Sejarawan yang mampu menyederhanakan kajian mengenai alur sejarah Kerajaan Palawa (Pallava Kingdom) adalah R. Gopalan dalam bukunya History of the Pallavas of Kanchi (University of Madras, 1928). Dalam bukunya tersebut Gopalan memberikan suatu pendekatan (approach) dengan cara melakukan tiga buah klasifikasi sebagai upaya dalam melakukan identifikasi yang didasarkan atas pola perkembangan bahasa yang digunakan oleh berita-berita internal Kerajaan Palawa sendiri.

Pertama Prakrit Charter, artinya inskripsi-inskripsi dimana bahasanya menggunakan Bahasa Prakrit (Aksara Brahmi). Kedua Sanskrit Charter, artinya inskripsi-inskripsi dimana bahasanya menggunakan Bahasa Sanskrit (Aksara Palawa; masih harus dipastikan). Ketiga Sanskrit-Dravidian, artinya inskripsi-inskripsi dimana bahasanya menggunakan Bahasa Sanskrit yang tidak lagi murni. Bahasa Sanskrit yang berinduk pada rumpun bahasa Indo-Eropa tersebut telah bercampur dengan bahasa Tamil yang berinduk pada rumpun bahasa Dravida. Dikarenakan hanya Bahasa Tamil saja yang digunakan dari sekian bahasa yang dipilih dari sekian deret bahasa pada rumpun bahasa Dravida, maka Sanskrit-Dravidian Charter biasa juga disebut dengan Sanskrit-Tamil Charter.

Seluruh ahli sejarah menyepakati bahwa babak pembuatan inskripsi-inskripsi yang dilakukan oleh Kerajaan Palawa dimulai pada abad ke-3 M dan diakhiri pada abad ke-10 M. Pada abad ke-3 M inilah, babak dimana Prakrit Charter dimulai. Namun demikian para ahli bersilang pendapat mengenai kapan Prakrit Charter berakhir dan kapan Sanskrit Charter dimulai. Hanya saja, ada kepastian yang lainnya yang jauh lebih kuat, bahwa babak Sanskrit-Tamil Charter dimulai pada abad ke-6 M dengan ditemukannya Inskripsi Tajur berbahasa Tamil Palawa yang dibuat oleh Simhavarman (Pallava Tamil Tahjur Inscription by Simhavarman) yang rangkaiannya diakhiri dengan adanya sebuah inskripsi yang dibuat oleh Chandraaditya pada abad ke-10 M.

Sebenarnya, Gopalan mengajukan beberapa inskripsi yang merujuk pada Prakrit Charter, seperti: Mayidavolu, Hirahadahali, Vayalur (British Museum and the Sanskrit Vayalur), Valurpalayam, Omgodu, Uruvapalli, Mangalur, Pikira Chendalur and Udayaendiram and the Tamil Kuram Inscription. Dengan tambahan Candravalli inscription dan Talagunda dari Kerajaan Kadamba.

Namun H. Heras dalam The Pallava Geneology (Bombay, 1931) lebih mengkritisi lagi garis besar yang diajukan Gopala. Heras menduga, bahwa dalam kumpulan inskripsi-inskripsi tersebut masih adanya tumpang-tindih antara yang mana yang merupakan bagian dari Prakrit Charter dan yang mana yang merupakan Sanskrit Charter. Namun demikian, setelah melalui penapisan data yang jauh lebih memadai, Heras menentukan bahwa babak Prakrit Charter berakhir pada abad ke-4 M. Dan dengan demikian pembabakan umum Kerajaan Palawa dapat berhasil diperoleh. Pertama Prakrit Charter yang dimulai pada Akhir Abad ke-3 M dan diakhiri pada Akhir Abad ke-4 M. Kedua, Sanskrit Charter yang dimulai pada Akhir Abad ke-4 M hingga Akhir Abad ke-6 M. Sementara Sanskrit-Tamil Charter dimulai dari Akhir Abad ke-6 M hingga Akhir Abad ke-10 M.
***
Prakrit Charter

