perasaan yang puas dan bahagia. Maka garis demarkasi pengetahuan setahap demi setahap harus terus dimajukan dari garis ketidaktahuan sebagai salah-satu ikhtiar manusia dalam proses mencari kebenaran. (Gelar Taufiq Kusumawardhana/The Varman Institute)
Pusat Kajian Sunda – The Varman Institute (TVI) merupakan unit unggulan yang berada di bawah Bidang Pendidikan Pengajaran dan Pelatihan (Department of Education, Teaching, and Training) dari Yayasan Buana Varman Semesta (BVS).