Habluminallah dan Habluminanas adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan, ibarat dua sisi dari keping mata uang. Tentu saja hal itu tak boleh disangkal, setiap umat beragama wajib menjaga hubungan dirinya dengan Tuhan dan sesamanya.

Lalu dimanakah Hablumin’alam, apakah Islam tidak mengaturnya?

Sosialisasi tentang hubungan manusia dengan alam (Hablumin’alam) memang jarang sekali terdengar sebagai kajian dakwah atau tema khusus sebuah pengajian, padahal prilaku manusia terhadap alam adalah bentuk dari kebaikan dan keburukan ahlak umat.

Ada banyak perintah Allah dalam Al-Qur’an agar manusia memperlakukan alam dengan sebaik-baiknya, bahkan Allah menegaskan bahwa tangan manusialah yang akan membuat kerusakan dimuka bumi ini.

Alam lingkungan itu tidak boleh dirusak, sebab mereka punya kehidupan juga sebagaimana kita manusia. Dalam Al-Qur’an dengan tegas disebutkan.

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلاَ طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu”. (QS. Al-An’am [6]: 38).

Bahkan lebih tegas lagi disebutkan,

وَلاَ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman“. (QS. Al-A’raf [7]: 85).

Begitu pula dalam al-Hadits, Rosulallah sangat menganjurkan agar umat menjaga dan melestarikan alam, jangankan merusak sejengkal tanah, membunuh seekor burung pipit pun bila tanpa hak akan mendapatkan pembalasan di akhirat kelak, hal tersebut ditegaskan oleh Rosulullah SAW dalam sabdanya:

مَا مِنْ إِنْسَانٍ يَقْتُلُ عُصْفُوراً فَمَا فَوْقَهَا بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا سَألَهُ اللهُ عز وجل عَنْهَا ، قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا حَقُّهَا ؟ قَالَ : يَذْبَحُهَا فَيَأْكُلُهَا ، وَلَا يَقْطَعُ رَأْسَهَا ويَرمِي بِهَا».

“Tak seorang pun yang membunuh seekor atau lebih burung pipit tanpa hak, kecuali Allah akan memintai pertanggung- jawabannya. Sahabat bertanya, wahai Rasulullah, apa haknya? Beliau menjawab: “Dia disembelih lalu dimakan, tidak dipotong kepalanya lalu dibuang. (HR. Nasai dan Hakim).

Dengan demikian, bila Habluminallah dan Habluminanas adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan maka Hablumin’alam adalah nilai dari keduanya karena Hablumin’alam adalah wujud prilaku manusia terhadap semesta yang ditinggalinya.

Umat yang menjaga dan merawat alam dengan sebaik-baiknya adalah umat yang pandai bersyukur atas karunia Allah, dan rasa syukur adalah salah satu bentuk dari Habluminallah. Simpulnya, mencintai alam adalah perwujudan dari mencintai Allah dan Rosulallah, begitu pula sebaliknya; barang siapa yang merusaknya maka ia tidak mampu bersyukur, mengingkari nikmat dan telah mensia-siakan ciptaan-Nya.

“Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim: 7)

Tulisan ini dibuat, sebagai wujud tafakur atas berbagai bencana alam yang menimpa di beberapa daerah di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta pada awal tahun 2020. (Cakra Widiantara; Salah-satu Dewan Pengurus di Divisi Pendidikan, Pengajaran, dan Pelatihan House of Varman dan Ketua Yayasan Balaputra Salakanagara, tinggal di Banten)

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".