Sekedar mengkoherensikan dengan ulasan sebelumnya, babak Prakrit Charter penulis merujuk pada 6 buah inskripsi tertua saja. Pertama, Machukallu Grant. Kedua, Mayidavolu Grant. Ketiga, Hirahadahalli Grant. Dan keempat, Gunapadeyam Grant (jumlah copper-plate 3 buah), sehingga jumlah keseluruhannya ada 6 buah. Melalui rekonstruksi daftar raja dari Kerajaan Palawa yang pernah berkuasa pada babak ini adalah (1) Simhavarman I, (2) Sivaskandavarman (Vijayaskandavarman), (3) Buddhavarman, (4) Buddhiankuran.

Sosok Bappa atau Bappadeva ada pula yang menempatkannya pada urutan pertama tanpa kehadiran Simhavarman. Ada yang menempatkan Bappa sebagai sosok semi legenda yang sifatnya jauh sehingga ditempatkan sebagai penciri asal-usul leluhur saja, sebagai keturunan Bappa dan sebagaimana disitir dalam prasasti dari Kuarga Bharadwaja (Bharadwajagotra). Ada yang menempatkannya sebagai posisi Brahmana yang berhubungan dengan pemberian wilayah Brahmadaya.

Sebenarnya, Bappa sendiri dalam bahasa Prakrit artinya Ayah (Sanskrit Vatara), bisa jadi dia adalah Simhavarman I itu sendiri. Dalam inskripsi Sanskrit, Simhavarman II tersabit juga sebagai penyembah Bappattakura. Hanya saja, terlepas dari diskursus perihal ketokohan Bappa daftar raja yang diajukan diatas tanpa kehadiran Bappa sekalipun sudah jauh lebih memadai karena adanya kekurangan data. Seluruh daftar raja Palawa tersebut menghabiskan waktu sejak akhir abad ke-3 M hingga abad ke-4 M.
***
Sanskrit Charter
Adapun inskripsi-inskripsi yang disitir sebagai sumber pemberitaan babak Sanskrit antara lain: Ongodu I (Dampraba) Grant oleh Sriskandavarman (Vijayaskandavarman), Ongodu II (Srivijayapalatkada) oleh Vijayavishnugopa (Vishnugopavarman II), Palatkada Grant oleh Simhavarman (Simhavarman II), Skandavaram Grant oleh Simhavarman II, Vijayadasanapuram Grant oleh Simhavarman II, Vijauabaddukharam Grant oleh Simhavarman II, Sura Grant oleh Visnugopavarman II; dan masih ada Ongole, Nedungarayam, Uruvappali, Vilavetti, Mangalore, dan Bikira.

Dari sekian banyak inskripsi dapat direkonstruksikan deret raja yang pernah menguasai Kerajaan Pallawa pada babak Sanskrit Chapter ini adalah (1) Kumaravishnu, (2) Vijayaskandavarman (Skandavarman II), (3) Vijayaviravarman I, (4) Vijayaskandavarman (Skandavarman III), (5) Vijayavishnugopa (Vishnugopavarman I), (6) Vijayasimhavarman (Simhavarman II), dan (7) Vijayavishnugopavarman (Vishnugopavarman II).

Sebagaimana yang telah diutarakan pada tulisan sebelumnya. Bahwa pada tahun 350, Samudragupta dari Gupta Rajawangsa menundukkan Vishnugopavarman II dari Palawa. Merubah kedudukan Palawa menjadi sebuah vassal bagi Gupta. Namun demikian konstelasi dan konstestasi politik bersifat temporer dan terus berubah. Vishnugopavarman II ini menjadi penanda selesainya babak Sanskrit Charter pada abad ke-4 M. Pembabakan berdasarkan aspek kebahasaan ini tidak berarti menjadikan Kerajaan Palawa terpecah dalam perbedaan kelompok penguasanya, melainkan geneologi kekuasaan tetap berlangsung secara linear. Gradasi bahasa menunjukkan jika Palawa terus melakukan pergeseran dan adaptasi terhadap lingkungan dan bangsa dimana mereka kemudian harus berbaur melakukan akulturasi secara kohesif.

