“Maharajadhiraja-Sri
surendravarmmana-krtma
bhagavatah-valabhadra
svminaya-idam-guham”.
“This cave (temple) of the illustrious Lord Balabhadra has been constructed by Maharajadhiraja Sri Surendravarman.”
[Umachal Rock Inscription of Surendravarman, penyalinan dan penerjemahan oleh Mukunda Madhava Sharma]
Di sebelah Timur-Laut jantung utama wilayah Republik India (Hindi: Bharat Ganarajya) modern, terdapat delapan negara bagian (states) yang menarik untuk dipelajari; yakni: Negara Bagian Aruchanal Pradesh, Negara Bagian Assam, Negara Bagian Manipur, Negara Bagian Meghalaya, Negara Bagian Mizoram, Negara Bagian Nagaland, Negara Bagian Sikkim, dan Negara Bagian Tripura. Pada masa kuno, bisa dikatakan; seluruh kawasan Timur-Laut India tersebut biasa dinamai wilayah Assam.
Tepat pada tahun 350 M, sebagaimana dalam berita Allahabad Pillar Inscription oleh Samudragupta dari Kerajaan Gupta Rajavansa terberitakan adanya Kerajaan Kamarupa yang menjadi wilayah taklukannya (vasal) yang merupakan wilayah paling Timur dari kerajaannya. Berdasarkan sumber berita internal dari Kerajaan Kamarupa, ibukotanya pernah berada di Pragjotishpura, kemudian Haruppeswara dan juga Durjaya yang kesemuanya itu berada di dalam wilayah Negara Bagian Assam modern.
Dari pusat pemerintahannya yang pada saat ini berada di Negara Bagian Assam, Kerajaan Kamarupa mengendalikan seluruh wilayah kekuasaannya yang cukup luas. Wilayah kekuasaannya tersebut pada saat ini meliputi Negara Bagian Assam, Negara Bagian Arunachal Pradesh, Negara Bagian Manipur, Negara Bagian Meghalaya, Negara Bagian Mizoram, Negara Bagian Nagaland, Negara Bagian Sikkim, dan Negara Bagian Tripura (India).
Selain meliputi wilayah Assam Kuno, Kerajaan Kamarupa juga meliputi wilayah Negara Bagian Paschim Banga/West Bengal (India) di sebelah Barat-Daya Assam dan Negara Bagian Bihar (India) di sebelah Barat-Laut Assam. Kemudian daripada itu, Kerajaan Kamarupa juga meliputi wilayah yang pada saat ini menjadi negara modern Bhutan yang berada di antara Negara Bagian Assam (India) di Timur dan Negara Bagian Sikkim (India) di Barat.
Selain itu, termasuk pula wilayah Selatan dari Provinsi Otonom Khusus Tibet (China) yang berada di sebelah Utara Assam Kuno dan Bhutan, wilayah Utara Bangladesh/Northern Bengal yang saat ini merupakan bagian dari wilayah negara Bangladesh modern yang merupakan wilayah East Bengal/Bengala Timur yang diapit di antara Negara Bagian Bihar dan Negara Bagian West Bengal di Barat dan seluruh negara bagian Assam Kuno di Timur, dan terakhir adalah wilayah Utara dari negara modern Myanmar (semula bernama Birma; merupakan variasi fonetik dari kata Varman, Barman, Burman, Burma, dan Birma).
Selain melalui sumber Allahabad Pillar Inscription dari Samudragupta sebagai kesaksian eksternal, terdapat beberapa sumber tertulis dari pihak internal Kamarupa itu sendiri antara lain: Umachal Rock Inscription oleh Surendravarman abad ke-5 M, Nagajari-Khamikargaon Rock Inscription oleh Surendravarman abad ke-5 M, Barganga Rock Inscription oleh Bhutivarman abad ke-6 M, Dubi Copper-Plate Inscription oleh Bhaskarvarman abad ke-7 M, Nidhapur Copper-Plate Inscription oleh Bhaskarvarman abad ke-7 M, Nalanda Clay-Seal Inscription oleh Bhaskarvarman abad ke-7 M. Seluruh inskripsi ditulis dalam Bahasa Sanskrit (Sanskrit Language) dan Aksara Gupta (Gupta Script).
Adanya penulisan dengan menggunakan Aksara Gupta menunjukkan adanya pengaruh besar secara geo-politik dari Kerajaan Gupta Rajavansa yang tengah berjaya pada masa itu terhadap Kerajaan Kamarupa. Meskipun demikian, secara kultural dan kekerabatan akan kita ketahui melalui jejak akhiran (suffix) nama-namanya yang menunjukkan gelaran -varman yang memiliki kesamaan dengan Kerajaan Palawa di Selatan India.
Sebagaimana Kerajaan Kamarupa, Kerajaan Palawa juga sempat masuk ke dalam teritori Kerajaan Gupta Rajavamsa meskipun secara kelahiran Kerajaan Palawa mendahului kelahiran Kerajaan Gupta Rajavamsa. Namun demikian, dinamika geo-politik dan kemiliteran tidak berjalan konstan; sebagaimana Kerajaan Palawa yang mampu melepaskan diri kembali dari cengkeraman Kerajaan Gupta Rajavamsa, demikian juga dengan Kerajaan Kamarupa.
Raja pertama Kerajaan Kamarupa yang bernama Pushyabarman, dalam sebuah inskripsi dikatakan melalukan upacara Asvamedha Yajna yang menunjukkan suatu kelahiran supremasi politik yang merdeka dan berkuasa secara penuh atas wilayahnya. Dengan demikian, dapat dikatakan melalui Pushyavarman dominasi dan hegemoni Samudragupta mulai dapat dieliminasi.
Dafta raja yang berkuasa di Kerajaan Kamarupa beserta analisis perkiraan masa berkuasanya adalah sebagai berikut: (1) Pushyavarman (350-374 M); (2) Samudravarman (374-398 M); (3) Balavarman (398-422 M); (4) Kalayanavarman (422-446 M); (5) Ganapativarman (446-470); (6) Mahendravarman/Surendravarman (470-494 M); (7) Narayanavarman (494-518 M); (8) Bhutivarman/Mahabhutavarman (518-542 M); (9) Chandramukhavarman (542-566 M); (10) Stithavarman (566-590 M); (11) Susthitavarman (590-595 M); (12) Supratishthitavarman (595-600 M); dan (13) Bhaskaravarman (600-650 M).
Para Ahli Sejarah menamai rangkaian daftar yang berkuasa di Kerajaan Kamarupa pada periode awal ini sebagai Varman Dynasty (Keluarga Warman). Dynasty yang merupakan istilah dalam bahasa Inggris, dalam bahasa Sanskrit bersifat ekivalen dengan istilah Vansa atau bisa dibaca Vamsa yang masuk ke dalam lidah Nusantara sebagai kata Wangsa atau Bangsa, artinya kurang-lebih sama keluarga atau marga yang tengah berkuasa.
Hal yang menarik adalah, wilayah Assam Kuno merupakan wilayah dasar kebudayaan dimana rumpun pengguna bahasa Austronesia dan Tibet-Burma bertemu dengan Bahasa Sanskrit yang berada dalam rumpun keluarga Indo-Eropa. Jika pengguna rumpun bahasa Tibet-Burma dan Austronesia berada di wilayah Utara, maka turun ke Selatan terdapat pengguna bahasa dari rumpun Dravida di wilayah Bangladesh yang juga sama-sama mengalami penetrasi bahasa Sanskrit.
Dari gugus pegunungan Himalaya di sebelah Utara dari kawasan utama anak benua India, aliran sungai Ganga yang bertemu dengan sungai Yamuna mengalir ke arah Timur. Sementara melalui gugus pegunungan himalaya di sebelah Utara Assam Kuno, Bhutan, dan Nepal aliran sungai Brahmaputra mengalir setelah melalui kawasan Tibet menuju ke arah Barat.
Di kawasan Assam Kuno inilah aliran sungai besar yang disucikan dalam seluruh agama kuno di India (Dharma; Sanata Dharma/Hindu, Budha Dharma, Jaina Dharma), yakni Ganga dan Brahmaputra bertemu untuk kemudian jatuh ke Selatan ke wilayah Bangladesh modern. Di muara sungai tersebut, Teluk Bengala yang penting dalam peta konstelasi perdagangan kuno berada; menjadi bagian dari kawasan Samudra Hindia yang menghubungkan anak Benua India di sebelah Barat dan kawasan Myanmar, Indo-China, dan Nusantara di sebelah Timur. (Gelar Taufiq Kusumawardhana)
–––
# Col Ved Prakash. Encyclopaedia of North-East India, 2007.
# Nayanjot Lahiri. Pre-Ahom Assam: Studies in the Inscriptions of Assam Between the Fifth and the Thirteenth Century AD, 1991.
# Mukunda Madhava Sharma. Inscriptions of Ancient Assam, 1978.
# Chaipau. The Traditional Boundary of Kamarupa Kingdom, 2017. From NN Acharya, 1968.
Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.
Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).
“Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,
menerbangkan doa dan harapan,
atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia”.