Selepas masa Vishnugopavarman II, babak Sanskrit-Tamil Charter dimulai suatu masa dimana nyaris berbarengan dengan perkembangan Kutai Martadipura dan Tarumanagara di Indonesia. Kutai berdiri pada tengah abad ke-4 M dan Taruma pada tengah abad ke-5 M, sementara Palawa periode Sanskrit-Tamil pada akhir abad ke-6 M. Demi logika sejarah, Sanskrit Charter (3-4 M) tentulah menggunakan Bahasa Prakrit (Prakrit Language) dan Aksara Brahmi (Brahmi Script), Sanskrit Charter tentulah menggunakan Bahasa Sanskrit (Sanskrit Language) dan Aksara Palawa (Pallava Script), sementara Sanskrit-Tamil Charter tentulah menggunakan Bahasa Sanskrit-Tamil (Sanskrit-Tamil Language) dengan aksaranya Aksara Palawa Grantha (Pallava Grantha Script) atau biasa singkat dengan nama Aksara Grantha (Grantha Script).

Aksara Grantha lahir dari Aksara Palawa. Aksara Palawa lahir dari Aksara Brahmi Selatan. Aksara Brahmi Selatan lahir dari Aksara Brahmi. Sementara Aksara Brahmi lahir dari Aksara Aram. Jika inskripsi-inskripsi Kutai dan Taruma memang dibuat dengan menggunakan Bahasa Sanskrit dan Aksara Palawa sebagai konsekuensi dari adanya pengaruh Palawa di India Selatan maka secara kronologi masuk. Artinya Kutai dan Taruma berasal dari periode pengaruh Sanskrit Chapter yang merentang dari abad ke-4 M hingga ke-6 M. Namun demikian Kutai dan Taruma bukan dipengaruhi secara langsung oleh periode Prakrit Charter maupun Sanskrit-Tamil Charter. Kerajaan Palawa yang lebih awal berdiri, di India Selatan secara konstelasi tengah melakukan konstestasi geopolitik dengan Kerajaan Gupta Rajawangsa. Suatu hal yang masuk akal, arus migrasi bisa saja mulai dilakukan oleh sebagian keluarga penguasa Palawa; atau memang hanya dalam rangka suatu migrasi koloni-koloni perdagangan biasa. Selain menutup babak Prakrit Charter dan Sanskrit Charter, babak ini juga menutup fase Early Pallava Kingdom (Awal Kerajaan Palawa) menuju ke fase Imperial Pallava (Kekaisaran Palawa atau Kerajaan Palawa yang Mapan). (Gelar Taufiq Kusumawardhana/Varman Institute)
—-
[Sebagai catatan ada banyaknya kesimpang-siuran status Aksara Palawa dan Aksara Granta dalam kronologi dan keputusan dalam menentukan identifikasi pada inskripsi-inskripsi yang ada. Saya memutuskan berdasarkan penelaahan yang ada secara jernih dan jelas bahwa Aksara Palawa haruslah mendahului Aksara Brahmi. Dan babak Sanskrit Chapter di Palawa haruslah menggunakan Aksara Palawa sementara babak Sanskrit-Tamil Charter barulah mulai menggunakan Aksara Granta]

ditulis oleh

Gelar Taufiq Kusumawardhana

Penulis merupakan ketua Yayasan Buana Varman Semesta (BVS). Adapun Yayasan Buana Varman Semesta (BVS) itu sendiri, memiliki ruang lingkup perhatian yang diwujudkan dalam tiga bidang, yakni: (1) pendidikan (Department of Education) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama The Varman Institute – Pusat Kajian Sunda (2) Ekonomi (Department of Economy) dan (3) Geografi (Department of Geography) dengan unit kerja utamanya yang diberi nama PATARUMAN – Indigo Experimental Station.

Pada saat ini penulis tinggal di Perumahan Pangauban Silih Asih Blok R No. 37 Desa Pangauban Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat (merangkap sebagai kantor BVS).

"Menulis untuk ilmu dan kebahagiaan,

menerbangkan doa dan harapan,

atas hadirnya kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia".